Tap
Tap
TapDi gang gelap pinggir kota, seorang gadis berambut coklat terus berlari tanpa menghiraukan sepatu dan seragamnya yang sudah kotor karena genangan air. Peluh dan debu menyatu diwajahnya. Dia sesekali menengok ke belakang tak kala langkah kaki mulai dekat dengannya.
Sambil terus berlari dia mengambil ponselnya. Berusaha menghubungi seseorang yang dipercayainya.
Panggilannya tidak terjawab, segera saja dia beralih ke pesan suara.
"Kak Nara, tolong aku! Mereka ... tidak, dia bukan orang baik. Jika terjadi sesuatu padaku tolong selidiki. Jangan percaya pada siapapun kurasa orang yayasan--
Brak
Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya sebuah mobil menghantamnya dari arah samping.
Dengan sedikit kesadaran gadis itu melihat seseorang turun dari mobil yang menabraknya.
"Ke- akh kenapa?"tanya gadis itu ditengah rasa sakitnya.
Seseorang itu mengambil ponsel milik gadis itu dan menutup panggilan pesan yang dilakukannya.
Setelah itu, seseorang itu merobek name tag yang bertuliskan Laila Indira dan menyeret tubuh gadis itu ke dalam mobil.
Malam itu seorang gadis menjadi korban kebiadaban seorang manusia.
***
Hari masih terlalu pagi untuk para siswa berangkat ke sekolah, tetapi tidak untuk Nadira.
Mobil yang mengantarnya tepat berada di depan gerbang sekolah. Bahkan satpam penjaga sekolah pun belum datang.
"Ra, maafkan ayah ya. Kamu jadi berangkat terlalu pagi,"ucap sang ayah merasa bersalah membuat putrinya berada di sekolah yang masih sepi.
"Nggak apa apa yah, lagian ayah juga harus ke bandara. Aku duluan yah,"jawab Nadira sambil membuka pintu mobil.
"Kalau ada apa apa kabari ayah,"ucap ayah Nadira sambil melambaikan tangan. Nadira hanya mengangguk sambil tersenyum.
Nadira berbalik saat mobil ayahnya melaju pergi.
Langkah kakinya dengan perlahan membawanya memasuki sekolah yang sepi itu. Suram dan dingin, matahari bahkan tertutupi oleh awan kelabu.Disibaknya sedikit lengan baju miliknya. 06.00 adalah angka yang tertera di jam digitalnya. Hembusan nafas lelah terus dilakukannya.
Sambil mengusap kedua lengannya dengan perasaan tidak nyaman dia mengambil ponselnya dan menelepon Aruna, sahabatnya.
"Halo, Aruna,"sapanya sambil terus berjalan.
"Halo, tidak biasanya kau menghubungiku sepagi ini?"suara serak mulai terdengar di seberang sambungan.
Hawa yang dingin semakin membuatnya tidak nyaman. Beberapa kali kepalanya bergerak melihat sekitar.
"Aku sudah disekolah. Bisakah kau cepat datang ke sekolah?"pintanya.
"Hei! Kau kenapa ada di sekolah sepagi ini? Kau tahu kan jam berapa kelas dimulai. Apa jangan-jangan kau lupa setelah seminggu liburan bersama keluargamu hah?"omel Aruna tidak habis pikir.
Ya, satu minggu kemarin dia izin tidak berangkat untuk liburan bersama keluarganya, dan pagi ini juga ayahnya harus pergi lagi untuk perjalanan bisnisnya. Pikirnya tidak apa apa berangkat lebih pagi sesekali, tapi dia tidak menyangka suasananya akan seperti ini.
"Sudah jangan banyak mengoceh deh. Ayahku ada perjalanan bisnis pagi ini, dan mau tidak mau aku harus ikut berangkat dengannya. Supirku sedang cuti, dan tidak ada yang mengantarku,"balasnya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Ratu
Teen FictionKinara Permata Wijaya, seorang gadis dingin dan angkuh yang menjadi simbol kekuasaan Permata Jaya High School, sebuah sekolah swasta elit milik yayasan Wijaya. Hidupnya yang sempurna satu-persatu mulai hancur saat gadis itu, Inaya Wiyata muncul di...