Bab 6 : Teman?

152 7 0
                                    

Zura berjalan keluar dari toilet sekolah. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat Zefan tengah bersandar pada dinding luar toilet, dia menyilangkan tangannya di depan dadanya dan menatap Zura.

"Ngapain lo di sini?! Ngintip lo?!" tanya Zura disertai dengan tatapan tajamnya.

"Nungguin lo," jawab Zefan singkat.

Zura berdecak sebal.

"Free gak? Gue mau ngajak dinner."

Zura menatap tidak percaya kepada manusia didepannya ini.

"Sorry, gue alergi cowok kayak lo."

Zura pergi meninggalkan Zefan yang sedang tersenyum tipis. Zefan tidak tinggal diam, dia segera mengikuti Zura dengan berjalan di belakangnya.

Zura mengetahui kalau Zefan masih tetap mengikutinya. Dia tetap tidak memperdulikan Zefan yang berada di belakangnya padahal sudah banyak siswa siswi yang melihatnya.

Karena sudah merasa sangat kesal dan risih, Zura menghentikan langkah kakinya dan berbalik ke belakang melihat Zefan yang berdiri tepat di depannya.

"Bisa gak lo jangan ganggu gue?!!" ucap Zura kesal.

"Gak bisa."

Zura melangkahkan kakinya mendekat ke arah Zefan, dia sedikit berjinjit lalu membisikkan sesuatu ke telinga Zefan.

"Kalo lo terus ganggue gue, gue bakal kasih tau ke semua murid di sekolah ini kalo lo itu ketua zelos."

Zura menjauhkan wajahnya dari telinga Zefan dan menatap Zefan. Zura mengangkat satu alisnya.
Zefan hanya tersenyum, dia sedikit merendahkan badannya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Zura.

"Main ancam nih?" Ucap Zefan.
"Oke, gue bakal kasih tau ke semua guru termasuk kepala sekolah, kalo lo ikutan balapan liar. Gimana?" Lanjutnya.

Zura membelalakkan matanya, dia merasa terkejut dengan ancaman Zefan.

Sialan. Batin Zura.

"Tapi lo gak ada bukti buat ngelaporin gue."

"Kata siapa gak ada?"

Zefan mengeluarkan ponselnya den menunjukkan foto beserta video ketika ia tengah balapan.

"Tapi kan lo juga ada disitu," ucap Zura.

"Guru guru gak bakal tau gue ada di sana, gue pake topeng."

"Gimana? Masih mau nyebarin tentang gue?" Zefan tersenyum menang.

"Oke. Fine, gue gak bakal sebarin rahasia lo, asal lo tutup mulut jangan kasih tau guru soal video itu."

"Setuju."

Zera menghela napas dia sekarang sudah terjebak dalam permainan Zefan.

"Wanna be friend?" Zefan menjulurkan tangannya.

Dengan berat hati Zura membalas uluran tangan Zefan, dia tersenyum tipis. Zura menatap Zefan dengan tatapannya yang tajam dan dingin, dia mengamati seluruh wajah Zefan dengan teliti.

"Lo udah masuk ke dalam hidup gue Zura. Pintu masuk dan keluar hanya ada satu. Ketika gue ingin lo pergi maka lo akan bebas, ketika gue ingin lo tetap ada, lo gak bisa pergi."

"Sebuah ancaman yang hebat, tapi sorry. Gue gak mempan sama ancaman lo. Pintu keluar itu bakal gue dobrak meskipun gak dibuka dengan sukarela."

Zura mendekatkan diri kepada Zefan, dia menatap lekat mata laki laki di hadapannya ini, dengan tersenyum tipis Zura berucap sesuatu.

"Gue harap lo gak salah milih orang."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Zura tersenyum lebar lalu pergi meninggalkan Zefan yang tengah terpesona dengan senyuman Zura dan juga kebingungan dengan ucapan yang dilontarkan oleh Zura.

A&ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang