5. Putus

74 8 3
                                    

Setelah perkataan dan perlakuan Angin, Kinara sudah memutuskan untuk membatalkan pertunangannya.

Saat ini dia dan Angin sedang menunggu orang tua mereka datang. Orang tua mereka tidak akan menyangka jika makan malam untuk merayakan ulang tahun Angin akan berakhir dengan pemutusan hubungan mereka.

"Saat ini kau bebas, silahkan jika kau ingin bermain ataupun bersenang-senang dengan Inaya. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi," Kinara mengambil cangkir teh didepannya, kemudian menyesapnya dengan tenang. Tanpa Angin sadari Kinara tersenyum miring dari balik cangkir yang diminumnya.

"Tapi, ingat tidak semua yang terlihat putih akan selalu putih begitu juga sebaliknya. Namun bukankah manusia tidak ada yang benar-benar putih maupun hitam? Manusia saja bisa berbohong di buku harian mereka," sinis Kinara sambil mengembalikan cangkir yang dipegangnya.

Angin menghiraukan perkataan Kinara, yang terpenting sekarang dia bisa bebas dari gadis itu.

"Lalu bagaimana dengan dana yang sudah Wijaya Crop keluarkan untuk perusahaan keluargaku?" Tanya Angin. Di saat Kinara akan menjawabnya, orang tua mereka datang.

****
"Ada yang ingin aku sampaikan,"ucap Kinara setelah mereka selesai makan malam. Dia terlihat gugup, sesekali matanya melirik sang ayah.

"Ada apa sayang?"tanya Laras.

"Aku.. ingin memutuskan pertunangan ini,"ucap Kinara. Kedua orang tua Angin terlalu terkejut untuk berkata-kata. Kinara melirik Nathan untuk melihat bagaimana reaksinya. Nathan hanya dengan tenang menyesap minumannya tanpa terkejut dengan apa yang diucapkan Kinara.

"Apa-apaan ini? Apa yang kau lakukan tuan Nathan? Bagaimana putrimu bisa memutuskan secara sepihak seperti ini?"marah Dimas, ayah Angin.

"Kenapa sayang? Apa Angin berbuat salah kepadamu?"tanya Laras dengan lembut.

"Angin sudah memiliki kekasihnya sendiri tante. Aku tidak ingin menghalangi hubungan mereka dan om Dimas tenang saja. Pertunangan ini tidak ada hubungannya dengan investasi Wijaya Crop untuk perusahaan Anda," dengan wajah tenang dan dingin Kinara membalas semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

Nathan hanya mengawasi semuanya dengan tenang.

"Benarkah keputusan ini putrimu yang membuatnya sendiri tanpa ikut campur anda tuan Nathan?"tanya Dimas yang masih geram dengan keputusan Kinara.

"Mengabaikan, menghina, menuduh, dan menyelingkuhi Kinara bukankah itu tindakan yang sangat tidak terpuji? Saya selama ini diam saja karena tahu jika Kinara bisa membalasnya tanpa bantuan saya. Namun, perselingkuhan adalah hal yang sangat saya benci dan putra anda melakukannya kepada putri kesayangan saya sendiri. Bersyukurlah saya tidak mencabut dana yang sudah saya keluarkan untuk perusahaan anda,"marah Nathan. Kinara hanya bisa menatap terkejut dengan apa yang Nathan katakan. Dia tidak menyangka jika ayahnya selama ini tahu apa yang terjadi dengannya.

"Sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, kalau begitu saya pamit,"ujar Nathan, kemudian pergi disusul Kinara.

****
Pagi yang cerah sangat berbanding terbalik dengan Kinara. Memikirkan pertunangan yang kandas dan gosip yang timbul karena hal tersebut. Inaya sudah resmi menjadi kekasih Angin sekaligus naik tingkat menjadi seorang putri di sekolah ini.

Sebuah kanvas kosong menjadi pelampiasannya saat ini. Kinara melukis secara abstrak untuk mengurangi emosi dalam dirinya.

Namun lama kelamaan dia teringat dengan sikap Inaya, kata-kata Angin, dan olokan murid-murid Permata Jaya yang sudah mendengar berita tersebut.

Kinara membanting kuas digenggamannya dengan emosi. Hampir saja Langit yang baru memasuki ruangan itu terkena lembaran kuas tersebut.

"Kinara, ayo ikut aku,"ajak Langit.

"Kemana?"

"Nggak usah banyak tanya, ikut aja bisa nggak?"ucap Langit. Kinara mengalihkan perhatiannya ke lukisan dihadapannya dengan malas.

"Nggak, aku lagi malas pergi,"jawab Kinara.

"Udah ikut aja, aku lebih malas melihat wajah galaumu setelah pertunanganmu dengan Angin batal,"ucap Langit.

"Ya! Siapa bilang aku sedang galau?!"sangkal Kinara.

"Udah, ikut aja,"balas Langit sambil menarik tangan Kinara. Kinara yang mendapatkan perlakukan tersebut hanya cemberut.

Disisi lain Inaya yang melihat kedekatan Langit dan Kinara itupun kesal.

***

Gimana dengan bab 5 ini? Semoga suka🤗
Lanjutin bacanya.

Ilustrasi karakter pendukung yang muncul di bab ini :

Ilustrasi karakter pendukung yang muncul di bab ini :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimas Narendra

Mahkota RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang