Empat belas

943 101 1
                                    


"anjir gede banget woiii".

"Lo baru kesini ya?".

Gio mengangguk mengiyakan ucapan Andra, sementara Sandy dan Yuda sama-sama cengo saat melihat bagaimana luasnya rumah Rakha.

"Sumpah, selama tiga tahun gue temenan sama si Rakha, baru Sekarang gue kerumahnya. Ya Lo tau sendiri lah dulu kita-kita gak terlalu Deket sama tu anak" ucap Gio, Sandy dan Yuda menganggukkan kepalanya.

Dulu sifat Rakha terlalu dingin dan tidak mudah bergaul tapi saat kelas 11 Andra selalu mengajak Rakha untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sampe saat ini malah doi jadi kecanduan organisasi.

"Gue ramal pasti didalemnya ada kolam renang" ucap Yuda yang masih takjub.

Andra tekekeh, "jangankan kolam renang, bioskop juga ada disini" ucap tenang Andra yang membuat ketiganya mereka semakin shock.

"Astagfirullah".

"Anjirrrr".

"Masyaallah".

Andra semakin tertawa. Ucapannya memang benar bahwa dirumah Rakha ada home teather.

"Loh? Andra? Kalian? Pada ngapain dah? Mau ngelamar jadi Adek gue?" Tanya Arka yang baru saja keluar pintu.

Andra menggaruk tengkuk lehernya sementara yang lain sedikit canggung. "Ya kali Bang, gue mau ketemu Rakha. Biasalah kerkom" ucap Andra.

"Oh. Ya udah masuk gih" ucap Arka.

"Abang mau kemana? Rapih amat dah?".

"mau menuju masa depan yang cerah, dah ya Abang lagi buru-buru nih" pamit Arka melangkah pergi dan mulai masuk mobil.

Andra langsung membuka pintu, lalu diikuti Sandy, Gio, dan Yuda yang lagi-lagi terkaget.

"Bersih banget, gue betah banget diem disini" ucap Gio yang masih takjub, sebagai pria pecinta kebersihan tentu saja Gio menyukai Rumah Rakha.

"Keluarga Rakha emang suka bersih, bahkan ART disini pernah cerita kalo mereka bebersih rumah cuma dihari Senin sampe Jumat aja selain itu keluarga Rakha sendiri yang bersihin" jelas Andra.

Mereka bertiga mengangguk paham, pantas saja saat kelas 10 dan 11 Rakha pernah menjadi anak super rapih disekolah tapi sekarang sudah tidak terlalu. Lebih ke kece dan bikin hati amburadul.

"Bang Arna!!".

"Astagfirullah!! Kaget cil!" Gerutu Arna saat baru memasuki rumah.

"Loh kok banyak orang gini? Owalah akhirnya Abang lihat wajah kalian disini" ucap Arna menyentil kening Gio, Sandy dan Yuda.

"Ya maap bang, kita baru sempet kesini heheh" kekeh Gio, Arna sangat sering mengajak mereka ke rumah tapi mereka sering menolak dengan alasan malu karena baru kenal dengan Rakha.

"Rakha mana Bang?" Tanya Andra.

"Udah nunggu kalian tuh di gazebo ujung, jangan terlalu serius ya hahaha have fun!!" Ucap Arna lalu diangguki mereka.

"Om Adi sama Tante Anita gak ada?" Tanya Gio.

"Ayah sama Bunda udah pergi dari pagi, Bunda ada acara jadi Ayah nemenin" ucap Arna.

"Ohhh" ucap mereka berbarengan.

"Nanti cemilannya biar Abang anterin, gih cepet kesana" ucap Arna.

Andra mengangguk saja. Mereka melangkah keluar dan melihat Rakha yang sedang menulis layaknya seorang pangeran yang tengah mengukir tinta diatas kertas.

Suasana asri taman belakang membuat Andra dan yang lainnya sedikit salah fokus dengan kegiatan Rakha.

"anjir! Itu beneran si Rakha?" Tanya Gio.

"Gue cowok, tapi sumpah dia ganteng banget" puji Yuda.

"Bisa-bisanya bikin gue terharu" ucap Sandy.

"Rakha kalo peranin jadi Pangeran sabilah" saran Andra.

Mereka malah terdiam dan nyaman dengan suasana taman, bahkan Andra pun ikut terdiam.

Bagaimana bisa wajah Rakha terlihat sedikit berbeda hari ini.

"Mau disitu sampe kapan?" Tanya Rakha yang memang sudah menyadari kehadiran teman-temannya.

Andra dan yang lainnya langsung mendekat.

"Lo kenapa?"

Rakha menatap heran pada Gio, "gue gapapa tuh" jawab Rakha tenang.

"Lo kenapa ganteng bangetttt anjerrrrrr!! Kasih tau gue caranyaaaaa!!!!" Frustasi mereka bertiga.

***


"Sasa nyalonin diri jadi wakil acara camping".

"Udah gak aneh dia mah, kita juga gak bisa apa-apa karena dia anak pemilik sekolah" jengkel Yuda.

"Firasat Gue, dia pasti bakalan banyak ngomong kaya kek waktu itu sih" imbuh Sandy.

"Lo banyak sabar aja ya Rakh, mulut si Sasa udah kek ibu tiri" ucap Gio.

Rakha tampak acuh dengan hal itu, sudah biasa bagi dirinya mendapati Sasa yang seenak jidat masuk kedalam organisasi.

"Terus gimana sama si Zaki?" Tanya Andra menatap mereka, Zaki itu asalnya menjadi wakil yang akhirnya harus tergantikan.

Rakha menghela nafas dan menatap keempat sahabatnya, "udah gue masukin ke Humas kok, gue baru chat dia" jawab Rakha santai.

Keempat sahabatnya mengangguk, padahal mereka pikir Rakha belum mengetahui karena tak muncul di grup.

"Gue harap dia berubah lah pola pikirnya, gue suka pengen nampol bibirnya kalo dia udah nyerocos" kesal Andra.

"Tapi kalo dipikir-pikir, kok si Sasa kek sengaja pengen dekat sama Lo ya Rakh?" Tanya bingung Sandy.  

Rakha masih saja acuh dan meneruskan tugas susunan di laptopnya.

"Dia tuh kaya selalu aja bikin ulah biar Deket sama Lo" ucap Gio menyenggol lengan Rakha.

"Atau jangan-jangan...." Gantung Yuda.

"Mustahil sih" sambung Andra menolak.

Andra merangkul Rakha dan mengacak-acak rambutnya, "mustahil si Sasa gak suka sama cowo modelan Kaya Rakha jiakhhhhh!!" Goda Andra semangat.

Sementara Rakha menatap malas dan melepas rangkulan saudaranya itu, wajahnya menjadi dingin dan malas untuk kembali membahas pembahasan itu.

"Tapi Rakh, gue penasaran sama Abang-abang Lo. Mereka masih jomblo atau gimana? Gue gak pernah lihat mereka jalan sama cewek" tanya Andra polos bahkan sekarang ketiga sahabat yang lainnya ikut kepo.

"Lo tanya aja sendiri" jawab Rakha singkat.

"Kalo Bang Arna masih gue ragukan karena kelihatannya dia lebih suka profesinya, tapi kalo bang Arka udah pasti bucin akut sih" pikir Gio, padahal anak itu hanya kenal Arka dan Arna bila bertemu dijalan atau disekolah saja.

"Sok tau Lo" ketus Yuda.

Rakha tekekeh kecil dan mengambil selembar kertas didepan Gio,kertas nama-nama siswa baru.

"Bang Arna udah punya, malah Bang Arka yang selalu gagal dalam percintaannya" jawab Rakha tanpa menatap keempat sahabatnya.

"Hah?! Sumpah Lo?" Kaget ketiga dari mereka.

Andra menghela nafas, "pantes aja sih, sikapnya aja masyaallah".

Semua menganggukkan kepalanya, "Bang Arka baru aja ditinggal nikah, dia masih galau sebenarnya." Jelas Rakha lagi.

Lantas semuanya tertawa menanggapi itu, Rakha terlalu polos untuk menceritakan hal itu. Tapi lihatlah si doi malah masih anteng dengan kertas dan laptopnya.

"Laknat kau Rakh hahahahhahaha!!!".

Rakha hanya tersenyum kecil, bukan hal yang diceritakannya. Tapi ia senang Melihat sahabatnya tertawa meskipun sedikit mempermalukan Abangnya.

"Maaf Bang Arka hehehe".

***

Daniswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang