1. Permata Jaya High School

137 16 1
                                    

Pagi itu gerbang Permata Jaya High School terbuka setelah satu bulan libur. Awal semester ini terlihat beberapa murid baru yang memasuki sekolah tersebut. Memang sudah tradisi jika awal semester dimulai akan ada murid baru penerima beasiswa yang diadakan setiap tahun.

Bangunan megah berlantai 3 itu akan memanjakan mata orang yang melihatnya.
Satu gedung yang dikelilingi oleh 4 gedung lainnya dengan arsitektur klasik yang membuat suasana nyaman. Satu gedung utama adalah pusat dari sekolah tersebut, dua disamping kiri kanan gedung tersebut adalah ruang kelas dan labotarium dan dibelakang kedua gedung tersebut adalah UKS dan gedung olahraga.

Beberapa mobil mewah mulai memasuki halaman menuju basement. Seragam mengkilat, tas dan sepatu branded serta supir yang menyambut mereka menjadi pemandangan yang biasa di Permata Jaya.

Gadis bernama Kinara Permata Wijaya itu, mengawasi semuanya dari jendela di gedung utama. Seseorang menarik perhatiannya. Seseorang yang sedang berjalan kaki dari gerbang utama diantara murid-murid yang memakai mobil.

Tidak lama setelah itu, Angin datang dengan motornya. Berhenti didepan Inaya yang terlihat kebingungan.

"Inaya? Kamu disini?" Tanya Angin.

"Iya, aku hari ini mulai sekolah disini," jawab Inaya, tetapi wajah Angin tidak senang.

"Baiklah, kamu ke kantor adminitrasi saja. Emm di gedung itu, kamu masuk aja nanti ada tandanya. Kalau nggak ketemu, tanya petugas dilobi,"ucap Angin sambil menunjuk gedung utama.

Angin memakai helmnya dan melajukan motornya tanpa mendengar jawaban Inaya.

'Dia sepertinya nggak senang aku ada disini' kesal Inaya.

***
Setelah bertanya ke petugas dilobi, Inaya bukannya diantar ke kantor adminitrasi tetapi malah diantar ke ruang kepala sekolah.

Diruang kepala sekolah yang megah itu, hanya ada Inaya dan Kepala sekolah.
"Inaya kamu akan saya tempatkan di kelas 11 A, cari tahu di denah sekolahan untuk tempatnya," ucap Kepala Sekolah.

"Maaf Bu, bukankah kelas 11 A adalah kelas yang paling unggul?" Tanya Inaya yang tidak percaya jika dia ditempatkan dikelas 11 A.

"Ah pasti kamu tahu kelas itu," dengan senyum miring kepala sekolah melanjutkan.

"Seseorang memintamu ditempatkan disana," Inaya yang mendengarnya menebak jika Angin yang melakukannya pun tersipu.

Tidak lama Inaya pamit untuk pergi ke kelasnya.
Tanpa Inaya sadari ada seseorang yang mendengar semuanya dari balik tirai.

***
"Tunangan, ikut gue!" Angin menarik tangan Kinara dan membawanya ke taman belakang gedung utama.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kau memasukan Inaya kesini?" Tanya Angin dengan tangan yang mencengkram kedua bahu Kinara.

"Ooh jadi kau melakukan ini cuma gara-gara gadis itu," Angin menghela nafas lelah.

"Bisa tidak langsung jawab aja,"

"Dia penerima beasiswa disini, jadi hak dia dong mau sekolah disini atau enggak," jawab Kinara dengan santai.

"Tapi kau kan yang mau dia disini. Bisa saja kau tidak meluluskan beasiswanya," Kinara tersenyum miring.

"Ya, aku yang mau dia disini. Biar dia lihat dan denger sendiri dari mulut semua siswi disini kalau dia tidak pantas buatmu. Aku akan membuatnya merasakan neraka yang kubuat. Aku mau liat sejauh mana dia bisa melangkah," Angin semakin mengeratkan cengkramannya. Kinara mendekat dan berbisik.

Mahkota RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang