Sembilan

981 104 0
                                    


"loh? Rakha mana Ndra?".

"Rakha ketiduran di ruang osis om, udah kita bangunin tapi susah banget. Makin lama makin gak tega bangunin nya" ucap Andra yang sengaja sedari tadi menunggu di gerbang sekolah.

Bunda ikut menyimak perkataan Andra. "Yah coba kamu susul, kecapean tuh pasti si Adek" saran Bunda, bukannya tidak mau oleh dirinya tapi sudah dipastikan Bunda juga tidak akan tega.

"Tadi habis rapat dia langsung kesofa, eh taunya tidur" ucap Andra lagi.

"Biar Abang aja yang susul Yah, kalian tunggu disini" ucap Arna keluar mobil dan tak lupa menarik lengan Arka untuk ikut dengannya.

Arna, Arka dan Andra kembali ke ruang OSIS tak jarang semua wanita menjerit kaget saat Arna dan Arka menyapa mereka. Uh lihatlah Arka mulai dengan aksi capernya.

"Permisi" ucap Arna masuk kedalam ruang OSIS disana hanya ada para OSIS laki-laki saja yang sedang berkutat dengan kertas.

Sedikit rasa lega dihati Arna melihat itu, itu artinya tak hanya Rakha saja yang berfikir keras.

"Rakha udah tidur lama?" Tanya Arna pada salah satu anak OSIS.

"setengah jam yang lalu kak, setelah beres rapat buat besok dia langsung tidur".

Arna mengangguk paham, "gimana persiapan buat besok? Udah mantep kan?" Tanya Arna, dia harus bertanya begitu dulu sebelum Adeknya mengamuk karena meninggalkan tugas begitu saja.

"Udah oke kok kak, tinggal serahin surat ke kepala sekolah".

"Syukurlah".

Arna melirik Arka yang mengobrol dengan anak Pramuka, dulu Arka memang mengikuti Pramuka jadi hitung-hitung flashback.

"Dek, Adek bangun dulu yuk" ucap Arna mengelus punggung Rakha, posisi anak itu miring menghadap sofa.

"Bentar lagi Maghrib hey, gak baik buat tidur" ucap Arna sambil melirik jam yang ternyata sudah hampir jam setengah enam.

"Kalian masih ada tugas?" Tanya Arna.

"Udah beres dari tadi kak, kita mau periksa aula dulu" ucap Sandy.

"kita pamit ke aula dulu ya kak" ucap beberapa OSIS, Arna mengangguk dan hanya tersisa dirinya, Arka, juga ketika sahabat Rakha.

Semakin Arna mengusap punggung Rakha semakin sadarlah Rakha. Rakha itu tipikal orang yang gampang di usik bila tertidur.

"Abang...." Panggil Rakha dengan suara seraknya.

"Tumbenan banget tidur habis ashar? Padahal kan pamali" ucap Arna sambil mengusap poni Rakha.

"Ngantuk banget..." Ucap Rakha pelan masih dengan posisinya.

"Lanjut di mobil aja yuk, Ayah sama Bunda udah nunggu di depan" ucap Arka melangkah mendekat dan berjongkok didepan Rakha.

Rakha masih mengumpulkan nyawanya, dia tak ingat ini dimana tapi semakin ia mengingat semakin ingatlah dengan tugasnya itu.

"Yang lain pada kemana? Adek harus cek dulu ke aula!!" Ucap Rakha langsung duduk dan sedikit oleng untuk saja Arna langsung memegang pundak Rakha.

"Dek! Gak baik langsung bangun gitu!" Gerutu Arna kesal.

Rakha menggelengkan kepalanya dan menatap Andra juga Yuda. "Anter gue ke mereka dulu yuk, gue gak enak sama lain" ucap Rakha yang tak enak.

Andra mendekat dan menatap Rakha, "kita gak bangunin Lo itu memang sengaja, biar Lo bisa istirahat dulu" ucap Andra.

"Tapi Ndra...".

"Lo tenang aja, mereka juga bakalan ngerti sama posisi Lo. Lo fokus buat besok Oke?" Ucap Andra yang akhirnya diangguki Rakha.

Arna tersenyum dan ikut mengusak rambut Andra. "Wakil acaranya cewek?" Tanya Arna.

Andra mengangguk. "cewek judes".

Arna tekekeh, "nitip buat acara besok ya, Abang percaya sama kamu dan yang lainnya" ucap Arna diangguki keempat yang lainnya.

"Hallo Yah?".

"..."

"Iya ini udah kok, udah bangun juga".

"..."

"Iya ini otw Ayahku".

Arka ikut berdiri dari posisinya, ia menepuk pundaknya seakan menyuruh Rakha untuk menaiki punggungnya.

"Abang ngapain?" Tanya heran Rakha.

"Naik sini".

"Ogah!!".

Pada akhirnya Arka yang membawa tas dan laptop milik Rakha, tak masalah yang penting kharisma nya masih bisa terpancar.

"Kak Arka atau Kak Arna?".

"Ya jelas Kak Arna lah!!".

Begitulah, padahal aura yang lebih keluar itu adalah si bapak calon dokter.

***

Daniswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang