16. ombak pasang

1 1 0
                                    

Keesokan harinya, disaat semua orang sedang berekreasi sesuai arahan guru, Bintang dan Vicka malah melarikam diri ke sebuah kedai. Tentu hasil kompromi dari semua orang yang kemarin mengikuti truth or dare dan kini mereka aman mau pergi kemanapun.

Tapi, yang membuat Vicka gelisah adalah Attiya secara sembunyi-sembunyi mengikuti mereka dari muka keluar dari resort, bukan apa tentu saja untuk memotret keseharian mereka selama diluar jangkauan. Takut-takut Bintang khilaf. Ia juga deg-degan parah jika harus seharian berduaan dengan Bintang.

"Jadi, yang pertama kita sarapan dulu. Oke?"

Sudah kesekian kalinya pula Vicka menganggukkan kepala. Perlu kalian tahu, mungkin sekaranb wajah Vicka jutek dan cemberut parah. Namun hatinya koar-koar pengen najong muka Bintang yang pagi ini seketika terlihat mengesalkan.

Makanan datang. Keduanya duduk berhadapan secara lesehan dalam sebuah kedai. Awal-awal, Vicka terus memperhatikan Bintang yang makan perlahan. Vicka turuti cara makan Bintang itu.

Bintang yang sadar Vicka mengikutinya pun mulai mempercepat makannya. Tak ingin kalah, Vicka pun segera meludeskan makanan yang berada di piringnya. Setelah habis, Keduanya meminum air hingga tandas.

Sungguh, Bintang kira ia dan Vicka akan mengalami kecanggungan. Ini diluar dugongannya.

Drrtt
Drttt

Vicka membuka handphone dan mendapati nama Wildan disana. Ia tatap sejenak Bintang lalu memencet tombol hijau.

"Halo Wil,"

Bintang diam dengan kuping yang sudah siap mendengar.

"Sekarang kita menjelajah, Vic. Balik cepet!"

"Oh," Vicka mencuri pandang pada Bintang. "Oke, gue kesana sekarang."

Tut

"Kita harus balik, sekarang-"

"Yaudah ayo." Balas Bintang cepat. Cowok itu berdiri dan meninggalkan Vicka sendiri yang misuh-misuh.

"Mimpi apa gue coba bisa ketemu dia lagi." Gumam Vicka penuh kekesalan.

.

"BAIK ANAK-ANAK PAGI INI KITA AKAN MENJELAJAH PULAU YANG ADA DI SANA!"

semua kepala sontak menoleh pada tunjukkan pa Dindin. "Sejak kapan ada pulau disana anjir, kok gue batu liat." Gumam salah satu murid cowok.

Plak! Kepala cowok itu di geplak hampir oleng ke depan.

"Siapa suruh kemaren ga ikut dayung, goblok!" Ujar temannya yang lain.

"Ya abis gue ngantuk jing."

"Seperti kemarin, perahu akan dinaiki 4 orang. Mengerti?!" Ujar Reza dengan lantang dan diangguki oleh semua orang.

Bintang yang hendak mengikuti Vicka terpaksa mundur lagi saat temannya kembali menggait pundak Bintang. "Eits bro, dekel dia, ayo lah kita naik perahu kita sendiri."

Bintang hanya pasrah dan menatap punggung Vicka yang kini sedang tertawa bahagia dengan Wildan. Cowok itu kesal setengah mati melihatnya.

Setelah menempuh perjalanan puluhan menit lamanya, akhirnya merek tiba di pulau seberang. Tak berpenghuni karena hanya khusus untuk karyawisata seperti mereka. Vicka ber wah saat melihat mercusuar besar di tepi pulaunya.

"Emang disini bakal ada banjir?"

Attiya berkata. "Jaga-jaga aja, kadang kan laut pasang-surutnya nggak ketebak."

Masing-masing mereka membawa tas berisi makanan minuman dan segala sesuatu yang barangkali dibutuhkan. Sesekali Wildan bercanda yang membuat mereka tak berhenti terbahak. seperti yang kita kira, mereka bertiga sama sekali tidak mendengarkan apa yang sedang guru-guru di depan jelaskan. Mereka asik dengan dunia mereka sendiri.

Tanpa mereka sadari, daritadi Bintang mengikuti dari belakang dengan wajah ditekuk kesal.

.

"Baik anak-anak, begitu saja dengan pulau ini. Sekarang kita beristirahat sebentar sambil menikmati sejuknya pulau terpencil yang mungkin ini terakhir kalinya kita kesini." Jelas pa Dindin diakhiri kekehan garing darinya.

