"Jadi, selama ini Kak Cheat ke mana saja? Satu bulan lebih tidak berkunjung," ucap Naka, menyajikan nasi dan daging rusa panggang. Dia ikut duduk setelah semuanya sudah siap di meja.
Di sisi lain, Cheat sudah kebanjiran air liur. Gadis itu mengelapnya dengan lengan sebelum menjawab, "Yaaaa, aku jadi sulit mendapatkan waktu sendiri sejak menemukan rekan. Tapi tidak apa, yang penting aku masih bisa berkunjung." Cheat menyingkirkan sendok dan garpu, langsung menarik piringnya. "Hmmn! Kalau Naka, akhir-akhir ini bagaimana?"
"Baik, baik." Naka mulai menyantap sarapannya, baru diikuti oleh Cheat. "Akhir-akhir ini tidak ada yang mengganggu."
Cheat susah payah menelan makanan yang sudah terlalu banyak di dalam mulut. "Oh, ya? Tidak berpapasan dengan satu pun bandit?"
Terdiam sebentar, Naka sibuk mengunyah. "Diingat-ingat lagi, kalau hanya melihat mereka beristirahat, ada. Waktu itu aku benar-benar kalah jumlah, jadi aku hanya menguping."
"Apwa ang meweah hisarakan?" tanya Cheat dengan mulut penuh makanan, tidak repot-repot menelannya dulu.
Naka tidak menghiraukan hal itu karena itu sudah biasa. "Mereka bicara sesuatu tentang duo pencuri yang waktu itu dalam perjalanan ke Lucklet. Itu dua minggu lalu, jadi kurasa duo yang dimaksud sudah tiba sekarang."
Gulp gulp gulp gulp!
"Fwaaah! Kurasa sekarang aku dan Al punya saingan," celetuk Cheat sebelum kembali menyumpal mulutnya dengan nasi dan daging.
Gerakan Naka terhenti. Satu alisnya terangkat kala ia bertanya, "Al?"
Cheat ikut berhenti. Kali ini dia mengunyah dan menelan makanannya sebelum menjawab, "Iya, Al---oh! Itu nama rekanku. Tadi aku lupa menyebut namanya, ya?" Cheat menelengkan kepala.
Naka menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat. Sendok dan garpu ia lepaskan di atas piring. Fokusnya tertuju pada gadis di hadapannya. "Nama lengkapnya siapa, Kak? Kalau boleh tahu."
Kepala Cheat makin miring sampai badannya mengikuti. "Namanya cuma Al."
"Kak ...." Naka ingin sekali menjatuhkan dahinya ke atas meja, sayang di depannya ada piring yang masih diisi makanan. Menarik napas dalam-dalam, Naka kemudian berusaha menjelaskan. "Begini, Kak."
"Iya?" Cheat kembali menegakkan badan.
Naka mempertemukan kedua telapak tangan, lantas mengarahkan ujung jari-jarinya pada Cheat. "Tidak mungkin ada orang yang nama aslinya hanya terdiri dari dua huruf."
Butuh waktu tiga detik bagi otak Cheat untuk memproses kalimat itu. "Jadi ...." Lagi-lagi ia memiringkan kepala dan badannya. "Maksudmu, 'Al' itu hanya nama jalanannya?"
Langsung saja Hira mengacungkan jempol dengan senyum bangga. "Benar, Kak."
Cheat mengendikkan bahu, acuh tak acuh berkata, "Kalau begitu, aku tidak tahu nama aslinya." Dia pun melanjutkan sarapannya.
Naka tertawa canggung. "Itu sudah jelas, Kak ...." Ia bergumam kalah mengalihkan pandangan.
"Apwa?"
Nyem nyem nyem.
Oh, tidak. Naka sempat melupakan bahwa Cheat memiliki pendengaran yang tajam. Walau tahu gadis itu sebenarnya mendengar jelas apa yang dia katakan, Naka tetap mencoba menggiring pembicaraan.
"Aku jadi ingin bertemu dengannya secara langsung." Mata Naka seketika berbinar ditambah dengan senyum lebar nan manis.
"Hng? Boyeh." Cheat menelan sebagian besar makanan dalam mulut. "Setelah ini ikut aku saja, pergi ke kota. Kemarin dia pergi ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!
FanfictionDi dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta, mereka dipertemukan. Seorang anak bangsawan jatuh dan seorang gadis yatim piatu biang onar dipertemukan untuk menutupi kekurangan satu sam...