"aman kok om, ini juga Rakha lagi pembukaan buat persiapan pulang".Andra menyimpan kembali ponselnya setelah menerima panggilan dari Om-nya Adisatya.
"Udah gue bilang kan, ikatan batin keluarganya bener-bener kuat si Rakha tuh. Semalem aja gue liat HP-nya Rakha geter terus gegara Abang nya telfon." Ucap Gio yang duduk didahan kayu.
"Terus Lo angkat kagak?" Tanya Andra.
"Kagaklah, gue mau jawab apa'an kalo Bang Arna nanya kemana Rakha" jawab Gio.
Andra mengangguk." Pantes aja tadi Om Adi langsung ngebet nanya dimana si Rakha" gumam Andra dihiraukan oleh Gio.
"Ndra buru kelapangan, tuh si nenek lampir lagi ngamuk gegara Rakha nyuekin" ucap tersengal Yuda yang disuruh Sandy menyusul Gio dan Andra.
Yang lainnya langsung mengikuti langkah Yuda yang sudah berbalik terlebih dahulu, Andra langsung berlari kearah Sasa yang sedang menarik lengan Rakha dan dengan spontannya Andra mengibaskan tangan itu.
"Lo apa-apa'an njir!" Ketus Andra melirik tajam Sasa.
Sasa yang tak terima itu menatap Andra lebih tajam. "gue lagi ada urusan sama Rakha! Lo minggir sana!!" Ketus Sasa mendorong pelan tubuh Andra agar menyingkir.
"Lo gak malu apa diliatin adek kelas kek gini, lagian dari tadi Lo sendiri kan yang gak mau dimulai acaranya" ucap Yuda.
Sasa mengusap wajahnya kesal, "ya kan maksud gue. Gue gak mau mulai sendiri, gue juga masih butuh contoh" ketus Sasa.
Rakha berdecih dan berdiri tegap dari posisinya, matanya menatap Sasa dengan tatapan dingin yang tak biasa mereka lihat.
"Nih ganti alih sama Lo, suruh mereka beberes sambil ambilin sampah yang berserakan. Gue mau kebelakang dulu. "ucap Rakha pada akhirnya tersenyum hendak melangkah pelan menjauh dari kumpulan orang-orang disana namun Andra menahan tangan Rakha.
"Mau kemana?" Tanya Andra.
"Gue mau bantu beberes dihalaman pembina, siapa tau bisa lebih cepat selesai." Ucap Rakha tak banyak bicara.
Rakha tersenyum pada Andra yang tampak diam, matanya melirik ketiga sahabatnya dan berjalan meninggalkan mereka.
"caper" ketus Sasa bergumam namun semua bisa mendengar itu, dan tanpa disangka langkah Rakha berhenti membuat punggung anak itu terlihat lebih menyeramkan bisa berbalik badan.
Sasa mengulum bibirnya, bahkan Zara yang ada dipinggirnya beberapa kali menyenggol pundak Sasa agar menahan umpatannya.
Mereka semua melihat Rakha yang menghela nafas.
"Ndra Lo bantuin gue yuk" ajak Rakha dengan suara pelannya, Andra langsung melangkah mendekat dan berjalan menarik lengan Rakha.
Melihat hal itu, Sandy tak tinggal diam dan menatap Sasa dengan tajam. "Lo dalam masalah besar Sa, Rakha beda dari yang lain." Ucap pelan Sandy lalu melangkah kearah para murid baru yang tengah bersiap.
Begitu pula dengan Yuda dan Gio, helaan nafas dari mereka berdua membuktikan bila Rakha memendam rasa kesalnya.
"Jaga omongan Lo Sa, Lo urusin semua jadwal pulang kita. Lo sekarang harus ke jalan buat liat bus kita parkir dimana, dikira gak pusing apa ngurus beginian masih untuk dibantuin." Ucap Gio melangkah pergi bersama Yuda.
Sasa menghentakkan kakinya dan menatap malas. "Udah gak mood gue!" Ketus Sasa kesal.
"Kan gue udah senggol Lo, lo nya gak bisa jaga omongan." Ketus Zara ikut kesal dengan tingkah Sasa.
"Ya kan gue cuma mau bantu aja, gue juga kan panitia." Ucap Sasa.
Zara menghela nafas. "Bukan gitu caranya kalo mau bantu, jujur aja ya gue juga kesal sama sikap Lo tadi" ucap Zara melenggang pergi.
Sasa melipat tangannya didada, mau mengumpat lagi namun tak ada orang yang mendengarkannya akhirnya Sasa memutuskan untuk kembali ke villa untuk berbenah.
Sementara itu Rakha tertawa kecil saat mendengar umpatan Andra karena jalannya terlalu cepat, mereka sudah sampai didepan halaman area khusus pembina. Bahkan bukan main dengan sampah yang berceceran.
"Nih halaman udah kaya kena tornado aja" umpat Andra.
Andra melirik Rakha yang sedang memunguti sampah. "Rakh" panggil Andra.
Rakha masih diam dan tak mempedulikan panggilan Andra.
"Raden Rakha Daniswara" panggil Andra lagi.
"Apa'an sih?!" Ketus Rakha melirik kesal Andra, lantas Andra tersenyum dan mendekat ke arah Rakha.
"Tadi Om Adi nelfon".
"Hmm terus?" Tanya Rakha kembali memunguti sampah.
"Ish! Biasanya antusias banget kalo denger nama Om Adi" ketus Andra.
Rakha melirik Andra. "Iya andraa, Ayah ngomong apa aja? Nanyain gue?" Tanya Rakha dengan nada memelas.
Andra tertawa kecil, "iya Om Adi nanyain Lo semalem kemana" ucap Andra membuat Rakha berhenti dari kegiatannya.
"Terus Lo jawab apa?" Tanya Rakha dengan nada dingin.
Andra menatap wajah sayu Rakha, ah ternyata sepupunya ini masih terlihat pucat dengan keringat yang mengucur di pelipisnya.
Andra tersenyum lagi dan meraih sampah plastik ditangan Rakha. "Gue bilang, Lo udah tidur. Hpnya di kumpulin ke pembina." Jawab Andra.
Rakha mengangguk dan tersenyum.
"Balik villa aja yuk Rakh, gue capek" ajak Andra. Andra sudah merasa bila Rakha akan kembali drop bila masih berada disini. Bahkan Rakha baru saja kembali dari klinik shubuh tadi.
"Tanggung" jawab singkat Rakha.
Andra mencuci tangannya dan langsung menarik lengan Rakha untuk segera ke villa.
"Anjir gue belum cuci tangan Andraaa".
"Bodoh amat, di villa juga ada air kali" jawab Andra.
Rakha hanya mengikuti langkah Andra, bila dirasa-rasa dia pun sudah mulai terasa lelah.
***
Acaranya pun selesai, setelah berbagai kendala karena Sasa yang tiba-tiba ruwet akhirnya mereka pulang jam tiga sore. Cukup lama karena pada akhirnya Rakha lagi yang turun tangan dengan masalah penjemputan bus.
Sasa masih menekuk bibirnya, dia malas berbicara karena merasa kesal. Dan hanya Zara lagi yang harus merayunya, padahal yang lain tidak peduli bagaimana pun Sasa berulah selagi tidak merugikan mereka.
Dan diam-diam muncul sedikit rasa hangat di hati Sasa bila dekat dengan Rakha.
***