Welcome to Jaemin Lisa area, luv!
Disclaimer! FICTION, don't take it seriously into real life, 100% own idea, harsh word, this story is not recommended for minors. Written with bahasa, non baku area.
Please give feedback on this story in the form of votes and comments, thank you.
***
Derap langkah seorang gadis terdengar di bandara. Dengan koper yang digeretnya, gadis yang sedang memegang ponselnya itu menoleh kesana kemari, mencari sosok temannya.
"Laliceeee!" Gadis dengan surai hitam tergerai berjalan ke arahnya. Membuat senyum cewek berponi itu melebar.
"Apa kabar?" tanya Jisoo pada gadis yang ia sebut sebagai Lalice itu sambil mencubit pipi gambil gadis berponi itu.
"I'm fine!" balas Lalice dengan semangat. "Agak gemukan, ya."
Jisoo yang mendengar itu jadi menyenggol pinggang si bontot, "Kelakuan suami gue nih."
"Mana si kembar? Gue pengen liat anak lo, pasti unyu!"
"Sama Papanya, nanti gue bawa," balas Jisoo. "So, lo udah ada di sini, rencananya mau cari tempat tinggal di mana?"
Lalice tampak terdiam sesaat, "Paling tinggal di hotel dulu, baru setelah itu gue cari apartemen yang deket sama perusahaan gue," simpulnya sambil berjalan dengan menggeret koper, seraya mengikuti perempuan yang lebih tua darinya itu.
"Jangan tinggal di hotel, bahaya," ucap Jisoo yang nampak khawatir dengan sahabatnya.
Sudah 10 tahun semenjak Lisa pergi dari negara ini, banyaknya perkembangan juga orang-orang jahat diluar sini membuat Jisoo cemas. Apalagi, Lisa harus terbiasa dengan lingkungan nya sekarang.
"Tinggal di apartemen adek gue aja. Terserah lo mau dipake buat apa. Apartemen itu juga jarang banget dipake," usul Jisoo.
Lisa terdiam beberapa saat, nampak tak enak pada Jisoo. Pasalnya, gadis itu kabur dari rumahnya karena tak mendapat izin dari keluarga untuk kembali ke negara kelahirannya ini. Dia juga hanya membawa beberapa lembar uang saja.
Ya, setidaknya ia tahu tujuannya saat ini akan kemana.
Jisoo menggenggam tangan Lisa sambil mengangguk pelan, "Gak usah sungkan. Lo udah gue anggep kayak adek gue sendiri."
Akhirnya, Lisa hanya mengangguk samar di sana. Tak ada alasan lain untuk menolak, kan? Lagipula, ia harus mengirit uangnya.
***
Suara deruman motor disertai sorakan menggema di sana. Dua motor berukuran besar tengah bersisian di sana sambil sesekali melirik satu sama lain dengan tatapan tajamnya.
"Siap?" Seorang perempuan berbaju seksi berdiri di tengah-tengah mereka berdua. Membuat keduanya mengalihkan tatapannya ke depan.
"Mulai!" Perempuan itu mengangkat benderanya ke atas, membuat kedua pembalap itu langsung segera menancap gas mereka ke depan.
Sorakan-sorakan menggema di sana, meneriaki pembalap pribadi mereka disertai suara penyemangat.
"Menurut lo siapa yang menang?" tanya salah satu perempuan yang saat ini tengah berada di sana kepada temannya.
Sudah beberapa menit semenjak acara inti dimulai, tapi kedua pengendara itu belum juga menunjukan batang hidungnya.
"Kalo diliat dari prestasinya sih, gue lebih milih Yeonjun. Tapi untuk seorang pembalap baru, Jaemin is better. So, gue pilih Jaemin untuk kandidat terkuat gue."