*mohon doa restunya agar satu cerita ini bisa sampai epilog.
დ .•*””*• enjoy •*””*•.დ
✦
"Jika kita mencintai apa yang kita lakukan, itu akan secara alami menghasilkan yang lebih baik."
✦
"gue suka sama lo, Vic,"
Kekehan yang terdengar ragu keluar dari bibir Vicka. Gadis itu mengusap tengkuknya dan tersenyum garing untuk menjawab pernyataan Wildan. "o-ohh,"
"gitu," lanjutnya.
Wildan Arwanda namanya. Lelaki itu turut tersenyum dengan jawaban yang diberikan Vicka. "kenapa sih, Vic." tanyanya pelan.
"apanya yang kenapa?" beo Vicka.
"lo. Lo udah suka sama seseorang, ya? Tiap-tiap gini mulu. Lo pasti ngerti lah."
Vicka mengerti. Bahkan sangat mengerti. Ini adalah yang ketiga kalinya Wildan menyatakan rasa sukanya itu. Tapi begitulah. Tanpa menjawab apapun, Vicka segera bangkit kala melihat seseorang yang sedari ia tunggu melambaikan tangannya.
"Fahri!"
Wildan yang mendengarnya tersenyum masam. Padahal sudah dari pagi tadi ia mengumpulkan niat untuk ini. Tapi, zonk lagi. Wildan mendongak, disana Vicka mendatangi lelaki yang dari dulu sangat ia benci. "ban*gsat lo, Ri. Ban*gsat!" makinya.
Vicka tersenyum manis. Ranselnya ia betulkan yang sedikit melorot. Sedangkan Fahri merangkul Vicka. "ayo pulang." ajaknya.
Vicka memiringkan kepala. "habis beli apa?" tanyanya melihat sesuatu di tangan Fahri. Fahri adalah tetangganya, kebetulan rumah mereka di perumahan yang sama. Hanya saja, Vicka di blok belakang dan Fahri di blok depan.
"oh, ini," Fahri melirik Vicka sekilas. "mm, sesuatu."
"pen liat ihhh," Fahri menggeleng kuat. "nggak!"
"pengen liat!" terjadi keributan di sepanjang jalan. Vicka yang ingin lihat apa yang Fahri beli dan Fahri yang kekeh dengan pendiriannya.
"Fahri pedit! Kuburannya sempit!" rajuk Vicka bersedekap dada.
"udah nyewa lahan, tenang aja."
Vicka yang kesal lantas pergi dari hadapan Fahri. Fahri segera mensejajarkan langkahnya dengan Vicka. "duhh ada yang ngambek," ejek Fahri.
"repeh!"
(diam, berisik)"yaudah, nih." Fahri menyodorkan kresek kecil itu. Diam-diam Vicka sumringah. Segera gadis itu ambil dengan kasar. Vicka membuka kreseknya, detik berikutnya Vicka membola menatap Fahri tak percaya. "beneran beli ini?!"
Fahri pura-pura tak mendengar dan membuang muka. "Fah! Aing nanya!"
(aku tanya)Fahri mendelik. "kok Uang-Aing?"
"bodo. Lu sekarang suka boba? Mana green tea, lagi." tanya Vicka cepat. Fahri kembali merampas kreseknya. "g-gaa, itu buat-"
"apa?! Siapa?!" sewot Vicka.
"buat lu!" Fahri memberenggut kesal. 'anying keceplosan' batinnya.
"buat gue?" Vicka menyernyit. "lo tau dari siapa gue suka Green Tea?"
"y-ya adalah pokonya. "
Tanpa ragu Vicka menancapkan sedotan pada permukaan boba lalu meminumnya. Gadis itu merem melek menikmati rasa dingin yang menyeruak di mulutnya. "enak, Fah. Sore-sore gini minum boba. Tau ae gue lagi aus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Notes Vicka
Fiksi Umum[DON'T COPY MY STORY!!] BIASAKAN FOLLOW AKUN SEBELUM BACAX SUPAYA TIDAK KETINGGALAN INFO* •Quotes di setiap Chapter •Update sesuai mood