Sesuai janji aku udpate malem ini. Tapi harus rame yak biar semangat. Nanti lusa kita ketemu lagi ❤️
***
Malam ini Cia tak bisa berhenti untuk tersenyum. Bahkan saat selimut sudah menutupi tubuhnya dan lampu kamar yang padam, bibirnya terus melengkung ke atas karena bahagia. Dengan gemas dia meraih guling dan meremasnya kuat. Cia juga menahan suaranya saat ini.
"Dia masih inget!" gumam Cia lagi kembali merebahkan diri.
Dia menatap langit kamar dengan pandangan menerawang. Mencoba mengingat kembai ingatan manis akan makan malam yang menurutnya sangat istimewa. Cia rela menukar kebahagiaannya yang lain agar bisa mendapat kesempatan yang sama, yaitu merasakan masakan Agam yang membuatnya semakim jatuh hati.
"Kayaknya usaha move-on gue gagal."
***
Febi menatap panti asuhan di depannya dengan lesu. Berbeda dengan raut wajahnya yang tidak suka, Cia di sampingnya malah tersenyum senang. Jujur, Febi merasa ada yang aneh dari diri Cia. Namun sampai detik ini sahabatnya itu masih belum bercerita apa-apa.
"Kering gigi lo nyengir mulu," tegur Febi sinis dan berjalan lebih dulu memasuki panti.
Kali ini mereka datang dengan jalur yang lebih manusiawi. Tidak ada hukuman dari sekolah melainkan paksaan dari Cia. Febi pikir Cia akan mengajaknya bersenang-senang di tempat karauke, ternyata gadis itu malah membawanya ke tempat ini.
Apa ini yang disebut kesenangan oleh Cia?
"Ci, kenapa lo hobi banget ke sini, sih?"
"Gue kangen sama eeknya Satria," jawab Cia asal. Matanya melihat ke sekitar untuk mencari pria yang ia rindukan.
"Gila!" umpat Febi.
"Dihukum lagi?" Suara berat tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh mereka.
Cia dan Febi kompak berbalik. Ekspresi yang mereka berikan sangat berbeda saat ini. Cia yang tersenyum manis sedangkan Febi yang memutar matanya jengah.
"Kapan kamu kapok?" tanya pria itu pada Febi.
"Enak aja! Gue nggak dihukum, kok."
Melihat interaksi itu, Cia menatap Febi bingung. Dahinya berkerut melihat bagaimana percakapan Febi dan pria yang ia sukai berjalan dengan santai.
Apa mereka saling mengenal?
"Sekolah yang pinter, jangan bandel." Pria itu melempar bola ke kepala Febi dengan pelan dan berlalu pergi. Kembali bergabung dengan anak-anak panti lainnya.
"Nyebelin banget," rutuk Febi mengusap dahinya.
"Feb?" panggil Cia tiba-tiba. Matanya masih menatap pria tampan itu dari jauh.
"Apa?!" tanya Febi galak.
"Lo kenal cowok tadi?"
"Dia?" tanya Febi memastikan sambil menjunjuk pria yang dimaksud Cia.
"Iya."
Tiba-tiba Febi terkekeh, "Ya kenal, lah. Orang dia kakak gue."
Detik itu juga Cia tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Dia menatap Febi dengan bibir terbuka.
"Kakak lo?" tanyanya memastikan.
Febi mengangguk bingung. "Iya, kenapa, sih?"
Dengan gugup, Cia menggeleng. Dia terdiam dan mulai berpikir. Tak lama senyum manis mulai terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Positif Cuek 100% (SELESAI)
RomancePernah mencintai kakak dari sahabat sendiri? Pernah. Pernah menyatakan cinta? Pernah juga. Apakah diterima? Jelas tidak. Nasib Cia begitu menyedihkan saat cinta pertamanya menolak perasaannya. Kenyataan pahit itu membuatnya pergi untuk melupakan seg...