"Pak, masa depan saya masih cerah pak!" Seru salah satu siswa membuat pa Dindin kembali tertawa.

"Iya bapak doakan masa depan kalian cerah, asalkan jangan lupa undang bapak kalau kalian hajatan nanti ya?"

"Wuuuu!" Seru semua murid yang mendengar ocehan pa Dindin.

Vicka, Attiya dan Wildan duduk melingkar di bawah pohon besar. Entah apa nama pohonnya tapi yang lasti sangat sejuk. "Anjir gue lupa bawa soffel, lo bawa ga?" Tanya Attiya.

Wildan menggeleng sedangkan Vicka menganggun. Cewek itu mengeluarkan soffel anti nyamuk yang berbentuk seperti deodorant dari tasnya.

"Ih gue minta dong!" Seru Wildan.

"Gue dulu anjing!"

"Gue minta dikitt!"

"Gak gue dulu."

"Ih kan lo mah banyak. Kaki, tangan, leher,. Gue mah cuma tangan doang!"

"Ya sabar lah monyet!"

"Hushhh! Sabar Tiya, si Wildan emang bikin darting," lerai Vicka. Setelah itu Attiya memberikan soffel itu pada Wildan ogah-ogahan.

"Yee! Pedit kuburannya sempit!"

Attiya mengeluarkan kepalan tangan membuat Wildan nyengir seketika. "Wesss sabar mbak. Entar keriput tuh wajah lo."

"Anjing." Gumam Attiya. Vicka menggeleng kepala.

"Masih ga percaya gue, Ti. Lo dulu alim bet sekarang makhluk zoo aja dah keluar dari mulut lo. Ck ck."

Wildan terbahak paling keras. Cowok itu baru berhenti saat Vicka menunjukkan kepalan tangannya. Kini gantian malah Vicka yang tertawa karena interaksi keduanya.

Tanpa sadar, Bintang mengepalkan tangannya melihat hal itu. Ia malah harus terjebak dengan perempuan di depannya. Yang kini memaksa Bintang membuka mulut untuk disuapkan buah strobery.

.

Kali ini, Bintang yakin bahwa Wildan semakin tak terkendali dan sengaja memamerkan kedekatannya dengan Vicka. Bukan tanpa sebab menyimpulkan hal tersebut, tadi, saat mereka mulai berbaris hendak pulang dari pulau, Wildan menatapnya seolah berkata: 'gue menang.'

Maka, disaat sedang berbaris untuk kembali pulang, Bintang meminta untuk satu kapal dengan Vicka, lagi. Mungkin kali ini dewi fortuna sedang memihak pada Bintang. Hatinya senang saat Wildan dan Attiya dipisahkan dan di pencar.

"Kalian ini! Bertiga teruus! Liat mereka udah saling kenal kalian malah stuck di circle. Gak ada rasa saling menghargainya. Sekarang, Wildan di perahu tiga, Attita di perahu dua. Biarkan Vicka di perahu lima bersama Bintang."

Itulah ocehan pa Dindin yang membuat mereka bertiga kesal setengah mati.

Vicka dan Bintang duduk dengan tenang sementara dua orang lainnya sibuk mendayung. Toh, mereka sendiri yang menawarkan diri untuk mendayung. Vicka sebenarnya panik karena perahu terus bergoyang tanpa kendali. Lututnya sampai lemas, takut sesuatu hal terjadi pada perahu ini.

"K-kak Bii," gumam Vicka pelan. Bintang pun sama paniknya.

"Air nya pasang, Bang!"

"Jangan berenti woi!"

Lelaki di kedua ujung perahu itu salinh berteriak karena berisiknya suara gemuruh air. Vicka terus merapalkan doa berharap semoga mereka selamat. Sampai akhirnya perahu bergoyang lebih kencang dari sebelumnya membuatnya refleks memeluk pinggang Bintang.

Bintang kaku sejenak. Ia tahu Vicka takut, tapi rasanya, ini aneh. Aneh karena kini Vicka menenggelamkan wajahnya di pelukan Bintang.

"K-kak, t-takut.."

Bintang menelan ludah kasar, tangannya naik mengelus rambut Vicka. "Gapapa, cuma di terjang ombak, bentar lagi sampe."

Bintang merasakan basah di balik kaos putihnya yang di baluti kemeja. Vicka menangis. Jauh beberapa meter di posisi mereka, Wildan mengepalkan tangan kuat. "Anjing." Makinya.

Little Notes Vicka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang