3. Cobaan Hidup

103K 7.6K 63
                                    

Ada yang nungguin? Coba sini absen dulu. Aku mau liat 👀

***

Apa yang terjadi di masa depan memang tidak bisa diprediksi. Sebagai manusia, kita hanya perlu menjalaninya dan melewatinya dengan baik tanpa ada kesalahan. Kesalahan hanya akan berakhir sebagai penyesalan. Jika itu sudah terjadi maka manusia hanya bisa berserah diri menanti keajaiban lainnya di masa depan.

Namun apakah Cia bisa mengharap keajaiban dalam kondisi seperti ini?

Hanya membutuhkan waktu dua hari tetapi sudah banyak kejadian yang membuat hatinya nyeri. Mulai dari korban nafsu Pak Bonang, kecelakaan maut yang membuat tabungannya terkuras, pemecatan secara sepihak, lalu seperti belum lengkap, kesialannya ditambah dengan pengusiran paksa yang dilakukan ibu kos. Bukan karena Cia belum membayar uang sewa. Melainkan ia menolak keras harga sewa yang naik secara mendadak. Oleh karena itu ibu kos memintanya keluar jika tidak mematuhi peraturan baru. Bukan bermaksud tidak patuh, hanya saja uang Cia benar-benar habis saat ini untuk biaya rumah sakit.

Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

Sepulang dari rumah sakit, Cia sudah membayangkan kasur empuknya yang  sangat nyaman. Namun pada kenyataannya dia malah berakhir di sebuah kursi halte yang dingin. Malam sudah semakin larut, tetapi Cia seperti orang bodoh berada di pinggir jalan dengan dua koper di tangannya.

Ke mana dia akan pergi sekarang? Cia tidak memiliki siapapun di sini.

"Febi," gumam Cia saat teringat dengan sahabatnya.

Benar, tidak ada pilihan lain. Dia akan meminta bantuan sahabatnya itu. Cia akan membuang semua rasa malunya. Jika Febi melihatnya seperti ini, gadis itu pasti akan marah karena tidak menghubunginya langsung dan tak menganggapnya ada.

***

Cia menunggu di lobi apartemen dengan gelisah. Dia menggigit bibirnya untuk mengurangi rasa segan. Febi adalah jalan keluar terakhirnya. Jika gadis itu tidak bisa membantu maka dengan terpaksa Cia akan pulang kampung dan ikut berkebun bersama ibu dan neneknya.

Namun bagaimana nasib pria yang masih belum tak sadarkan diri di rumah sakit itu?

Cia mengerang dan mengacak rambutnya frustrasi. Dia sangat ingin menangis saat ini. Namun menangis di tempat umun seperti ini bukanlah jawaban.

"Cia!" Suara melengking itu membuat Cia menoleh.

Dari jauh, seorang gadis yang terlihat menggemaskan dengan baju tidur berwarna merah muda, bando merah muda, serta masker kecantikan yang menutupi wajahnya berlari mendekat.

Melihat kedatangan Febi, Cia tidak bisa menahan diri lagi. Dia langsung memeluk sahabatnya itu dan tangisnya pun pecah. Cia memang belum bercerita apapun pada Febi. Dia hanya tidak mau gadis itu ikut pusing memikirkan masalahnya. Jika ia bercerita, sudah dipastikan Febi akan membantunya.

"Lo kenapa?" tanya Febi melihat Cia yang datang dengan dua koper.

"Gu—gue... gu—gue..."

"Ssstt.. oke, lo tenang. Kita ke tempat gue dulu. Ayo." Febi dengan cepat membantu Cia untuk membawa barang-barangnya.

Melihat Cia yang menangis seperti ini membuat hati Febi sakit. Pasti ini adalah puncaknya. Entah apa masalah yang Cia hadapi, tetapi Febi yakin jika itu sudah melewati batas kesabaran sahabatnya. Cia tidak pernah menangisi kehidupannya. Terakhir ia menangis itu di saat melihat kucing yang mati karena tertabrak mobil.

Sesampainya di unit apartemennya, Febi dengan sigap mengambil air putih. Dia memberikannya pada Cia dan mengelus bahunya pelan.

"Sekarang lo cerita ada apa?"

Positif Cuek 100% (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang