bagian delapan belas

5.7K 160 1
                                    

||18. Kajesha dengan tekanannya.

Kajesha menatap ke arah langit gelap yang di penuhi oleh banyaknya bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kajesha menatap ke arah langit gelap yang di penuhi oleh banyaknya bintang. Bintang paling bersinar di antara yang lain, membuat bibir Kajesha tertarik membentuk senyuman manis. Hatinya terasa nyaman ketika menemukan bintang yang selalu ia cari. Bintang paling terang dan bersinar dari ribuan bintang yang lainnya.

"Hai, itu pasti lo kan?" Sapa Kajesha.

"Lo tau nggak? Gue kemarin abis di tusuk orang tau, sampe harus di rawat di rumah sakit lima hari." Ujarnya memulai curhatannya.

"Gue yakin seribu persen nih ya, kalo lo disini dan tau kalo gue kena kejadian kayak gini, lo pasti bakal marah besar. Semua barang di banting, teriak-teriak marah-marah. Dan yang paling gue yakinin, lo bakal langsung bunuh pelakunya. Iya kan, begitu?" Lanjutnya, terus berceloteh.

"Ini bukan gue kepedean, tapi kan lo emang gitu sifatnya. Gue udah paham semuanya hehe." Kajesha terkekeh kecil.

"Tapi gimana bisa lo bunuh pelakunya? Orangnya aja misterius banget."

Kajesha menundukkan kepalanya, bersamaan dengan itu air matanya menetes. Dia menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu dan mata berkaca-kaca.

"Gue kangen lo. Bener-bener kangen bangettt." Dengan pandangan kosongnya, Kajesha berucap.

"Gue minta maaf. Seharusnya dulu gue lebih bisa tegas sama lo dan dia, pasti kejadiannya nggak akan kayak gini. Lo nggak akan ninggalin gue secepat ini." Ucapan Kajesha mulai lirih.

"Salah ya, kalo gue nyalahin dia sepenuhnya atas kejadian ini? Salah kalo gue benci sama dia?"

"Gue rasa nggak. Karena semua ini emang terjadi karena dia! Kalo saudara bejat lo itu nggak egois dan mikirin dirinya sendiri, semuanya nggak akan kacau dan berakhir fatal. Dia yang bikin lo ninggalin kita semua." Mata Kajesha berganti dengan sorotan dendam yang terpancar. Kedua tangannya juga mengepal kuat, tak menghiraukan tangan kirinya yang terbalut perban itu terasa sakit karena sangking kuatnya ia mengepal.

Kajesha menatap kembali langit gelap yang masih menampakkan bintang-bintangnya. "Tapi gue juga salah. Gue tetep salah karena nggak bisa menghentikan semuanya."

Lama berdiam di balkon, lamunan Kajesha buyar kala siara ketukan pintu kamarnya terdengar. Kajesha memasuki kamarnya, menutup pintu balkon lalu berjalan ke arah pintu. Dia memutar kunci dengan gantungan kupu-kupu itu, karena ia memang mengunci pintu kamarnya.

"Bi Darsih? Kenapa, bi?" Tanyanya kala melihat bu Darsih yang ternyata orang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Non Jesha, non di suruh ke bawah. Ibu sama bapak pulang, nungguin non makan malam." Ujar bi Darsih dengan senyuman lembut.

Kajesha sedikit mengernyitkan keningnya. Tumben sekali orang tuanya pulang secepat ini? Dan lagi, pulang secara bersamaan? Oh tidak. Ini kebahagiaan? Tentu. Tapi ini juga musibah untuknya. Pasti kedua orang tuanya akan membuatnya pusing dengan segala tekanan berdasarkan keinginan mereka masing-masing. Beradu argumen yang sangat membuat kepalanya rasanya ingin pecah.

BAD COUPLE [VELJESHA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang