4. Pertemuan Tak Terduga

95.2K 7.7K 77
                                    

Ciyee yang updatenya rutin wkwkw 🤣

***

Di meja kerjanya, Febi sudah siap dengan berkas-berkas penting yang akan ia bawa. Dia akan mengikuti rapat penting di hotel bersama rekan kerjanya nanti. Dia melirik jam tangannya sebentar untuk memastikan waktu. Masih ada beberapa menit untuk sekedar membuat kopi di pagi hari.

Belum sempat berdiri, Febi dikejutkan dengan satu cup es kopi yang tiba-tiba berada di depannya.

"Mau bikin kopi, kan?" tanya Ridho.

Febi menyeringai dan menerima kopi itu cepat. Dia dan kopi memang tidak bisa terpisahkan. Apalagi setelah ia mulai bekerja dua tahun yang lalu. Kopi sudah menjadi teman yang selalu ada di sisinya.

"Kok enak?" tanya Febi setelah merasakan kopi itu.

"Resep dari Mama gue."

"Ah, pantes."

"Btw, Pak Agam kenapa belum turun? Kita mau berangkat." Ridho melirik jam tangannya.

"Masa? Tumben belum turun?" Febi yang merasa aneh pun berniat menjemput Agam di ruangannya.

Tidak biasanya pria itu melupakan rapat penting seperti ini. Bahkan tak jarang Agam lebih dulu berangkat untuk menghargai waktu. Bisa dibilang jika Agam adalah pria yang sangat disiplin dan tak suka membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting.

Lantai ruangan Agam benar-benar sepi. Di lantai ini memang hanya ada ruang CEO dan ruang rapat. Namun semenjak Dika dirawat di rumah sakit, lantai ini semakin terlihat tidak berpenghuni.

Sambil meminum kopinya, Febi mengetuk pintu ruangan Agam. Suara sahutan pelan terdengar. Dengan segera Febi masuk hanya dengan memasukkan kepalanya.

"Kok belum siap-siap, Pak?"

Agam meliriknya bingung. "Siap-siap untuk?"

"Lah, kan kita ada rapat di Hotel Mutiara sama Pak Dandung."

Mendengar itu Agam memejamkan matanya erat. Dengan segera dia membuka kembali jadwal yang telah Dika buat satu minggu yang lalu. Benar saja, dia memang ada rapat pagi ini.

"Gue lupa," sahut Agam singkat dan mulai bersiap.

Febi masuk lalu menutup pintu rapat. "Lo nggak pulang, Kak?"

Agam hanya menggeleng. Jangankan pulang, untuk keluar dari ruangan saja dia tidak ada waktu. Bahkan pekerjaannya kemarin baru selesai pagi ini. Membuatnya hilang fokus dan lupa akan jadwalnya sendiri.

Jika seperti ini terus maka perkejaannya akan terbengkalai. Mengingat kondisi Dika yang cukup parah, sepertinya pria itu tidak akan pulih dalam waktu dekat. Tidak mungkin Agam tidak memberi waktu untuk masa pemulihan.

"Tapi lo tidur, kan?" tanya Febi lagi.

"Tidur," jawab Agam mulai mendekat. "Dua jam," lanjutnya.

Febi berdecak ngeri. "Bisa tipes lo."

"Cariin pengganti Dika untuk sementara," ujar Agam merebut kopi Febi dan berlalu keluar ruangan.

Febi mengikuti langkah Agam sambil berpikir. Lagi-lagi Agam memintanya melakukan pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya. Namun satu detik kemudian Febi tersenyum. Seketika dia teringat dengan Cia yang tengah mencari pekerjaan saat ini.

"Gue ada," ucap Febi cepat.

"Suruh besok ke kantor."

"Oke, Bos!"

Febi masih tidak bisa menahan senyumnya. Kebetulan yang menguntungkan. Seperti kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

***

Positif Cuek 100% (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang