"Rakh Lo beneran gapapa?".
"Eumm, cuma pusing dikit".
Yuda menatap khawatir, dia hanya berdua dengan Rakha di gazebo sementara yang lainnya sedang membeli mie Ayam karena kalah suit.
"Udah stop dulu Rakh, sini rebahan." Ucap Yuda, sejak tadi Yuda sudah melihat gelagat Rakha yang berbeda semenjak yang lain pergi meninggalkannya.
"Gue gapapa, mending Lo sini deh bantuin gue ngedata panitia yang ikut" ucap Rakha.
Yuda menghela nafas dan akhirnya menurut, dia berpindah tempat duduk didekat Rakha dan melihat bagaimana anak itu bertarung dengan berkas sedari tadi.
"Lo senang banget ya ngerjain beginian?" Tanya Yuda.
Rakha berhenti sejenak dan mengangguk kecil, "dari dulu gue kepengin banget jadi orang bisa diandelin, ya meskipun usaha gue gak bener-bener amat. Tapi gue bersyukur banget kalo orang lain seneng sama hasil usaha gue" tutur Rakha menatap Yuda.
Yuda tersenyum kecil, dulu Yuda juga sangat ingat pertama kali bertemu Rakha. Saat itu Rakha menawari untuk pulang bersama saat hujan besar mengguyur Wilayahnya, meskipun Rakha memakai motor tapi anak itu memberikan jas hujan yang dipakainya pada Yuda sehingga keesokan harinya Yuda tak melihat sosok Rakha disekolah.
"Lo udah punya banyak kebaikan Rakh, banyak banget loh orang yang Lo tolong" ucap Yuda mengundang senyum Rakha.
"Kesambet apa Lo ngomong gitu" tawa kecil Rakha bisa Yuda dengar.
Rakha menghela nafas dan sejenak melirik kertas juga tugas yang ada di layar laptopnya, "gue pengen jadi orang yang bermanfaat Yud, seengaknya hidup gue bisa dikenang suatu saat nanti" ucap Rakha meluruh.
Yuda yang awalnya tersenyum lalu sedikit menurunkan senyumannya. Ia melihat wajah Rakha yang sedikit sendu. Ada apa?
"Kok Lo ngomong nya gitu sih? Kaya mau kemana aja. Kita belum ngukir banyak cerita bro, masih banyak yang harus kita tempuh" ujar Yuda menarik salah satu kertas untuk memfokuskan pandangannya pada susunan nama angkatan.
Rakha mengerti dengan mimik wajah Yuda, lantas Rakha tersenyum kecil dan menggeleng. "habis ini main PS yuk, gue jamin Lo bakal kalah lagi kayak pas dirumah Andra." Hibur Rakha melupakan percakapan sebelumnya.
"Lo ada PS 3 nya emang?" Tanya Yuda menatap Rakha.
"Ps 5 sih adanya" jawab Rakha singkat.
Yuda tertohok kembali, ditanya 3 malah dijawab 5. Yuda harus mulai terbiasa dengan hal-hal mengejutkan lainnya mungkin saja masih ada hal yang mengejutkan didalam kehidupan seorang Rakha.
Bisa dikatakan Yuda itu tidak terlalu kaya, hidup sederhana dengan kedua orang tuanya membuat Yuda sempat malu untuk berteman dengan Rakha dan yang lainnya.
Tapi Yuda selalu ingat kata-kata Rakha kala hujan sedang melanda saat itu dan Rakha berkata, "hidup ini gak harus tentang status sosial. Hati baik juga bisa giring kita jadi sebuah pertemanan".
Entah apa maksud Rakha saat itu, namun Yuda menyunggingkan senyum dan merasa bangga saat dirinya selalu merasakan dilindungi Rakha dan yang lainnya.
"Rakh! Lo mimisan!".
***
"cil kata Bunda pada makan dulu gih, eh tu anak tidur? Dari kapan?""Bang Arka jangan kenceng-kenceng ngomongnya, sini bang cek deh kayaknya si Rakha gak enak badan" ucap Andra menarik lengan Arka untuk mendekat.
Arka langsung mendekat dan menatap wajah tidur Adeknya. Gemes banget karena saking polosnya Rakha tertidur. Ingat niat awalnya, Arka langsung meraba kening Rakha.
"Belum sembuh benar nih, waktu olimpiade dia udah demam tinggi." Jujur Arka, Sandy dan Andy tentu tau tapi mereka tak menyangka bila Rakha belum sepenuhnya sembuh.
"Kalian duluan aja ke ruang makan ya, biar Abang yang bangunin Rakha" ucap Arka kalem, emang aneh tapi ya Arka juga bisa bersikap cool dan tenang.
Mereka mengangguk, dengan dipimpin Andra untuk kebawah akhirnya mereka meninggalkan Arka dan Rakha didalam kamar.
"Dek?" Panggil Arka.
Rakha hanya berdehem untuk menjawab panggilan Abangnya, ingin sekali membuka mata tapi sedikit berat entah mengapa.
"Pusing? Mau Abang panggilin Ayah atau Arna?" Tanya Arka lagi, Kebetulan semuanya memang sudah pulang mengingat hari sudah mulai menjelang sore.
"Gak usah Bang...." Ucap Rakha parau, Arka melihat Rakha yang sedikit membuka matanya.
"Udah sholat ashar?" Tanya Arka, Rakha mengangguk.
Arka kembali meraba kening Rakha sehingga Rakha menutup matanya lagi guna menikmati dinginnya sengatan tangan Arka yang begitu nyaman.
"Jangan tidur dulu ya, tanggung bentar lagi Maghrib. Mau Abang bawain makan aja kesini?" Tanya Arka kembali digelengi Rakha.
"Temen-temen Adek mana bang? Abang usir ya?" Tanya pelan Rakha namun terdengar sedih.
Arka menggeleng cepat, mana mungkin dia tega mengusir sahabat-sahabat Adeknya.
"mereka lagi makan disuruh Bunda kebawah" ucap Arka.
"Bunda udah pulang?" Tanya Rakha dengan tatapan sayu, entahlah wajahnya malah semakin pucat.
"Dek, kenapa gak kebawah sayang?" Itu suara Bunda yang tengah berjalan masuk dari arah pintu.
Rakha dan Arka langsung mengalihkan pandangannya menatap sang Bunda yang masih memakai pakaian anggun.
"Sore Bunda" sapa pertama Rakha tersenyum tipis pada Bunda.
Bunda ikut tersenyum dan duduk disisi kasur sembari menatap putra bungsunya, "pusing lagi hmm? Mau Bunda buatin susu jahe?" Tanya Bunda lembut. Bunda sudah tau tentang Rakha yang mimisan setelah diceritakan Yuda dan dia langsung ke kamar putranya.
Rakha mengangguk namun tangannya melingkar lemah ditangan sang Bunda.
"Tadi kepala Adek pusing banget, tapi sekarang udah enggak. Bunda udah pulang" ucap Rakha mengundang ukuran senyum dibibir Bunda.
"Vitamin yang Ayah kasih masih suka diminum kan?" Tanya Bunda lalu diangguki Rakha.
Bunda mengusap lembut rambut Rakha, sedikit basah karena keringat dingin yang masih bisa Bunda lihat.
"tugasnya malem ini stop dulu ya? Istirahat setelah sholat oke?" Ucap Bunda kembali diangguki Rakha.
"Tapi Bunda...."
"Andra nginep disini, dia bakalan bantu Adek sampai selesai" lanjut Bunda lembut, akhirnya Rakha mengangguk.
Bunda mengalihkan pandangannya pada Arka yang hanya menyimak, "Bunda boleh minta tolong?" Tanya Bunda.
"Kenapa Bun?" Sigap Arka.
"Bawain nasi sama sup rumput laut, sedikit aja jangan terlalu banyak ya. Air hangatnya satu gelas" ucap Bunda dan Arka mengangguk.
Rakha hanya menyimak saja dan menatap lucu kearah Arka yang langsung menurut saat diperintah, ya Arka itu biasanya suka membantah dan malas-malasan. Jadi aneh saja melihat dia langsung sigap.
"Ayah masih mandi, nanti Bunda kasih tau suruh kesini. Jangan tidur dulu ya, habis makan nanti harus minum obat".
"Iya Bunda".
***