Udah chapter 11 nih, updatenya jadi 2 hari sekali yess 😘
***
Hari kedua, Cia masih mengalami culture shock. Pekerjaan yang bukan di bidangnya membuatnya sedikit kewalahan. Namun bukan berarti Cia tidak bisa. Dia hanya memerlukan sedikit waktu untuk adaptasi.
Andai saja Cia tidak bekerja untuk Agam mungkin dia akan dengan senang hati belajar. Namun sejak awal dia bekerja di sini karena terpaksa dengan keadaan. Harapan Cia tidak banyak. Dia hanya akan bekerja untuk mendapatkan uang dan tanpa gangguan. Itu saja.
Dering telepon kantor di meja Cia kembali berdering. Ini sudah ke-4 kalinya sejak 15 menit terakhir. Kehidupannya sebagai sekretaris benar-benar luar biasa. Ingatkan Cia untuk memberi pujian pada Dika yang memiliki kesabaran dan keuletan yang tinggi.
"Kamu ke ruangan saya sebentar."
Mata Cia terpejam mendengar suara berat di seberang telepon. Lagi-lagi Agam yang menelponnya. Padahal dia baru saja menghubunginya delapan menit yang lalu.
Dengan malas Cia berdiri dan masuk ke dalam ruangan.
"Ada apa, Pak?"
"Keluar." Tanpa meliriknya Agam berbicara.
"Hah?" tanya Cia bingung.
"Kamu keluar terus masuk lagi."
Cia menarik napas panjang dan mulai keluar. Satu detik kemudian dia kembali masuk sesuai perintah Agam.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Agam mulai melepas kaca mata bacanya dan menatap Cia sepenuhnya. Pria itu menatapnya dengan datar. Tatapan yang tidak Cia sukai. Dengan tatapan itu, dia tidak bisa mengetahui apa yang Agam pikirkan saat ini.
"Pak Agam ada perlu ap—"
"Keluar," perintah Agam lagi.
"Astaga!" Cia menjambak ramburnya frustrasi. Bahkan dia tidak malu menunjukkannya di depan Agam.
"Mau Pak Agam apa?!"
"Saya mau kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk ruangan saya."
Cia membuka mulutnya tidak percaya. Agam mengucapkan kalimatnya tanpa rasa bersalah. Seolah apa yang Cia lakukan merupakan kesalahan yang sangat besar.
Baiklah, Cia sadar jika ia salah. Agam sudah sering mengingatkannya untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Kebiasaannya sangat buruk. Namun Cia hanya lupa, bukan karena tidak mau. Agam yang terlalu sering memanggilnya membuatnya gemas sendiri dan ingin waktu segera cepat berlalu.
Ingat, bagi Cia berhadapan dengan Agam sama saja berhadapan dengan tembok beton yang keras dan kokoh.
Tak ingin membuang banyak waktu, Cia pun kembali keluar dan mengetuk pintu. Dia melakukan perintah Agam dengan setengah hati.
"Masuk," jawab Agam dari dalam.
"Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?" tanya Cia sabar.
"Ada."
Cia berjalan mendekat untuk mendengar lebih jelas permintaan Agam.
"Hari Sabtu saya ada jadwal?"
Kening Cia berkerut mendengar itu. "Nggak ada, Pak. Kan libur."
"Kalau gitu saya mau main golf sama Pak Dandung."
Cia masih dibuat bingung. Sebenarnya apa perintah Agam yang harus ia kerjakan?
"Ya, terus, Pak?"
Agam menatapnya kesal. "Main golf setelah itu meeting, Cia."
Lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Positif Cuek 100% (SELESAI)
RomancePernah mencintai kakak dari sahabat sendiri? Pernah. Pernah menyatakan cinta? Pernah juga. Apakah diterima? Jelas tidak. Nasib Cia begitu menyedihkan saat cinta pertamanya menolak perasaannya. Kenyataan pahit itu membuatnya pergi untuk melupakan seg...