Enam

1.1K 113 1
                                    


"coba sini Abang bantu".

"Gapapa Bang, udah dikit lagi kok lagian kenapa Abang belum berangkat?" Tanya Rakha pada Arna, biasanya Arna pergi kuliah sangat pagi.

"Abang libur dong, ini yang akan keluar di ulangan nanti?" Tanya Arna lalu diangguki Rakha.

"Sebagian besar dari kurikulum yang ini, kemarin Sempet ngobrol sama pak Evan" jelas Rakha.

"Oh ya, acara musiman dua Minggu lagi kan?".

"Dua belas hari lagi sih lebih tepatnya, masih ada dua acara sebelum itu" ucap Rakha sambil menulis beberapa rangkuman.

"Eh ini kenapa tangannya merah-merah gini dek?". Tanya Arna yang menyadari tangan Adeknya sedikit memerah dikulit putihnya.

"Lecet" jawab Rakha.

"Huaaaa selamatttt pagiii duniaaaa!!!" Teriak Arka melangkah girang kearah ruang tengah.

"Loh kok kalian disini? Kenapa gak ke ruang makan?" Tanya Arka yang sudah tidak sabar menyantap sarapan.

"Pengen aja, sambil nunggu ayah keluar kamar" jawab Arna.

Arka duduk disofa dekat Rakha duduk, dia telisik apa yang tengah dilakukan Adeknya. Dan ternyata hal yang membosankan bagi Arka.

"ulangan ya? Semangat Adekkuuu", dramatis Arka.

Rakha hanya acuh, percuma menghadapi Abang yang satu ini. Kalo diladenin pasti makin menjadi-jadi.

"Udah dulu nulisnya dek, kita sarapan dulu" ucap Ayah melangkah masuk kedalam ruang tengah.

"Bentar Yah, nanggung banget ini" jawab Rakha.

Ayah akhirnya menyuruh Arna dan Arka saja, tapi tentunya Ayah sendiri tidak meninggalkan Rakha. Tetapi Ayah ikut duduk dimana Arka berada tadi.

"Ayah duluan aja, nanti adek nyusul" ucap Rakha.

"Ayah nunggu Adek aja, Adek tuh kalo gak ditungguin lama" ucap Ayah dijawab kekehan Rakha.

"Ya udah, ayooo Yah" ucap Rakha sambil menutup bukunya dan mengikuti langkah sang Ayah sembari memeluk pinggang Ayah.

"Udang spesial buat jagoan Bunda" sambut Bunda dengan memperlihatkan udang dengan saus BBQ dipiring.

Rakha menatap binar, sudah lama sekali tidak memakan udang apalagi dibuatkan langsung oleh Bunda.

"Makasih Bundaaa" ucap Rakha.

Ayah dan Bunda mengusap lembut rambut Rakha, mengingat anak itu suka sekali udang Membuat Bunda terharu saat melihat mata binarnya.

Semua sudah siap dengan posisi duduknya, berbeda dengan Arka yang sudah menyantap setengah makanannya.

"Kebiasaan ya Arka" sindir Ayah menggelengkan kepalanya.

"Emang kwenapwa yah?".

"Jorok anjir, telen dulu gak sopan Lo" kesal Arna menjitak dahi Arka dengan jarinya.

Rakha hanya terkekeh ringan seperti Bunda.

"Makan yang banyak dek, bukannya senyum-senyum." Ucap Arna dengan wajah masamnya, dia masih kesal dengan tingkah tidak sopan Arka.

"udah-udah, ayo kita mulai sara...."

"Aku harus berangkat sekarang Yah, dibekel aja ya Bun. Maaf banget" ucap Rakha tiba-tiba.

"Ada apa dek?" Tanya Arna.

Rakha menunjukkan isi pesan chatnya dengan guru olimpiade. Ternyata disana sudah terlampir bila Rakha harus datang sebelum jam setengah tujuh untuk pendataan.

"gak bisa nanti aja? Adek belum makan loh" ucap Ayah, bahkan satu suap pun belum Rakha dapatkan.

"Adek juga gak tau yah, maaf banget ya Bun" ucap melas Rakha sesaat melihat Bunda yang tengah menyiapkan bekalnya.

"Jangan lupa dimakan ya? Minum yamg banyak ya sayang" ucap Bunda membantu Rakha memasukkan kotak bekal ke tasnya.

"Gue anter deh" ucap Arna.

"Enggak! Abang sarapan aja dulu, Adek naik motor aja. Bilangin maaf ke Andra, Adek duluan." Ucap Rakha sambil menyalimkan tangannya pada yang lain.

"Minum dulu nih air hangatnya, Adek belum makan apa-apa loh" ucap Ayah sambil menyodorkan air hangat pada Rakha.

Rakha tersenyum dan mengangguk. "Adek berangkat dulu ya, assalamualaikum" pamit Rakha.

Ayah dan yang lain hanya bisa pasrah dan menghela nafas, seharusnya Ayah menelfon guru Rakha untuk memberi waktu. Tapi sudah telat ya sudahlah.

"Anak kamu Yah, sibuk banget. Sedih Bunda liatnya".

"Yeeee Adek Lo tuh, sibuknya diikutin jangan rebahan Mulu" sindir Arna pada Arka.

***

Daniswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang