Dua orang wanita yang sedang bercengkrama mengenai masalah kehidupan mereka. Zura hanya diam dan mendengarkan cerita Hiza, meskipun telinganya sudah sedikit sakit mendengar Hiza yang dari tadi terus menerus berbicara.
"Dia gak bilang sama gue, Ra, itu yang bikin gue marah. Kenapa sejak awal dia gak bilang, malah gue tau nya dari orang lain, di Instagram lagi."
Sejak kejadian terbongkarnya identitas Zelos, hubungan Hiza dan Edgar sedikit memburuk. Hiza tidak berkomunikasi dengan Edgar bahkan untuk mendengarkan penjelasannya.
"Pasti dia juga ada alasannya, Za. Lo gak coba dengerin gitu?" Zura memasukkan cemilan kedalam mulutnya.
Hiza menggeleng, "Gue masih marah kan, Ra, gue udah gak komunikasi sama dia, WhatsApp nya gue blok."
"Coba aja kali, Za. Dengerin dia ngomong dulu, gak ada salahnya lah. Emang lo mau putus sama dia?"
Hiza menggeleng lemah, "gue gak mau."
"Nah, makanya dengerin dulu penjelasannya. Keren loh lo punya pacar anggota Zelos."
"Pasti banyak yang suka sama Edgar di sekolahnya. Ldr itu cape," Hiza menyandarkan kepalanya pada sofa.
"Ldr sekolah doang udah gini, apa lagi kalo ldr beda negara, bisa mati lo," ledek Zura.
"Gak, gue gak bisa. Gak mau!"
Hiza membuka ponselnya, ia melihat banyak sekali pesan lewat instagramnya yang Edgar kirimkan kepadanya, lebih dari 400 pesan dan 100 panggilan tak terjawab.
"Gue ajak ketemu kali ya, Ra," ucap Hiza, Zura mengangguk tanda setuju.
"Boleh tuh."
"Tapi lo ikut, temenin gue. Ya, ya?" Zura melotot mendengar Ia harus ikut untuk menemani Hiza bertemu dengan pacarnya, jadi kambing conge lagi dia?
"Dih! Ogah gue, lo aja sana."
"Yah... Plis lah, Ra, temenin gue ya, sekali aja."
"Sekali pala lo, gue udah pernah."
"Ini terakhir deh," Hiza menampilkan wajah imutnya agar Zura mau menemaninya. Zura tidak tahan melihat wajah Hiza itu, ia pun mengangguk setuju. Bukan tidak tahan karena Hiza imut, melainkan karena geli.
"Yes!!!" Hiza bersurak hore. Hiza mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
"Ikut ya, Zefan juga ikut," ucap Hiza disertai senyuman Pepsodent nya.
Zura melongo dan menganga, ia terkejut ketika Hiza mengucapkan bahwa Zefan juga akan datang.
"HAH?!" Zura segera berdiri dari duduknya membuat Hiza terkejut.
"Enggak! Enggak! Enggak! Gue gak mau ikut!!" Ucap Zura.
"Azura, plis ikut ya. Ayo dong temenin gue," Hiza pun ikut berdiri, ia memohon kepada Zura untuk menemaninya namun tetap saja Zura tidak ingin pergi.
"Gak mau Hiza!"
"Ayo lah. Kasian loh nanti Zefan gak ada temen di sana."
"Zefan!!"
Zura dan Hiza terkejut mendengar ada suara yang memanggil Zefan dengan keras. Zira lah pelakunya, ia berlari dengan semangat menuju Zura dan Hiza.
"Kak Hiza mau ketemu kak Zefan?" Tanya Zira dengan mata yang berbinar. Hiza sedikit kebingungan, kenapa Zira terlihat sangat senang dan bersemangat.
"I-iya. Zira tau kak Zefan?" tanya Hiza. Zura mengisyaratkan Zira untuk diam dengan menempelkan telunjuknya ke bibir.
"Iya, Zira tau. Kemarin kak Zura abis dari supermarket di anterin kak Zefan," dengan polosnya Zira bercerita. Zura pun hanya bisa pasrah dengan kelakuan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&Z
Jugendliteratur"Lo cantik, lo harus jadi cewek gue." "Cowok gila!" Ini kisah tentang si A dan si Z, yang penuh dengan tantangan dan rintangan, penuh air mata dan kebahagiaan