Entah sudah berapa kali Cia menghela napas kasar dalam beberapa jam terakhir ini. Dia mengedipkan matanya beberapa kali karena rasa panas yang ia rasakan. Menghadap layar laptop sejak tadi membuatnya mulai lelah. Bukan hanya mata melainkan punggung juga. Dia tidak menyangka jika bekerja menjadi sekretaris akan serepot ini. Bahkan hal kecil pun harus ia kerjakan.
Seperti saat ini. Dia baru saja melakukan konfirmasi ulang ke restoran yang akan menjadi tempat rapat mereka nanti. Secara mendadak, sekretaris dari salah satu peserta rapat memberi kabar jika tidak menyukai daun bawang. Mau tidak mau Cia harus menghubungi restoran untuk mengganti menu makanan yang aman.
Dering telepon kembali berbunyi. Cia dengan segera mengangkat telepon kantor itu dengan sigap. Ternyata dari pihak keamanan di lantai bawah.
"Selamat siang. Saya dari keamanan lantai satu. Ini ada kiriman bunga untuk Pak Agam. Mau diambil atau diantar saja, Bu?"
Cia melirik jam tangannya sebentar. Terlalu lama jika ia yang mengambilnya sendiri. "Tolong bawa ke atas ya, Pak."
"Baik, Bu. Saya meluncur."
"Terima kasih."
Panggilan terputus dan Cia kembali fokus pada laptopnya. Keningnya berkerut saat merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya Agam tidak memiliki acara atau kegiatan khusus yang harus diapresiasi dengan bunga hari ini. Namun kenapa ada seseorang yang mengirimkan bunga?
Dalam rangka apa?
"Permisi, Bu. Ini bunganya."
Cia tersadar dari lamunannya dan menerima buket bunga itu cepat. "Terima kasih ya, Pak."
Sebelum memberikannya pada Agam. Entah kenapa rasa penasaran Cia mulai datang. Buket di tangannya berukuran cukup besar dan memerlukan dua tangan untuk membawanya. Terselip amplop kecil di sela-sela bunga. Dengan hati-hati ia mengambil dan membukanya.
Untuk Agam Mahawira,
Terima kasih untuk yang kemarin. Semangat ya kerjanya :)
Dari Nadira Santoso.
Mata Cia membulat membaca pesan itu. Entah kenapa rasa kesal mulai ia rasakan. Cia sadar jika bunga itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Terihat dari pesan yang ditulis, sangat pribadi.
"Gabut banget Mbak Nadira ngirim ginian," cibir Cia mulai masuk ke dalam ruangan Agam.
Wajah kesal masih terlihat di wajahnya. Entah kenapa perasaan Cia yang awalnya sudah kesal karena lelah berubah semakin kesal dengan datangnya buket bunga ini.
"Ada kiriman bunga, Pak."
"Dari?" tanya Agam tanpa menatap Cia.
"Tulisannya sih dari Nadira Santoso."
Mendengar nama itu, Agam mulai mengalihkan pandangannya pada Cia. Tangannya terulur untuk mengambil bunga itu.
"Dalam rangka apa?" tanya Agam menatap bunga itu bingung.
Cia mengedikan bahunya tak acuh. "Ucapan terima kasih dan kasih semangat, Pak."
"Semangat?" tanya Agam dengan dahu berkerut.
Lihat, bahkan pria itu juga merasa aneh.
"Iya, kasih semangat," jawab Cia. "Ngapain dikasih semangat. Emang Pak Agam tipes?" lanjut Cia pelan. Sayangnya masih bisa di dengar oleh Agam.
Agam hanya meliriknya sekilas dan mengangguk. "Kamu boleh keluar."
Bukannya keluar, Cia malah maju satu langkah. "Kalau boleh tau, Nadira itu siapa, Pak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Positif Cuek 100% (SELESAI)
RomancePernah mencintai kakak dari sahabat sendiri? Pernah. Pernah menyatakan cinta? Pernah juga. Apakah diterima? Jelas tidak. Nasib Cia begitu menyedihkan saat cinta pertamanya menolak perasaannya. Kenyataan pahit itu membuatnya pergi untuk melupakan seg...