14. Sesuatu yang Tidak Ingin Dilihat

39 4 0
                                    

Kinara berjalan mengendap-ngendap di rumahnya. Dia tahu jika ayahnya saat ini masih di sekolah dan Bi Lia sedang belanja bulanan.

Tujuannya saat ini adalah ruang kerja ayahnya.

Kemarin hasil autopsi Laila keluar. Karena dia tidak punya orang tua dan sanak saudara, maka ayahnya yang bertanggung jawab untuk Laila. Laila juga anak yatim piatu yang berada dibawah yayasan Permata Wijaya.

Dengan perlahan dia membuka pintu yang terbuat dari kayu jati itu.

Ruangan luas dengan arsitektur klasik itu menjelaskan bagaimana kepribadian seorang Nathan Wijaya.

Rak-rak buku tersusun rapi di sisi kanan dan belakang meja kerja ayahnya. Satu paket sofa lengkap memenuhi tengah ruangan itu.

Di antara semuanya dia tertarik pada meja bundar yang berada di sisi lain ruangan itu, tepat di dekat jendela kaca yang tertutup tirai.

Kinara berjalan mendekati meja itu. Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang terbentang di atas meja bundar itu.

Sebuah peta dengan banyak coretan di atasnya.

Saat ini, emosi yang tidak bisa dijelaskan muncul di hati Kinara.

Senang? Amarah? Atau terkejut?

Kinara tidak mengira jika ayahnya masih mencari ibunya yang pergi meninggalkan mereka.

Dari sekian banyak hal, dia sangat membenci ibunya.

Dia membenci bagaimana ibunya mengkhianati mereka.

Dia membenci bagaimana ibu dan ayahnya saling menyakiti tanpa mereka sadari.

Dia membenci bagaimana ibunya pergi setelah semua kasih sayang yang dia berikan sesaat sebelum dia pergi.

Kinara menundukan kepalanya dan mengepalkan tangannya erat erat.

'Aku disini bukan untuk ini, aku disini untuk Laila,' tegasnya pada dirinya sendiri.

Dia bergerak menuju meja kerja ayahnya dan mulai mencari berkas autopsi Laila.

Ketika dia tidak menemukan apa yang dicarinya di atas meja, dia mulai bergerak membuka laci satu demi satu.

Saat dia membuka laci kedua dia menemukannya.

Tanpa membacanya dia mengeluarkan ponselnya dan memfoto berkas itu.

Ketika akan meletakan kembali berkas itu, dia menemukan sebuah kotak kayu tua.

Dia penasaran dengan isinya. Dia dengan ragu ragu mulai mengeluarkan kotak kayu itu.

Kotak kayu itu memiliki gembok dengan kombisasi angka untuk membukannya.

'Kinara berfikirlah! Apa kata sandinya? Ah ulang tahun ayah?' batinnya kemudian mencoba menggunakan kombinasi angka itu untuk membukanya.

Tidak bisa!

'Apa yah? Ulang tahun pernikahan?'

Dia mencoba membukanya lagi tetapi tidak bisa.

Kinara terdiam sesaat dan mencoba membukanya lagi.

Klik

Mata Kinara melebar tidak percaya.

Kotak itu terbuka.

Sesaat kemudian tatapan Kinara menjadi sendu.

Kombinasi angka yang dia coba adalah ulang tahun ibunya. Secinta itukah ayahnya pada sang ibu?

Dia membuka kotak itu.

Kotak itu berisi foto-foto, berkas, surat, kartu nama dan sebuah liontin dengan bunga dandelion didalamnya.

Dia melihat satu persatu foto-foto itu.

Foto pertama yang dia ambil adalah fotonya saat dia kecil.

Di belakangnya ada sebuah tulisan dengan tinta merah.

Putri kecil ini akan menjadi milikku
Ada harga yang harus dibayar setelah ratuku menghilang
Penderitaan dan kesakitan akan menjadi balasannya.

"Ini... maksudnya aku?"

Berusaha tidak teralihkan, Kinara mengambil foto berikutnya.

Foto keluarga mereka yang tersenyum bahagia. Dia, kak Kenan, ayahnya dan ibunya.

Tanpa sadar Kinara tersenyum.

Tangannya terulur untuk mengambil berkas yang ada di kotak itu.

Di dalamnya terdapat foto-foto lainnya. Dia melihatnya satu persatu.

Tanpa dia sadari tangannya gemetar menahan emosi.
Semua foto-foto yang terdapat di berkas itu adalah foto-foto ibunya bersama laki laki yang menjadi duri dalam keluarganya.

Dia tahu laki laki itu, tetapi dia tidak tahu identitasnya. Dia hanya tahu sebatasnya namanya saja. Laki laki itu bernama Revano Sanjaya.

Setiap mendengar nama laki laki itu, darahnya terasa mendidih.

Dibalik tumpukan foto dalam berkas itu terdapat biodata laki laki itu.

Setelah membacanya dan memfotonya, dia menyadari ada biodata lainnya dibawah biodata laki laki itu.

Dia membaca namanya Rania Andita.
Kinara melebarkan matanya.

'Tunggu, dia istri laki laki itu?'batinnya tidak percaya.

Tatapannya tertuju pada kartu nama yang ada di dalam kotak itu.

Rania Andita
Galeri Permata Andita

Semua yang dilihatnya, dia foto untuk diselidiki lebih lanjut.

Dia tidak mengira niat awalnya untuk mengetahui hasil autopsi Laila berakhir melihat apa yang tidak ingin dia lihat.

TBC

Rania Andita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rania Andita

Mahkota RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang