14. Perasaan yang Salah

73.3K 6.4K 102
                                    

Hai, maaf update malem-malem. Baru pulang dan belum bisa buka wattpad tadi 🙏🏽

***

Melakukan kesalahan yang sama adalah hal yang dihindari oleh manusia. Namun sayangnya, tidak bagi Cia. Hari ini secara sadar dan sengaja dia kabur dari sekolah meninggalkan mata pelajaran yang tengah berlangsung. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan ia ingin mendapat hukuman.

Jika orang-orang mengetahui niat aslinya, mungkin mereka akan menyebutnya gila. Cia tidak peduli dengan itu. Dia memang sudah gila. Rela melakukan apapun untuk melihat pria yang secara tiba-tiba memenuhi isi hati dan pikirannya.

"Cia!" Suara teriakan itu mengejutkan Cia.

Dari jauh, Cia melihat Febi yang berlari menghampirinya.

"Lo kabur?" tanya Febi dengan napas terengah.

"Iya."

"Kenapa nggak ajak gue?" geram Febi kesal.

Febi baru mendengar apa yang terjadi pada sahabatnya. Setelah pulang sekolah, ia langsung ke panti asuhan tempat di mana Cia dihukum.  Memang hukuman yang diberikan sekolahnya cukup berbeda. Itu karena peraturan yang dibuat Ayah Febi sendiri, selaku pemilik sekolah. Sekolah swasta memang memiliki aturan khusus untuk mengatur muridnya.

"Lo udah bolos kemarin, masa gue ajak kabur lagi? Ntar bokap lo dipanggil ke sekolah. Kepala sekolah jadi bingung mau kasih wejangan atau ajak ke tongkrongan," celetuk Cia.

Febi seketika tertawa. Apa yang Cia katakan ada benarnya. Hubungan ayahnya dan kepala sekolah memang cukup baik.

"Lo cari apa?" tanya Febi saat melihat Cia kebingungan menoleh ke segala arah.

"Calon."

"Calon?" tanya Febi bingung.

"Calon pacar gue," ucap Cia tersenyum lebar saat menemukan sosok yang ia cari.

Dari jauh, Cia melihat pria itu tengah bermain bola bersama anak-anak panti di lapangan. Entah kenapa jantung Cia mulai berdegup kencang. Rasanya sama seperti minggu lalu. Hatinya bergetar hebat saat melihat pria itu. Meskipun sangat dingin dan tak acuh, tetapi Cia melihat sisi lain dari pria itu.

Tentu saja, itu karena dia sedang jatuh cinta.

***

Hari ini, Cia dan Agam tidak memiliki jadwal di luar kantor. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada banyak pekerjaan yang Cia lakukan. Dari sejak hari pertama hingga saat ini, pekerjaan bukannya semakin berkurang malah semakin bertambah. Lagi-lagi Cia bertanya-tanya. Bagaimana bisa Dika bertahan dengan pekerjaan seperti ini selama bertahun-tahun?

"Baik, Pak. Saya tanya ke Pak Agam dulu." Cia menutup telepon kantor dengan sabar.

Dia baru saja mendapat teguran dari departemen keuangan. Mereka belum menerima berkas yang harus ditandatangani oleh Agam. Seingat Cia, berkas itu sudah ada di meja Agam sejak kemarin. Namun belum ada tanda-tanda pria itu akan menyelesaikan pekerjaannya.

Cia melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 2 siang. Masih panjang untuknya bisa pulang. Setelah banyak belajar dari Dika, Cia tahu jika dia tidak akan bisa pulang sebelum Agam pulang. Takut jika sewaktu-waktu pria itu akan membutuhkannya saat ia sudah tidak ada di kantor.

Baru saja Cia ingin membuka pintu ruangan Agam, tetapi dia langsung berhenti saat mengingat kebiasaan buruknya. Cia langsung mengetuk pintu dan menunggu sahutan dari dalam. Dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi dan mendapat omelan dari bosnya.

Positif Cuek 100% (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang