6. tidak ingin kembali.

3 2 1
                                    

Bacanya pelan-pelan

დ .•*””*• enjoy •*””*•.დ

Aku harap kamu adalah orang dewasa yang ingin mewujudkan mimpinya.

Attiya terdiam mendengar penjelasan kilat dari Vicka. Gadis itu menatap Vicka tak percaya. "Serius gue, Tiya. Gue nggak boong!"

Brak!

Sebuah botol minuman berhasil di apungkan dan kembali berduri, sesuai yang diinginkan. Vicka dan Attiya sama-sama menoleh tajam sedangkan pelaku malah cengengesan. "Truth or Dare." ucapnya.

Vicka memutar bola mata malas, Attiya menatap lelah Wildan. "Cukup, Wil. Kita lagi ngomong serius."

"Istirahat sekarang cuma bentar, nih." Wildan menyodorkan botol tersebut pada Vicka. "Seenggaknya lo minum aja dulu."

Vicka menoleh tak tertarik. Ia tak menggubris ucapan Wildan dan malah menunduk menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan.

"Loh, kenapa bentar? Gue pengen batagor dari kemaren." ucap Attiya. Segera gadis itu pergi meninggalkan kelas yang mulai ramai. Wildan diam-diam duduk di sebelah Vicka. Iseng, Wildan menempelkan botol dingin itu ke kulit tangan Vicka, seketika gadis itu meringis.

"Diem deh lo. Jangan sok asik." Wildan Speechless. Lelaki itu mengangguk pelan dan meminum minuman yang sama dengan yang ia berikan pada Vicka.

"Diminum yogurtnya." titah Wildan setelah sekian lama Vicka dalam posisi tersebut. Vicka terlihat menggeleng. "Enak lho. Cimory."

"Lo suka Cimory, kan?"

Vicka mendongak hanya untuk menatap malas Wildan. "Nggak juga." setelah itu kembali ke posisi semula.

Wildan menghela nafas. "Yogurt tuh enak. Bisa ngebunuh lemak jahat sama tubuh. Plus, cemilan diet juga."

Vicka menipiskan bibirnya. Ia mendongak, tanpa menatap Wildan Vicka langsung saja membuka tutup botol dan meminum yogurt itu. Rasa dingin menyeruak seketika, ditambah rasa asam-asam manis yang membuat wajahnya kesemsem.

"Haha.gimana, enak nggak?"

Vicka melap bibirnya menatap tajam Wildan. "Kebetulan aja lagi laper."

"Itu rasa stroberi." ngaco Wildan.

"Gue punya mata dan nggak usah lo perjelas." tajam Vicka.

Wildan menarik senyum nya. "Iya, lain kali gue beliin rasa Blueberry nya dehh,"

Terlanjur emosi, Vicka spontan berteriak. "Wildan!" seisi kelas tiba-tiba hening. Vicka gelagapan karena seluruh pasang mata menatap ke arahnya. Termasuk sepasang insan di belakang kelas yang entah kelas mana.

"Pfftt," Vicka tersenyum garing dan menabok keras lengan Wildan. Lelaki itu sedikit meringis karena pukulan Vicka tidak main-main.

"Gue duduk sini boleh?" tanya Wildan hati-hati. Vicka melirik tak selera dan mengedikkan bahu acuh. "Terserah."

Benar saja, tak lama bell berbunyi tepat saat Attiya masuk kelas. Tadinya ia ingin sebangku menemani Vicka, tapi melihat Wildan disana, ia mengurungkan niatnya dan kembali ke bangkunya sendiri.

Selama jam pelajaran berlangsung, Vicka sama sekali tak tahu apa yang mereka pelajari. Satu yang Vicka untungkan adalah, ia dan Fahri saat itu memilih bangku pojok belakang, dan hal itu memudahkan Vicka kini untuk bersembunyi di balik punggung orang di depannya.

Little Notes Vicka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang