"Jadi, kerjamu bukan hanya mencuri, bermalas-malasan, dan menghamburkan uang hasil menjual barang curian?" Al bertanya dengan tampang shock yang dibuat-buat. "Wah, sungguh mengejutkan."
Cheat berkacak pinggang di tengah jalannya. "Dengar, ya, Newbie. Bertahan hidup selama ini hanya dengan uang hasil curian itu tidak cukup. Dan aku tidak bisa terus-terusan mencuri---"
"Itu akan membahayakanmu, aku tahu. Dan bukankah uang hasil curian itu tidak cukup karena kamu senang menghamburkannya untuk sesuatu yang tidak penting?"
Cheat sempat mematung sesaat dengan senyum bersalah terpatri pada wajahnya. Sementara itu, Al ikut berhenti untuk memberikan tatapan menghakimi sambil bersedekap.
"Baiklah, aku bersalah untuk itu. Tapi, hey,"---Cheat mengendikkan bahu---"kita hanya hidup sekali! Kenapa tidak boleh bersenang-senang?"
Mereka lanjut melangkah menyusuri jalan setapak di antara padang rumput hijau yang penuh dengan tanaman herba.
Al mengembuskan napas gusar. "Kalau kamu terus menjalani hidup seperti itu, masa hidupmu tidak akan lama."
"Pssshh!" Cheat menampar udara kosong di hadapannya. "Tenang saja, Al. Dewi Fortuna jelas-jelas melindungiku," ujarnya bangga.
"Ya, ya, teruslah membual." Al mengalihkan pandangan sembari mengibaskan tangannya pelan.
Cheat tampak tidak senang dengan respons itu. Dengan satu tangan terletak di dada ia berseru, "Aku tidak membual! Buktinya aku masih hidup sampai sekarang dan itu sudah tujuh belas tahun lebih!"
"Hmn ... ya." Sekilas Al mengamati gadis cebol disampingnya, lantas menambahkan, "Kamu memang beruntung."
"Benar, kan!"
BRUK!
Kembali fokus ke depan, Al mengabaikan rekannya yang tersandung batu dan mendarat dengan wajah lebih dahulu. Salah dia yang tidak berhati-hati.
"Ngomong-ngomong, kenalanmu yang akan kita temui ini ...." Al menunggu Cheat bangun dan menyusulnya baru melanjutkan, "Apa dia tahu kamu seorang pencuri?"
"Tahu, kok," jawabnya setelah mengelap wajah dengan syalnya, pun menepuk-nepuk kaus yang ditempeli debu. "Memangnya kenapa?"
Al diam sebentar, sibuk berpikir.
"Bukannya bagus kalau kenalanku tahu pekerjaan seperti apa yang biasa kulakukan?" Cheat menelengkan kepalanya. "Kita jadi tidak perlu repot menyembunyikan ini dan itu."
"Idiot," cibir Al seraya menoyor kepala rekan polosnya itu. "Bukannya malah lebih berisiko kalau semua kenalanmu tahu tentang itu?"
Tiba-tiba Cheat cemberut sampai mengembungkan pipi. Dia pun bersedekap, mengalihkan pandangan ke samping. "Jangan sembarangan bicara. Semua kenalanku adalah orang terpercaya."
"Ya, kurasa kamu benar." Al ikut membuang muka ke arah lain. "Mengingat ahli herba yang terlalu protektif itu," gumamnya amat pelan.
"Apa?" Cheat langsung menoleh.
Al mengendikkan bahu. "Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya terlalu banyak berpikir."
Cheat tersentak, refleks menutup mulut dengan tangan. "Al si Otak bisa terlalu banyak berpikir?!"
"Wah, seorang Cheat bisa berpikir menggunakan otaknya," balas Al datar.
Mereka terus-terusan berbalas ejekan dalam perjalanan. Tahu-tahu mereka sudah dikelilingi banyak sekali pohon buah-buahan. Pun, tak jauh di depan mereka terdapat pondok kecil yang tampaknya amat nyaman untuk ditinggali seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!
FanfictionDi dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta, mereka dipertemukan. Seorang anak bangsawan jatuh dan seorang gadis yatim piatu biang onar dipertemukan untuk menutupi kekurangan satu sam...