"Bunda!!".
Anita tersenyum dan lebih lebar membukakan kaca jendelanya, dilihatnya Rakha yang semakin mendekat dengan keempat sahabatnya yang memang sudah kenal juga dengan Anita.
"Sore Tante" sapa Andra.
"Pulang sama siapa nak? Mau bareng Bunda aja yu?" Tawar Anita, namun keempat sahabat putranya disana ada Andra, Gio, Yuda, Sandy itu menggeleng.
"Andra harus bantu Mama dulu Tan, si Adek rewel kalo Mama pergi" ucap Andra, Andra itu dua bersaudara dia punya adik perempuan yang super berisik dan aktif.
"Sandy sama Yuda mau juga ke supermarket dulu disuruh beli ayam sama Ibu" Sandy dan Yuda bukan kakak beradik, mereka sama seperti Rakha dan Andra yang saudaraan.
"Gio udah ditunggu papa, maaf ya Tante hehehe" kekeh Gio.
Anita tersenyum dan mengangguk. "Ya udah hati-hati ya, jangan keluyuran mau hujan terutama kalian Sandy sama Yuda" ucap Anita melihat sekilas langit yang mulai mendung.
Mereka berpamitan dan menyalami tangannya pada Anita, setelah itu Rakha juga masuk kedalam kursi dijajaran kedua dimana sang Bunda berada.
"ke toko dulu pak" ucap Anita pada supir pribadinya, Anita tidak bisa mengendarai mobil sehingga sang suami memfasilitasi mobil dan supirnya.
Alih-alih setelah berbicara dengan supirnya, lantas Anita melirik Rakha yang duduk menyandar dengan memejamkan mata.
"Kenapa? Capek banget ya disekolah? Kita langsung pulang aja ya dek?" Bingung Anita.
"Ke toko dulu aja Bun, adek cuma cape aja habis ngerjain tugas tulis" jawab Rakha.
"Olimpiade?" Tanya Anita yang mengerti hal itu, lantas Rakha mengangguk.
"Kalo gak mau ikut yang tahun sekarang gapapa kok dek, nanti Bunda yang bilang ke guru adek." ucap Anita iba, dia selalu kasihan pada Rakha yang selalu menjadi perwakilan bahkan pernah sampai sebulan sekali anak itu mengikuti olimpiade yang selalu diadakan diberbagai tempat.
"mau bantuin harumin nama sekolah Bun, biar sekolah bangga punya Rakha hehehe" kekeh Rakha, sebenarnya Rakha sendiri sudah lelah tapi ini akhir sekolahnya harus berguna setidaknya dengan mencetak banyak penghargaan.
Anita menghela nafas, "yaudah nih minum dulu" ucap Anita menyodorkan air mineral botol yang sengaja tersedia di mobilnya.
"Oh iya dek, Bunda denger adek mau ada camping Minggu ini?" Tanya Anita lalu diangguki Rakha.
"Camping buat penyambutan adek kelas, gak nginep kok cuma perkenalan dialam bebas aja kok Bun" jawab Rakha.
"Andra sama temen-temen adek pada ikut kan?" Tanya Anita lagi.
Rakha tersenyum, Bundanya itu memang cerewet sama seperti umumnya Bunda-bunda diluaran sana.
"Iya Bunda" jawab Rakha lembut.
Rakha ini sangat jarang manja sama Bunda, Rakha terlalu malu bila harus manja pada Anita seperti Arka.
Tapi kalo masalah makanan, Rakha akan menjadi paling pertama memuji masakan sang Bunda.
"Heii kenapa senyum-senyum gitu? Adek lagi jatuh cinta ya?" Tanya Anita.
Rakha tentu menggeleng kalut, mana sempat dirinya memikirkan percintaan sementara dirinya harus terus bersama rumus rumus rumit itu.
"Kangen masakan Bunda" jawab Rakha dijawab kekehan Anita.
"Kemarin sore, pulang sekolah Adek langsung tidur jadi gak sempet Bunda masak lagi. Karena kalo diangetin lagi bakalan gak enak".
"Tadi pagi Bunda gak keburu bikin sarapan, nanti makan malam Bunda bikin makanan kesukaan Adek" jelas Anita yang merasa bersalah karena selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Rakha memeluk lengan sang Bunda dan menyender pada pundak Bundanya itu. "Santai aja Bun, Adek juga gak akan kemana-mana hehehe. Bunda gak boleh capek-capek ngurusin butik, kan udah ada banyak karyawan" jawab Rakha.
Anita tersenyum hangat, hanya Rakha lah putranya yang selalu membuat dirinya salah tingkah meskipun kedua putranya yang lain selalu memanjakan dirinya juga.
"Abang cerita ke Bunda, katanya Adek pegang banyak acara disekolah. Betul dek?" Tanya Anita.
Rakha mengangguk.
"Seru banget Bun, Adek jadi punya cita-cita pengen punya panti asuhan deh buat anak-anak yang terlantar" ucap Rakha yang membuat Bundanya kaget.
"Kenapa mau?" Tanya Anita, dia tak merasa keberatan dengan mimpi putranya itu.
"Adek pengen mereka jadi anak yang berpendidikan Bun, seenggaknya mereka punya tempat tinggal".
Meskipun tidak nyambung dengan pembahasan diawal, tapi Anita bangga pada keinginan putra bungsunya itu.
"Kadang dari mereka juga kita bisa dapet limpahan doa, doa buat kebaikan kita." ucap Rakha sembari tersenyum tipis.
Anita memeluk Rakha dari samping, ia mengusap rambut Rakha yang hampir memanjang dan beralih pada rahang tegas Rakha.
"Mimpi Adek pengen jadi orang yang berguna buat sesama Bun...".
***