Eps. 11: Adegan dalam Lukisan

16 4 164
                                    

Anak itu pencuri yang mahir, barangkali sudah mencuri seorang diri untuk menghidupi separuh umurnya. Lebih baik Al tidak ikut campur kali ini. Mungkin dengan begitu, lukisan Ria tidak akan menjadi kenyataan.

Selama Al tidak ikut mencuri malam ini, semuanya akan baik-baik saja. Benar, kalau tidak ada dia di sana, mereka tidak akan diculik.

Tapi, ada kemungkinan kalau hanya Cheat yang akan diculik.

Pemikiran itu menyerangnya tepat saat ia hendak merebah di atas kasur. Sungguh, tidak bisakah pemuda ini beristirahat? Sayang sekali gangguan kali ini datang dari dalam kepalanya sendiri, tidak bisa diusir atau dihindari seperti seseorang yang kemarin hari senang memaksa.

××××

Lebih baik tidak pergi konon. Akhirnya, kala mentari bersembunyi di ufuk barat, Al terjun ke jalanan. Dicari-carinya sosok cebol dengan syal biru. Pastinya sedang berkeliaran di kawasan orang-orang berada.

Kenapa Al datang mencarinya? Apa dia khawatir? Atau ... penasaran?

Selama sebulan terakhir, beberapa kali mereka nyaris tertangkap dan seringkali dikejar warga. Walau demikian, mereka masih bisa berkeliaran di kota sesuka hati. Memang, sudah sejak lama Al menyadari kejanggalan itu, pun ada satu lagi yang menguatkan spekulasinya.

Para warga tidak pernah berteriak, 'Ke mana anak-anak itu pergi' atau 'Bocah-bocah itu pergi ke arah sana!'. Bukankah itu aneh? Juga saat bertanya pada orang sekitar, mereka selalu saja menanyakan keberadaan dua pria berbadan besar.

Sihir atau alat sihir yang memanipulasi apa yang orang lain lihat. Kalau berpikir Cheat memiliki sihir semacam itu, semua yang terjadi sebulan belakangan akan masuk di akal, juga fakta bahwa anak itu dapat bertahan hidup sebagai pencuri hingga hari ini.

Tapi, kalau dia punya sihir ....

"Oh, di sana," gumam Al kala menilik sosok yang bergerak dalam bayangan di kejauhan. Sosok itu bertubuh besar, sepertinya seorang pria. Sama sekali tidak terlihat seperti orang yang dia cari.

Ada dua kemungkinan. Pertama, itu memang Cheat dan Al sedang dalam pengaruh sihir. Kedua, itu datu dari duo pencuri yang dirumorkan. Mana pun yang benar, ada baiknya Al tetap mengamati dari jauh. Tujuan awalnya memang demikian.

Cheat tidak pernah menjawab dengan benar saat ditanya. Kalau begitu, lebih baik Al cari tahu sendiri saja, apa yang membuat Cheat dapat bertahan hidup selama ini. Bukankah sebagai rekan dia berhak mengetahuinya? Agar bisa menyusun rencana dengan baik nantinya, dia perlu mengetahui keunggulan apa yang sebenarnya mereka punya.

"Ah."

Sosok di kejauhan itu bergerak lambat, tampak teramat sangat berhati-hati. Dia kemudian berhenti di bawah balkon yang pintunya terbuka lebar, tirai berkibar diterpa angin malam.

Satu menit ... lima menit ....

Tidak ada pergerakan. Itu aneh, bahkan sangat aneh. Al juga berani bersumpah kalau mereka sempat bertukar kontak mata selama beberapa detik dan tidak ada yang terjadi.

Itu bukan Cheat.

Bahaya, rasa penat yang menggerogoti membuatnya salah langkah. Al harus bergegas pergi dari sana. Melewati gang-gang kecil ia berderap, sesekali melompati tumpukan kotak kayu yang menghalangi jalan.

Kembali ke penginapan? Tidak, jarak yang harus ditempuh dari pusat kota jauh bukan main. Masuk ke hutan? Sama jauhnya!

Kedengarannya tidak ada derap langkah yang mengekori. Namun, bukan berarti Al aman. Kalau yang tadi dia lihat bukan Cheat, kemungkinan besar itu si pencuri yang dirumorkan. Dan kalau mereka memang mengincar dirinya dan Cheat, pasti si rekan sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyergap dari tempat lain.

1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang