14. Sunset

1 0 0
                                    


Komen dan Vote mu semangat kuu♡

დ .•*""*• enjoy •*""*•.დ

"Sebuah harapan akan pupus jika ketidakpastian itu terpampang jelas."




Bacanya pelan-pelan ya😽





Mereka makan dengan kericuhan yang dibuat oleh beberapa murid nakal di ujung meja. Tak ada yang berani menegur mereka karena mereka juga tak membuat suasana canggung antara murid SMA dan geng di depan mereka.

Begitupun dengan Vicka. Gadis itu mencoba spaghetti, kemudian ia menyuapi Attiya dan Wildan untuk menunjukkan bagaimana rasanya.

"Vic, Vic! Ini juga enak anjir!' Attiya menyuapkan selada pada mulut Vicka dan Wildan bergantian. Gadis itu lebih memilih makan salad sayur daripada makanan berat.

"Lagi begini sempat-sempatnya lo diet, Tiya!"

Attiya nyengir dan menyuapkan makanannya lagi. "Suka-suka gue dong, emang masalab buat lo!"

Vicka geleng-geleng kepala dengar teriakan di kedua sisinya. Gadis itu memilih kembali memakan mie nya.

"Vic, Vic."

Vicka menoleh pada Wildan yang tersenyum. "Steak nya enak, mau nyoba?"

Vicka mengangguk antusias. "Boleh! Daging apa?"

Wildan melihat-lihat sepotong daging di piringnya. "Kayanya sapi deh, doyan gak?"

"Boleh!"

Wildan memotong steak daging sapi itu seukuran dengan porsi mulut Vicka. Lalu menyuapinya menggunakan garpu.

"Am," Wildan kemudian bertanya. "Enak kan?"

Mata Vicka berbinar-binar. "Enak bangett, Tiya, Tiya, coba steak nya si Wildan, enak bet anjir!"

Attiya langsung menyahut. "Mana? Mana? Biar gue coba!"

Mereka saling menyuapi. Sesekali Wildan jahil mengoleskan mayo pada hidung Vicka. Mereka tertawa bahagia tanpa tahu Bintang diam-diam mengamati pergerakan mereka. Ralat, pergerakan Wildan Dan Vicka.

.

"OKE GUYS! MUMPUNG SEKARANG KALIAN FREE, BAGAIMANA KALAU KITA NAIK PERAHU. TIAP PERAHU 4 ORANG, BERHUBUNG KITA CUMA BAWA SEPULUH ORANG, JADI TERGANTUNG KITA AJA YA MAU MILIH PERAHU YANG MANA, SETUJU?!'

Vicka membuang nafas lelah. Meski dari kejauhan, suara salah satu anak kuliahan itu terdengar sampai gazebo tempat ia duduk. Cuaca panas tapi mereka request main di pesisir pantai, jadinya Vicka ta bersemangat. Terdengar suara deshahan kecewa beberapa orang.

Vicka terkejut karena Attiya dan Wildan datang dengan mengapit tangan seseorang. "Siapa?" Tanya Vicka lantas berdiri.

Wildan dan Attiya cengengesan. "Dia sendiri ga ada yang ngajak, jadi kita seperahu aja ya kan, kasian,"

Vicka melihat cowok itu dari atas sampai bawah. "Kok gue ga inget dia seangkatan kita ya?"

Kaca mata tebal, kumis tipis, kulit sawo matanb, mata besar, dan yang paling menonjol adalah kaus pink bergambarkan hiu. Oiya, jangab lupakan kolor birunya.

Vicka tersenyum garing. Ia agak keberatan, tapi yasudah, mau gimana lagi. Namun tiba-tiba Bintang datang dan merangkul Vicka dari sisi. Jantung Vicka hampir loncat dengan perlakuan Bintang yang tanpa aba-aba.

"Gausah ajak orang lain lagi."

Bintang noleh pada Vicka yang masih dalam keterkejutannya. "Vicka harus bareng gue."

"Harus? Maksud lo apa bang?" Wildan bertanya sedikit sarkas.

"Gue yakin lo punya telinga." Jawab Bintang enteng. Cowok itu membawa Vicka dari hadapan 3 orang itu. Langkah Vicka sangat kaku dan bahkan terlihat seperti diseret-seret oleh Bintang yang langkahnya besar.

Attiya dan Wildan seketika lari menghampiri mereka. Yang membuat mereka terkejut adalah, kehadiran seorang cewek dari rombongan Bintang datang dan bergelayut manja di tangan Bintang. Sementara posisi Bintang masih merangkul Vicka.

Vicka menoleh panik dan memberi isyarat meminta bantuan. Attiya dan Wildan pulang-anting panik. Akhirnya Wildan maju dan menghalangi langkah mereka.

"Eitss bang, kita mau berempat aja. Lo cari perahu yang masih kurang orang aja, gapapa."

Bintang tak menghiraukan ucapan Wildan dan terus berjalan hingga mereka sampai di depan perahu yang tersisa. "Bi, gue boleh nebeng ama lo?" Tanya cewek yang tadi.

Bintang mengangguk. "Ya."

Vicka melotot tak terima. "Kam peraturannya juga empat orang!"

Cewek itu kekeh naik mendahului Bintang. Bintang tak masalah namun disana Vicka, Attiya dan Wildan malah hendak melarikan diri. Bintang dengan cepat menahan tangan Vicka.

"Jangan coba-coba kabur, ini perahu terakhir."

Vicka berdecak malas. Gadis itu terpaksa mengikuti Attiya dari belakang. Saat hendak naik, tangan Wildan dan Bintang secara bersamaan terulur untuk membantu Vicka. Cewek itu diam dan memilih naik sendiri bertumpu pada tangan Attiya yang barus saja menghampiri mereka.

Perahu berjalan dengan lancar. Namun dengan sedikit decakan, amukan, dan gibahan dari trio sahabat itu. Bagaimana tidak, Vicka dan Wildan capek-capek mendayung dari mula berangkat, Attiya yang mengabadikan momen itu, sementara Bintang dan cewek tadi malah main air. Terlihat sangat bersenang-senang.

"Sumpah, Wildan. Tadi gue mending gak ikut!" Vicka harus berbicara keras karena hembusan angin yang sangat kencang.

"Bukan cuma lo sih, gue juga! Nyesel cuma jadi babu!" Seru Wildan tak kalah berisik.

Attiya datang dan duduk di antara mereka berdua. "Sadar ga sadar kita cuma bertiga, dua laennya cuma roh yang numpang idup cuy!" Seru Attiya, jelas menyindir Bintang dN ceweknya.

Setelah berlayar jauh, mereka akhirnya memilih putar balik. Hanya tinggak mereka di pantai saat ini berhubung hari sudah sore. Mereka turun satu persatu. Berhubung Vicka harus menyimpan dahulu dayungnya dengan baik, ia turun terakhir. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang saat Wildan dan Bintang kembali menyodorkan tangan mereka untuk membantu Vicka turun.

"Sini pegangan, tinggi nanti jatuh." Ungkap Bintang.

Vicka mengangguk saja lalu menggapai tangan keduanya. Ia turun dengans selamat. Vicka berlari dan menghampiri Attiya yangsm sedang memfokuskan kamera nya.

"Vicka, boleh fotoin gue sama Wildan ga?"

Vicka langsunh konek dan mengangguk. "Siap, nyonya!"

Attiya berlari dan mengampiri Wildan lalu mengaoit tangan cowok itu. Posisi mereka membelakangi kamera, jadi hanya terlihat bayangan dan sunset orange yang menghiasi figur mereka. Wildan awalnya menolak, namun ia langsung diam karena harus nurut pada Attiya galak.

Sementara itu, Vicka yang tidak bisa menggunakan kamera seperti itu panik sendiri. Hasil jepretannya tak mulus dan sesekali blur. Disaat seperti itu, Bintang datang dan berdiri dari belakang Vicka. Mengarahkan kamera itu pada objek di depannya dan mulai memotret sebanyaknya.

Vicka dag dig dug tak karuan saat tangan hangat Bintang menumpu pada tangannya. Dan deru nafas cowok itu mengganggu pendengaran Vicka. Astaga, Vicka gerah.

Attita dan Wildan berbalik. Mata mereka seketika melotot saat melihat Vicka dan Bintang yang seintim itu. Bintang terlihat seperti mesum pada Vicka, padahal kan tidak.

"Vicka! Udah!" Attiya berseru. Vicka reflekb buang nafas lega saat Bintang menjauhkan tubuhnya dari Vicka.

Attiya segera merebut kameranya lalu pergi ke gasebo terdekat. Attiya bingung karena Vicka tak bergerak sedikitpun. Maka, dengan iseng Attiya memotret Vicka dan Bintang yang sedang saling berhadapan di depannya. Satu foto yang tanpa sadar terdapat Wildan yang menatap mereka dari belakang Vicka. Tiga objek yang menbuat orang bodoh pun tahu, akan ada cinta segitiga yang membaluti kisah cinta mereka.

Little Notes Vicka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang