13. Sebuah Kebenaran

72.7K 6.2K 56
                                    

Kalau nggak rame kayaknya harus ditarget nih 🤔

***

Tahun 2016

Di sebuah dapur panti asuhan, terlihat dua orang gadis tengah berdiri tenang di ujung ruangan. Bukannya membantu yang lain, dua gadis itu malah asik menikmati makanan yang ada. Tidak peduli dengan beberapa orang yang keluar-masuk dapur untuk menyiapkan makanan.

Mereka kelelahan. Sudah seharian ini mereka banyak membantu kegiatan di panti asuhan. Jika bukan karena hukuman mungkin mereka tidak akan berakhir di tempat ini. Andai saja mereka tidak kabur di jam pelajaran mungkin kepala sekolah tidak akan mengirim mereka ke panti asuhan untuk melakukan pekerjaan sosial sebagai hukuman.

"Lo mau tambah?" tanya Febi.

"Gue mau yang keju," jawab Cia.

Belum sempat mengambil potongan kuenya, tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk dan tersenyum pada mereka.

"Kalian laper ya? Pasti capek."

Cia dan Febi hanya bisa tersenyum canggung. Dengan segera mereka mengelap bibirnya, takut jika ada sisa makanan yang tersisa di sana.

"Kalau kalian sudah selesai, bisa tolong ibu? Kayaknya Dedek Satria popoknya sudah penuh. Tolong gantiin ya? Ibuk mau siapin makan siang anak-anak."

Wanita paruh baya yang bernama Suci itu merupakan ibu panti di sini. Wanita hebat yang mau memberikan waktunya secara penuh untuk mengurus anak-anak yang kurang beruntung.

"Lo denger, Cia? Kita dusuruh ganti popok bayi!" ucap Febi panik setelah Bu Suci pergi.

"Lo bisa?" tanya Cia meringis.

"Enggak, mending gue disuruh cuci piring."

Cia dan Febi masih sibuk berpikir sampai akhirnya Bu Suci kembali memanggil mereka. Dengan cepat Cia dan Febi bergegas ke kamar bayi, di mana bayi-bayi mungil tak berdosa itu beristirahat.

"Ini Dedek Satria," ucap Febi menunjuk bayi menggemaskan itu setelah membaca nama yang tertera.

"Lo ambil popok baru," perintah Cia.

Dengan hati-hati Cia mulai menyentuh bayi itu. Senyumnya merekah saat tangan mungil Satria langsung menggapai tangannya. Tubuh bayi itu begitu mungil membuat Cia gemas sendiri.

"Ganteng banget kamu, Dek. Kenapa bisa ada di sini?" tanya Cia sedih.

"Ini popoknya." Febi datang dengan popok di tangannya.

"Gimana caranya, Feb?" tanya Cia bingung.

"Nggak tau, lo aja. Gue takut kenapa-napa nanti." Febi mendorongnya.

Cia berdecak dan mulai menatap Satria. Dia tidak memiliki banyak pengalaman tentang bayi. Menjadi anak tunggal membuatnya tidak pernah berhubungan dengan bayi. Yang Cia tahu, bayi memiliki hobi paten, yaitu menangis.

"Hati-hati," ucap Febi saat Cia mulai melepas celana Satria.

Untungnya bayi mungil itu tidak menangis. Seolah mengerti di mana dirinya saat ini dan tak ingin merepotkan banyak orang.

"Anjir, Feb. Satria pup!" Cia meringis saat melihat popok Satria.

"Aduh, Satria.. bilang dong kalau pup." Febi ikut bingung. "Gue panggil Bu Suci dulu."

Positif Cuek 100% (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang