Eps. 12 : Hanya Ingin Memastikan

14 3 105
                                    

Cheat tidak percaya ini. Lukisan yang Ria tunjukkan padanya benar-benar terjadi. Bukan hanya itu, lukisannya juga akurat. Posisi duduk, posisi tumpukan jerami, dan segara detail pada tepian jalan yang mereka lalui.

Jantung Cheat berdegup kencang, menggedor-gedor tulang rusuk. Bukan, itu bukan karena dia sempat terempas menghantam bagian belakang kereta, lalu jatuh mencium tanah saat merangsek keluar. Debaran itu menandakan bahwa penantiannya selama ini akan segera berakhir, walau jujur saja, situasi ini sangat tidak ideal.

Semak belukar diterobos, ranting-ranting ditepis, juga akar-akar gemuk diinjak tanpa ampun. Cheat harus bergegas, tak peduli jika harus meninggalkan rekannya yang tahu-tahu muncul setelah menolak ajakannya. Al bisa mengurus dirinya sendiri. Cheat yakin akan hal itu. Permintaan maaf dan penjelasan bisa diberikan nanti setelah semua ini selesai.

Perih pada lengan dan kakinya yang lecet sesekali membuat gadis itu meringis. Tidak ada waktu untuk memikirkan rasa sakit. Dia harus segera mencapai posisi tiga orang yang memanahi kereta kuda tadi berada.

Setelah beberapa kali tergelincir, Cheat berhenti guna mengambil napas. Hari sudah malam, membuatnya tak dapat melihat dengan jelas. Namun, saat mendengar suara itu, suara yang membuat napasnya tercekat, Cheat tahu kalau dia sudah sampai. Dia berdiri hanya tiga meter dari pohon tempat tiga orang itu bertengger.

"Mereka berdua sudah turun dari kereta," ucap suara anak perempuan yang semanis permen susu. "Apa masih perlu kita lanjutkan?"

"Sedikit lagi. Berikan mereka waktu untuk pergi lebih jauh." Suara lain, sama-sama perempuan, tetapi kedengarannya lebih dewasa.

Seseorang berdecak. "Aku ingin melempar bom rakitku sekarang," katanya setengah berbisik. Suara berat yang begitu akrab di telinga, walau sekarang terdengar serius dan pahit alih-alih riang dan menyebalkan.

"Kita akan menggunakannya, tapi sebentar lagi."

Cheat terdiam, masih berusaha mengatur napas yang memburu, juga degup jantung yang temponya terlalu cepat. Dia ingin memanggil setidaknya salah satu dari mereka, tetapi suaranya tidak mau keluar.

Lihatlah kemari! Cheat berseru dalam hati penuh harap. Namun, tidak ada yang menoleh. Mereka terlalu sibuk meluncurkan dan menghindari anak panah.

Cheat terus-terusan mendengar seruan sumpah serapah dari posisi kereta kuda berada. Tak luput gadis itu bertanya-tanya, Kenapa tidak lari terbirit-birit seperti pecundang saja? Itu akan membuat perkara ini cepat selesai.

"Mereka keras kepala sekali. Sebegitu tidak maunya melarikan diri karena itu akan merusak ego mereka?" keluh si laki-laki.

"Kak Ez, lempar saja bomnya sekarang. Pi sudah lelah."

"Ya, aku setuju. Mereka pasti sudah cukup jauh dari sini."

Cheat mendengar tawa kecil yang turut membuatnya tersenyum. Akhirnya, urusan mereka akan rampung.

"Bersiap." Ez mengeluarkan sesuatu dari tas pinggangnya, mengotak-atik benda itu, lalu melemparnya ke jalanan.

Tanpa menunggu benda itu mendarat, ketiganya melompat turun dari dahan, bergegas mencari perlindungan di balik batang pohon yang berdiri tegak. Mereka meringkuk hanya tiga langkah dari tempat Cheat duduk.

"N-nacaa?"

Orang yang paling dekat menoleh. Tangan yang menutupi telinganya tersentak turun. "Apa---"

KABOOM!

Ledakan terjadi disertai teriakan dua orang pria. Asap yang timbul sampai pada mereka berempat, hanya tipis, lebih tipis daripada kabut pada pagi hari yang membeku.

1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang