3. Hancur

68 10 0
                                    

Di gedung olahraga, Angin bermain dengan bola basketnya. Mendribel bola dan melemparkannya ke ring beberapa kali.

Keringat menetes membasahi bajunya. Saat akan mengambil bola, seseorang mendahuluinya. Dia, Ardian. Murid berandalan dan suka tawuran itu melemparkan bola dan tepat mengenai ring.

"Aku dan kau tanding basket disini,"tantang Ardian.

Harga diri Angin pastinya akan terluka jika tidak menerima tantangan itu. Trimbun mulai ramai dengan murid-murid yang ingin menyaksikan mereka setelah mendengar kabar mereka berdua, sang pangeran sekolah akan bertanding.

Angin yang pertama memengang bolanya dan mulai berlari. Ardian mengejar dan mencegat Angin. Angin menghidar saat Ardian akan mengambil bolanya.

"Kau bajingan," bisik Ardian sambil mengambil bola dari Angin yang lengah.

Ardian melempar bola ke ring milik Angin yang jaraknya lumayan jauh. Mengambil bola yang sudah jatuh dan ancang ancang untuk melempar bola itu ke wajah Angin.

Ardian membuang bola itu dengan emosi.

"Kau bajingan Angin! Kau sudah bertunangan! Jangan deketin Inaya kalau kau masih menjadi tunangan Kinara. Kau tahu sulitnya kehidupan Inaya kan. Jadi jangan menambah bebannya dengan orang kayak sampah sepertimu," Angin yang masih tersungkur terkejut dengan apa yang dikatakan Ardian. Angin bangkit dan mencengkram kerah baju Ardian.

"Bagaimana kau tahu tentang Inaya?!"

"Kau tidak perlu tahu, yang pasti mereka berdua sudah bodoh merebutkan orang sepertimu" ucap Ardian sambil melepaskan cengkraman Angin dari bajunya. Sebelum pergi Ardian meninju wajah Angin sampai Angin tersungkur.

Seseorang mengawasi semuanya dari atas trimbun yang sepi.

****
Di kantin yang ramai, Kinara berjalan ke stan makanan dan mengambil bakso kesukaannya. Tiba-tiba Inaya datang dan menabraknya. Bakso yang dibawanya tumpah mengenai Inaya.

Inaya menjerit kepanasan. Angin datang lagi-lagi menjadi pahlawan untuk Inaya.

"Inaya, kamu tidak papa?! Kinara kau apa-apaan sih?! Minta maaf tidak!"bentak Angin.

Ardian datang dan mendorong Kinara menjauh, bergegas memberikan jasnya untuk Inaya.

"Bisa tidak? tidak usah ribut dulu. Kasihan Inaya butuh dibawa ke UKS,"kata Ardian sambil memapah Inaya.

"Kau tidak usah ikut campur, sini Inaya denganku," Angin menarik Inaya dan pergi tanpa memperdulikan Kinara.

Tanpa semua orang tahu jika Kinara juga terluka karena kuah bakso tersebut.

"Kalian semua bodoh,"lirih salah seorang diantara keramaian itu.

****
Senja masih terlihat saat Inaya sampai di rumahnya. Dia hari ini izin tidak bekerja karena kondisinya yang terluka.

Tidak biasannya lampu rumah sudah menyala. Ah, pasti ayahnya ada di rumah setelah menghabiskan uangnya untuk berjudi.

Saat memasuki rumah Inaya disambut oleh ayahnya yang marah. Menarik tangan Inaya dan membawanya ke kamar.

Mahkota RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang