Bab 3 : Proyek

176 7 0
                                    

Zura menatap adiknya yang sedang memakan es krim dengan lahap. Setelah penampilan tadi Zira meminta untuk membeli es krim.

"Pelan pelan makannya, kakak gak bakal minta kok," ucap Zura sambil membersihkan sisa sisa es krim yang berada di bibir Zira.

"Penampilan Zira tadi gimana kak?"

"Bagus banget, hebat adik kakak bisa tampil di depan banyak orang."

"Tadi Zira sempet gugup pas ngeliat banyak orang."

"Zira hebat loh, nanti kakak beliin chicken."

Zura melihat anak yang tadi mendorong Zira bersama seorang perempuan, sepertinya itu ibunya.

"Kita pulang yuk," ajak Zura, Zira mengangguk sebagai jawaban.

Sebelum pulang Zura menghampiri dulu anak itu dan ibunya. Anak perempuan itu ketakutan dan langsung bersembunyi di belakang ibunya.

"Mami, itu dia yang tadi nakutin aku," ucap anak itu sambil menunjuk Zura.

"Oh jadi kamu yang nakut nakutin anak saya."

"Maaf ibu sebelumnya, tapi anak ibu yang duluan mendorong adik saya."

"Tidak mungkin anak saya seperti itu anak saya adalah anak yang baik."

Zura tersenyum remeh.

"Sepertinya ibu bukan ibu yang baik."

"Apa kamu bilang?!"

"Seorang ibu, pasti tahu karakter anaknya seperti apa. Apakah anda tidak punya banyak waktu untuk memberikan pelajaran kepada anak anda tentang sopan santun."

"Hah? Apa yang kamu bicarakan!"

"Anak ibu telah mendorong adik saya dan menjadi pembully, dia telah mengata ngatai adik saya bahwa adik saya tidak memiliki ibu dan ayah seperti anak ibu. Dia menyakiti perasaan adik saya dengan perkataannya. Apakah pantas seorang anak berbicara seperti itu? Apakah anak ibu tidak di ajarkan sopan santun oleh orangtuanya?"

Ibu itu hanya terdiam tidak berbicara apapun.

"Seorang anak masih butuh bimbingan orangtua, masih butuh pelajaran dari orangtua. Adik saya yang tidak memiliki orangtua dan hanya memiliki saya masih tau sopan santun dan menghargai orang lain, mengapa anak ibu yang memiliki keluarga lengkap mempunyai sifat yang buruk seperti itu?"

Zura menghela napas untuk mengontrol emosinya.

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mungkin ibu pernah mendengar pribahasa itu. Mungkin saja anak ibu punya perilaku seperti itu karena dia melihat orang tuanya sering melakukan hal serupa."

"Kurang ajar!"

Ibu itu ingin menampar Zura, namun sebelum tangannya mengenai pipi Zura, Zura terlebih dahulu mencekal tangan ibu itu.

Plak...

Zura menampar pipi ibu itu, dia merasakan sakit atas tamparan yang Zura berikan. Karena tamparan Zura, sekarang banyak orang yang melihat mereka.

"Mungkin ini tidak sopan, karena anda lebih tua daripada saya."

"Ini pembalasan atas apa yang anak ibu lakukan kepada adik saya."

Zura mendekati ibu itu dan dia berbicara di dekat telinganya.

"Dengarkan saya. Saya bisa membuat hidup anak ibu menderita, saya bukan orang sembarangan. Didik anak ibu dengan benar, ajarkan dia sopan santun, agar kelak dia tidak seperti ibunya. Yang buruk ini!"

Zura menjauhkan wajahnya dari telinga ibu itu, dia menepuk pundak ibu itu dan memberikan senyuman tipis lalu pergi bersama Zira.

Ibu itu masih terpaku di tempatnya sambil memegang pipinya, air mata ibu itu luruh begitu saja.

A&ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang