Langit berjalan di lorong apartement elit yang ada di pusat ibu kota.
Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sini.
Ketika dia berdiri di depan pintu lift untuk menunggu lift terbuka, perasaannya entah kenapa menjadi tidak enak.
Dia melihat kembali pesan yang didapatkannya dari sekertaris kakeknya.
Sebelumnya dia meminta alamat tempat tinggal Anna di negara ini. Hanya dari sekertaris kekeknya lah dia bisa mendapatkan informasi ini.
"Lantai 15,"gumam Langit.
Saat pintu lift terbuka, seorang laki laki berpakain hitam, memakai topi, dan mengenakan masker keluar.
Langit merasa familiar dengan laki laki tersebut.
Saat mereka berpapasan, Langit mencium bau yang aneh. Namun, dia mengabaikannya begitu saja.
Langit masuk ke lift dan menekan lantai yang dituju. Meskipun dia mengabaikannya tetapi dalam hati dia masih kepikiran dengan laki-laki itu.
"Bau darah,"gumam Langit setelah sadar akan bau yang dia rasakan.
Meskipun samar, dia masih bisa mengenali bau anyir itu.
Perasaannya semakin tidak enak.
Setelah lift terbuka, dia segera berlari menuju unit apartement Anna.
Setelah sampai dia dengan ragu akan menekan bel sebelum dia menyadari jika pintu apartement Anna tidak tertutup rapat.
Langit bergegas membuka pintu itu dengan kasar.
"Anna!"panggil Langit dengan suara keras.
Langit melihat sekelilingnya dengan terkejut.
Semuanya berantakan.
Barang-barang terpencar dan terpecah dimana-mana.
Di tengah ruangan, Anna tergeletak di atas genangan darah yang keluar dari pelipis dan pergelangan tangan.
"Anna! Bangun!"teriak Langit sambil mengguncang tubuh Anna dan menepuk pipinya.
Langit mengambil kain apapun yang bisa dia temukan untuk menghentikan pendarahan di lengan Anna.
Setelah memastikan pendarahan Anna teratasi, dia menggendongnya dan segera berlari keluar.
Langit segera membawa Anna ke rumah sakit terdekat.
Rasa takut dan trauma menghatui Langit.
Di sepanjang perjalanan dia berdoa untuk keselamatan adik sepupunya itu.
Dia tidak ingin kehilangan lagi.***
Lagi dan lagi Langit berakhir di lorong tunggu rumah sakit.
Kepalanya tertunduk dengan tangan dan baju yang berlumuran darah.
Menunggu dengan gelisah untuk sebuah kabar. Dia hanya berharap jika semuanya berakhir dengan kabar baik. Para perawat bolak balik membawa kantung-kantung darah di depannya.
Hatinya terasa sakit saat peristiwa yang menjadi trauma besarnya terulang. Tanpa terasa air matanya mengalir tanpa suara.
Flashback
3 tahun yang lalu
Angin bertiup kecang membawa rasa dingin yang menusuk kulit. Dengan pakaian tipis dan satu koper di tangannya, Langit keluar dari bandara Internasional Seoul.
Dia sebenarnya melarikan diri dari tuntutan orang tuanya. Di negara inilah satu-satunya orang yang bisa memahami dirinya berada.
Dia menghentikan taksi dan menaikinya. Tujuannya adalah tepi sungai Han biasa dia menghabiskan waktu bersama Doyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Ratu
Teen FictionKinara Permata Wijaya, seorang gadis dingin dan angkuh yang menjadi simbol kekuasaan Permata Jaya High School, sebuah sekolah swasta elit milik yayasan Wijaya. Hidupnya yang sempurna satu-persatu mulai hancur saat gadis itu, Inaya Wiyata muncul di...