13. Bunga Mawar

46 3 0
                                    

~Langit Adhitama Pov~

Aku membuka pintu balkon kamarku dan berjalan ke arah pembatas balkon. Tatapanku tertuju ke sebuah kamar di rumah seberang.

Pasti dia masih sedih. Aku memasukkan tanganku ke sakuku dan mengeluarkan sebuah catatan dari sana.

Mawar yang layu harus disingkirkan.
Mawar putih ternoda darah menjadi mawar merah.
Saat itu terjadi, dia menjadi milikku.

Apa maksudnya ini?
Aku teringat bagaimana bisa menemukan catatan ini.

Kilas Balik
Hari ini seharusnya ujian dilaksanakan, tetapi saat sampai di sekolah banyak polisi dan wartawan yang berdatangan.

Semakin aku memasuki sekolahan, kulihat Nadira yang menangis. Tatapanku tertuju ke dalam garis kuning yang dipasang polisi. Disana, aku mengenali seseorang yang masih tergantung di atas sana. Dia Laila Indira, salah seorang anggota Kingdom Center. Dia yang kemarin menemui Kinara dan berpelukan dengannya.

Aku pergi menuju atap di seberang gedung utama. Mengamati dari atas apa yang terjadi. Kinara datang bersama Pak Nathan. Dari sini aku bisa melihat bagaimana Kinara yang terkejut dengan apa yang terjadi pada Laila sampai akhirnya tidak sadarkan diri di dekapan Raihan. Aku hanya menatap datar apa yang terjadi.

Saat akan berbalik mataku tertuju ke atap gedung utama. Aku menajamkan mataku untuk melihat lebih jelas. Iya, tidak salah lagi itu adalah bunga mawar putih yang ternoda sesuatu seperti darah. Segera saja aku berlari menuju ke tempat bunga itu berada. Namun, saat aku sampai bunga itu lenyap dan yang tersisa hanyalah sebuah kertas yang ditindih batu.

Aku segera mengambil kertas itu dan membacanya.

Mawar yang layu harus disingkirkan.
Mawar putih ternoda darah menjadi mawar merah.
Saat itu terjadi, dia menjadi milikku.

Apa artinya ini?

Aku menyimpan kertas itu dan segera pergi dari sana. Firasatku mengatakan catatan itu ada hubungannya dengan kematian Laila.

Selesai

"Bunga mawar, pasti bunga mawar dalam catatan itu tertuju pada sesuatu atau bahkan seseorang,"gumamku sambil memikirkan teka teki dalam catatan itu.

Tok
Tok
Suara ketukan pintu mengalihkan fokusku. Segera saja aku membuka pintu kamarku.
Ibu datang dengan setumpuk dokumen ditangannya. Aku menghela nafas tipis. Seperti biasa aku harus mengerjakan itu semua.

"Ini dokumen untuk hari ini. Bagaimana ujianmu?"tanya ibu dengan meletakkan dokumen itu di meja belajarku. Aku duduk di tepi ranjang.

"Bukankah ibu tahu jika ujian diundur karena kejadian itu,"jawabku singkat.

"Kalau begitu belajarlah lebih giat lagi untuk mempersiapkan ujian itu. Ibu dengar kau ikut lomba film,"ucap ibu yang membuatku muak. Belajar, belajar dan belajar. Apakah selama ini usahaku kurang.

Omong-omong, dari mana ibu tahu aku mengikuti lomba itu? Ah, pasti dari koneksinya.

Aku hanya mengangguk.

"Kenapa kau membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna? Ibu sudah cukup baik mengizinkanmu masuk ke klub penyiaran yah,"omel Ibuku. Aku sudah tahu jika ibu akan seperti ini.

"Bu, bisakah aku melakukan keinginanku sendiri?"tanyaku dengan putus asa.

"Tidak, kau itu milikku, milik keluarga Adhitama dan Kim. Jadi kau harus mengikuti semua perintah ibu,"kata ibu yang membuatku tersenyum tidak percaya.

"Sudah, kau kerjakan dokumen itu! Ibu ada urusan,"ucapnya sambil berjalan pergi.

"Anna dimana?"tanyaku yang membuat ibu menghentikan langkahnya.

"Untuk apa kau menanyakan anak itu? Bukankah dia memperlakukanmu dengan buruk?"tanya ibu heran denganku.

"Tetap saja dia adik sepupuku, Bu. Dia tinggal di negara yang bukan asalnya sendirian. Tidakkah ibu mengkhawatirkan keponakan ibu?"

Anna adalah adik sepupuku dari pihak ibu. Dia anak dari kakak ibu. Dia memang memperlakukanku dengan buruk semenjak kakak laki lakinya kak Doyun meninggal. Tapi, tetap saja aku mengkhawatirkannya, dia di negara ini sendirian tanpa ada seorangpun yang membantunya. Aku mendengar kabar jika kakekku mengirimnya kesini karena tingkah lakunya.

Ibu hanya terdiam mendengar pertanyaanku.

"Tidak biasanya kau menyimpan bunga mawar di kamarmu?"tanya ibu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Hanya ingin saja,"jawabku dengan singkat.

"Melihat bunga mawar mengingatkanku dengan seseorang. Kau tahu Kinara, putri Nathan di depan rumah?"tanya ibu yang hanya kuangguki.

"Dia mawar. Ibunya pernah bercerita jika arti namanya adalah mawar. Berharap tumbuh cantik dengan duri yang melindungi dirinya sendiri,"ucap Ibu yang membuatku terkejut. Ibu pergi setelah mengatakan hal itu.

Segera saja aku membuka catatan itu. Kini aku tahu bunga mawar itu tertuju ke Kinara.

***

Hari ini pemakaman Laila dilakukan. Tanpa sanak dan keluarga. Aku baru tahu jika ternyata Laila seorang yatim piatu. Tatapanku tertuju pada punggung rapuh Kinara.

"Kumohon, tetaplah tegar,"pintaku dalam hati.

Entah perasaanku saja atau memang ada seseorang yang mengawasiku. Kulihat Kinara mengedarkan pandangannya. Tatapannya terpaku pada ujung pemakaman ini. Tanpa sadar aku mengikuti pandangannya.

Seorang pria berpakaian hitam memakai topi serta masker, disampingnya seorang perempuan berdiri memakai dress berwarna hitam.

Kinara mengalihkan pandangannya, tetapi aku tetap melihat mereka. Tatapan mereka sangat tajam menatap ke arah sini. Bukan, lebih tepatnya ke arah Kinara. Mereka berbalik dan pergi. Aku bergegas mengejar mereka sebelum mereka menghilang.

Namun di persimpangan jalan aku kehilangan mereka. Saat akan kembali aku lagi-lagi melihat bunga mawar putih yang ternoda darah di tepat mereka sebelumnya berdiri.

Siapa mereka?

TBC

Rumah Langit itu didepan rumah Kinara.

Mahkota RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang