someone is different when finding his love

1.6K 250 10
                                    

Jaemin itu gila.

Benar-benar gila.

Lelaki itu menculik Lisa. Menyekap gadis itu selama seharian penuh di apartemennya.

"Gak usah natap gue kayak gitu!" Lisa kesal, dia tak diperbolehkan keluar oleh lelaki itu.

Lisa bosan, dan Jaemin itu psikopat gila.

Sementara lelaki di depan Lisa hanya terkekeh di sana membuat gadis itu rasanya ingin melempar Jaemin ke balkon saat itu juga.

"Ngerti gak apa yang gue jelasin?" tanya lelaki itu sambil menarik Lisa untuk ia pangku.

Sementara Lisa berdecak tak senang, "Ngerti apaan? Dari kemaren lo cuma ngegrepe-grepe gue doang," balas Lisa sarkas.

"Mana coba tunjukkin hasil yang gue buat." Jaemin jelas menggoda Lisa untuk membuka kembali baju yang gadis itu pakai.

Kemarin, lelaki itu kalut dan hampir saja memperkosa Lisa jika saja gadis itu tak segera sadar dan dengan cepat menendang Jaemin hingga laki-laki itu menubruk lemari yang berada di samping kasur.

Hasilnya dapat dilihat dengan dahi Jaemin yang saat ini sudah ditutupi oleh plester akibat perbuatan Lisa.

"Jaemin, gue laper." Lisa berujar sambil memegang perutnya yang berbunyi. Gadis itu berujar dengan tampang yang dibuat semenyedihkan mungkin, berharap lelaki itu mengasihaninya untuk memberi Lisa makanan walaupun sedikit.

"Gue juga." Jaemin menatap gadis itu, membuat Lisa menghela napasnya jengah lalu meloncat dari pangkuan Jaemin.

Tentu saja lapar yang dimaksud Jaemin, berbeda dengan apa yang dimaksud oleh Lisa.

Jaemin tertawa melihat tingkah Lisa yang nampak menggemaskan di matanya. Lalu mengikuti langkah gadisnya yang saat ini tengah berjalan ke arah dapur.

"Bisa masak?" tanya Jaemin sambil menopang dagunya, menatap Lisa yang sudah bersiap dengan apronnya.

Lisa tersenyum miring, "Lo ngeraguin gue?" balas gadis itu sambil berkacak pinggang, menatap Jaemin dengan senyum miringnya.

Jaemin membalasnya dengan kekehan pelan, matanya lamat menatap gadis itu, "Kalo enak, bakal gue kasih hadiah."

"Oke! Siapa takut?" balas Lisa dengan semangat. Gadis itu mulai fokus memasak, sementara Jaemin hanya menatap Lisa di kursi makannya. Tak mau menjahili gadis itu lagi, sementara netranya tetap fokus pada kekasihnya itu.

***

"Lumayan." Jaemin manggut-manggut setelah memakan nasi goreng buatan Lisa.

"Yes!" Lisa berteriak girang.

"Gue bilang lumayan, artinya cuma seperempat dari kata enak." Lelaki itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap Lisa yang nampak girang.

"Lumayan versi lo, udah termasuk enak di mata gue." Gadis itu kemudian menjulurkan tangannya, meminta hadiah yang dijanjikan Jaemin padanya.

Lelaki itu kemudian berdiri di belakang Lisa dan memakaikan kalung yang sedari tadi ia bawa di sakunya. "Sebenernya, dari kemaren gue udah beli kalung ini. Tapi lo keburu cemburu sama Winter dan malah marah-marah."

Lisa menatap kalung dengan liontin kupu-kupu itu dengan binar di matanya. "Serius ini buat gue?" Gadis itu tersenyum senang.

Jaemin hanya mengangguk saja menjawabnya. "Sekarang, kasih gue hadiah."

Lisa kemudian membalikan tubuhnya dan langsung mencium pipi Jaemin, "Thanks!"

***

Hari libur telah selesai, dan Lisa telah kembali pada aktivitas nya. Jaemin juga tampak sibuk dengan skripsinya. Tapi lelaki itu masih terus mengirimkan pesan pada Lisa disela kesibukannya, membuat Lisa senyum-senyum sendiri selama bekerja.

"Ehem!" Seseorang berdeham, membuat Lisa menoleh ke arah Rose.

"Seneng banget keliatannya," ucap Rose membuat Lisa menganggukkan kepalanya. "Cowok yang di club itu pacar lo?"

Lisa mengangguk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Rose, "Kenapa?"

"Temen pacar gue," balas Rose sambil tertawa.

Lisa mengernyit, "Temen? Lo suka sama cowok yang lebih muda dari lo juga?"

Rose hanya menganggukkan kepalanya, "Jaemin sering balapan, kan? Sumpah, cowok lo keren, sih, Lis. Gue aja suka sama dia." Melihat ekspresi Lisa, Rose kembali tertawa, "Tenang, gak sampe tahap cinta kok, cuma kagum aja."

"Gue gak seposesif itu kali, Rose. Kalo mau nge-fans sama cowok gue ya santai aja," ujar Lisa pada Rose yang nampak tak enak.

"Lain kali, kalo ada acara balap gitu. Jangan lupa ajak gue," ucap Lisa sambil mengedipkan sebelah matanya pada Rose.

***

Lisa berjalan ke arah apartemen Jaemin sambil membawa beberapa camilan di tangannya. Gadis itu mengetikkan password yang sama sekali belum di ganti oleh lelaki itu dan masuk begitu saja ke dalam.

"Jaem?" Lisa menatap ke arah Jaemin yang nampak fokus dengan laptopnya.

Jaemin mengalihkan tatapannya pada Lisa, cowok itu tersenyum, "Udah dateng?" tanya Jaemin dengan kacamata di pangkal hidungnya. Cowok itu sedikit membenarkan letak kacamatanya yang turun sedikit.

"Iya, lo fokus aja skripsian. Gue di ruang tamu, ya."

Pada awalnya, Lisa memang memutuskan untuk menonton drakor saja dan tak mau menganggu Jaemin yang tengah fokus dengan tugasnya. Tapi lama kelamaan, cewek itu bosan dan sekarang malah sudah berada di pangkuan Jaemin sambil menatap ke arah laptop lelaki itu.

Lisa pusing, ia sama sekali tak mengerti apapun dengan skripsi yang dibuat oleh Jaemin. Lisa itu payah dalam rumus apalagi melihat kode-kode yang tertera di sana.

Lisa benar-benar tak mengerti.

"Lo waktu kuliah ngambil jurusan apa, kak?"

"Ilmu komunikasi," balas Lisa yang membuat Jaemin menganggukkan kepalanya mengerti.

"Pantes, bego."

"Apa kata lo?" Lisa merasa tersindir, enak saja mengatai dirinya bodoh.

"Becanda, nyingkir dulu. Jangan sampe skripsi gue gak kelar."

Lisa merenggut kesal, gadis itu bosan dan ia hanya ingin menjahili Jaemin saja. Gadis itu kemudian membalikan tubuhnya, menghadap langsung pada Jaemin.

Gadis itu menjawil hidung mancung kekasihnya itu, "Kok lo ganteng, sih, Jaem?"

Jaemin hanya berdeham saja menanggapi Lisa. Sementara fokusnya hanya tertuju pada laptopnya.

Sementara gadis itu hanya terkekeh sambil membentuk sesuatu yang abstrak di dada Jaemin.

Jaemin menggeram dibuatnya. "Sayang, bisa diem dulu gak?"

Lisa tertawa geli mendengar Jaemin menyebutnya dengan panggilan sayang, gadis itu lalu menggeleng dengan bibir yang terucap, "Gak."

Setelah itu, wajah gadis itu mulai mendekat dan mencium bibir Jaemin membuat lelaki itu kehilangan fokusnya dan memilih menyingkirkan laptop yang berada di depannya.

Bunyi decapan bibir terdengar di ruangan tersebut. Merasa kacamata nya mengganggu aktifitasnya, Jaemin melepaskan ciumannya sebentar untuk membuka kacamata nya. Lalu membaringkan tubuh Lisa di kasur seraya menindihnya dan melanjutkan aktifitas yang tadi sempat tertunda.

Dalam hati, Jaemin berdoa agar dosen pembimbingnya tak memarahinya perihal skripsinya yang belum selesai digarap.

Pasalnya, gadis di depannya akan selalu menjadi fokus utamanya di manapun ia berada.

Persetan dengan skripsi, Lisa jauh lebih menarik di matanya.

"Jaemin? Lisa?!"

Skin TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang