"Bang Arna besok bisa jadi perwakilan pidato alumni gak disekolah?".
Arna mengangguk mengiyakan ucapan Adeknya, sebelumnya ia sudah mendengar perdebatan kecil antara Adek pertamanya dan Adek bungsunya.
"Sini Dek, biasanya juga main nerobos aja" ucap Arna menyuruh Rakha mendekat ke arahnya.
Rakha langsung melangkah masuk, dia ambil duduk disisi kasur abangnya dan melihat punggung Arna yang membelakanginya.
"Bang Arka nolak, katanya malu dulu sering bolos malah jadi perwakilan" ucap Rakha mengadu.
Arna terkekeh dan melangkah mendekat kearah Rakha, sebagai kakak pertama dia hanya bisa mendengar keluh kesah Adeknya yang selalu terkena jail Adek pertamanya.
"Skip aja sama Arka mah, udah tau orangnya gitu" ucap Arna merebahkan tubuhnya dikasur.
"Adek di tunjuk jadi ketua pelaksana lagi?" Tanya Arna yang diangguki Rakha.
"Ada yang perlu Abang bantu lagi gak? Temen-temen adek kerjanya gimana?" Tanya Arna, dia merasakan bagaimana menjadi ketua acara musiman disekolah dulu. Memang sibuk bahkan sangat sibuk.
"kompak, Andra juga masuk kepanitiaan kok" jawab Rakha, Kivandra Daniswara itu sahabat sekaligus saudara jadi tak heran anak itu datang ke rumah untuk sarapan pagi.
Arna mengangguk "jangan terlalu capek dek, Abang lihat-lihat kemarin adek begadang terus duh" ringis Arna.
"Nanggung, kalo dibesok-besokkin gak akan kelar. lagian bagian adek udah dikit lagi kok tinggal dikerjain sama yang lainnya." ucap Rakha menjelaskan.
"terus planning job adek kedepannya udah ada? Jangan sampe adek kepilih jadi ketua porak Minggu depan" sinis Arna.
"Udah kepilih malah, ada lima acara lagi yang harus adek urus kedepannya" jawab Rakha tenang.
Arna melotot, apa gak salah denger kupingnya itu? Lima acara? Dan Rakha yang memimpin semua.
"Emang gak ada yang bisa dipercaya lagi apa disekolah? Kok sama adek semua?" Tanya Arna.
Rakha menghela nafas dan menggidikkan pundaknya "adek udah kelas 12 Bang, ya mungkin guru yang lain milih murid yang rajin dan berbakti hehehe" bercanda Rakha.
Rakha memang lebih dominan sering bercanda dengan Arna dibanding dengan Abang satunya lagi.
"Jangan capek-capek ah dek, baru aja kemarin demam tinggi sampe dua hari gak masuk masa udah disuguhi kerjaan seabrek." ucap Arna tak terima.
"Santai aja, Ayah udah beliin adek vitamin imun kok jadi aman" jawab Rakha santai.
Arna berubah posisinya menjadi duduk dia tatap wajah Adek polosnya terlihat sangat dingin karena aura cool yang turun dari dirinya.
"besok berangkat bareng Abang deh, besok jadwal Abang kosong" ucap Arna.
"Gak mau" jawab Rakha singkat.
"Nanti Abang jemput kok".
Rakha lagi-lagi menggeleng "besok adek berangkat sama Andra, terus pulang bareng Bunda katanya sih mau ngajak ke butik" ucap Rakha akhirnya diangguki Arna.
Padahal Arna ingin sehari menghabiskan masa libur singkatnya dengan mengajak Rakha ke restoran sederhana didekat sekolah.
Arna menghela nafas "dek kalo bisa minta Dispen yah satu acara, jangan sama adek semua gitu" saran Arna.
Arna itu memang orangnya gampang khawatir bila melihat orang sibuk. Dirinya yang sedang menjalani pendidikan kedokteran membuat Arna sedikit lebay bila keluarganya sakit.
"Ketularan Ayah nih, lebay adek gak suka!".
Rakha hanya bisa banyak bicara pada Arna, bila sudah keluar dari rumah dia akan berubah menjadi kulkas 5 pintu.
"Abang gimana sama mbak Chika?" Tanya Rakha.
Arna menatap sinis pada Rakha, dasar anak kepo tapi sok jadi anak cool diluar.
"Gitu aja, dia bilang udah ketrima jadi guru TK" ucap Arna tak malu, semua keluarganya sudah tau perihal Chika jadi untuk apa dia malu untuk mengucapkan hal itu.
Arna melihat wajah senang Rakha. Rakha itu suka dengan anak kecil sesekali Arna juga suka mengajak Rakha untuk bertemu Chika di sekolah TK.
"Udah jam sepuluh dek, tidur gih atau mau tidur disini?" Tanya Arna.
Rakha menggeleng dan bersiap berdiri, "tugas masih ada Bang, mau lanjut. Abang tidur duluan aja" ucap Rakha, niatnya tadi kekamar Arna kan memang mau bilang perihal acara musiman saja.
"nggak Dek! Tidur langsung, tu mata panda nya udah kelihatan loh" ucap Arna yang diacuhkan Rakha.
Rakha sudah biasa bergadang dari kelas 11 SMA. Dia yang selalu jadi perwakilan sekolah mengharuskan tubuhnya diajak berpikir dua kali dimalam hari.
"Kerjain dikit lagi kok, sisanya sama si Andra".
Arna menghela nafas lagi, iya aja deh selagi ia melihat Adeknya baik-baik saja. Rakha itu memang anak ambis tapi kadang tubuhnya gak seperti itu.
Rakha gampang sakit kalo maksain sesuatu atau mikir terlalu keras, itulah kenapa Arna sedikit kewalahan dengan Adek satunya itu.
***