Dua

1.7K 154 1
                                    

"Bang Arka jangan rusakin rambut Adek!" Gerutu Rakha.

Pagi ini Arka sudah membuat sedikit kerusuhan, dimulai dari panci yang kesenggol sampe jatuh dan bikin heboh satu rumah, hingga saat ini rambut Rakha lah yang menjadi sasaran kembaran Arna itu.

"Mau apa? Mau ngadu ke Ayah sama Bunda? Ngadu aja, Ayah sama Bunda udah pergi ke kantor" ucap Arka, dia memang hanya berani menjahili Rakha saat si kepala keluarga tidak ada.

Rakha diam aja gak mau ngomong lagi pada Arka, memang mengesalkan kakak keduanya itu.

"Udah Bang, nanti Adek beliin cilok depan sekolah deh" ucap Rakha, dia lelah membenarkan rambutnya sedari tadi

Oh tidak, Arka tidak semudah itu dirayu seperti Arna.

"Astagaaa Adek gueee kok makin gede makin gemesss!!" Pekik Arka, sudah tidak aneh bila Arka mereog seperti ini.

"Giliran gini aja mau! Tadi malem adek minta buat Abang yang jadi perwakilan gak mau, itu artinya Abang gak peduli sama Adek" gerutu Rakha.

"Ya maaf dek, Abang beneran malu kalo jadi perwakilan. Adek kan tau sendiri dulu Abang sering masuk bk" sesal Arka.

"Iya deh si paling bolos." singkat Rakha.

Arka menatap sebal pada Rakha, tapi setelahnya ia luluh lagi dan tersenyum. "Kok adek yang nyari perwakilan? Biasanya yang cari ketua" Arka heran.

"Ya kan Adek ketuanya astagahhh..." Frustasi Rakha, dahlah ngomong sama Arka itu gak akan nyambung terus.

"Anjirrr!! Adek gue jadi ketua musiman??!!!" Pekik Arka lebay, yang pasti Rakha gak suka.

"Gak usah over kayak Bunda deh" ucap dingin Rakha membungkam mulut Arka dengan roti yang ada dihadapannya.

Arka dulu memang anak yang nakal saat di sekolah, sehingga tak sempat dirinya mendapat jabatan organisasi atau lain halnya.

Dulu Arka cuma jadi anak remaja playboy yang benar-benar laku di angkatannya, tampang ganteng dan pergaulan yang seru membuat banyak orang itu dengan circlenya.

"Tapi Abang kan sekarang udah gak brutal lagi, udah jadi pewaris loh" goda Rakha.

Setelah Arna memutuskan untuk mengambil Kedokteran maka mau tidak mau Arka lah yang akan menjadi penerus Ayahnya.

"Abang mau nya jadi Barista, tapi gak masalah sih ntar bikin aja ya cabang di dekat kantor" ucap Arka yang diiyakan Rakha.

"Bang Arna mana sih? Kok gak turun-turun?!" Tanya Rakha.

"Udah berangkat, tadi ada kelas dadakan" jawab Arka.

"ASSALAMUALAIKUM RAKHAAAAA AYOOO GUEE GAK MAUUU TURUN MAGERRR!!!" teriak Andra dari luar.

Rakha segera berdiri tanpa menghabiskan sarapannya, dia segera bergegas dan meraih almamaternya. "Adek berangkat dulu ya Bang, Abang ada kelas juga?" Tanya Rakha.

"Full rebahan hari ini hahahaha" tawa ringan Arka.

Rakha menyalami tangan Arka dan berpamitan.

"Eh ini sarapannya dek!! Kenapa gak dihabisin!!" Teriak Arka, sebagai Abang yang jail Tak menutup kemungkinan dirinya juga mengkhawatirkan Adek satu-satunya itu.

"Tanggung!!" Teriak Rakha.

Sekarang tugas Arka hanya memberi pesan pada Andra untuk memberikan makan pada Adeknya itu nanti disekolah.

Apalagi mengingat Rakha tengah memimpin suatu acara, jangan sampe anak itu drop lagi.

***

Daniswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang