Yasmin 17

2.1K 362 29
                                    

 Argan memang berharap agar Dyaz mau menemuinya setelah pertengkaran hebat mereka, tapi tak menyangka Dyaz mau bertemu secepat ini.

"Aku minta maaf," kata Dyaz setelah melihat wajah laki-laki yang ditinggalkan beberapa hari ini.

Ia melakukan permintaan Yasmin, walaupun tidak bertemu di rumah tapi Dyaz bisa melihat wajah laki-laki yang telah dipilih untuk menjadi suami. Masih ada getar yang menandakan bahwa perasaan itu masih ada, Dyaz semakin galau dengan hal tersebut.

Menatap wajah itu ingatannya kembali ke malam di mana ia yakin menjadikan Argan suaminya. Segelas alkohol dan sebutir obat perangsang telah mengubah hidupnya dan saat itu berpikir semua akan baik-baik saja.

Tapi....ini baru beberapa tahun dan dia telah memutuskan berpisah dengan pria tersebut.

"Aku tidak benar-benar ingin bercerai," katanya lagi.

Argan memperhatikan wanita yang telah melahirkan putrinya, mencari keseriusan kalimatnya barusan. 

"Yasmin benar."

Seketika Argan mengerti kenapa Dyaz mengubah keputusannya, dia telah bertemu dengan Yasmin kan?

Bukan hanya pertemuan kemarin tapi juga beberapa hari lalu di mana pertama kali mereka berselisih.

"Aku kurang memperhatikanmu." Dyaz menunduk. "Juga Naya."

Tak dipungkiri Argan ada desir di dadanya namun bukan ungkapan rasa melainkan simpati pada sesal Dyaz.

"Yang kutuntut pengertian tanpa peduli pada perasaanmu, enam tahun lebih Mas memahamiku."

Dyaz tak sanggup melanjutkan kata, meski banyak kalimat yang sudah tersimpan rapi hasil renungan setelah pertemuannya dengan Yasmin.

"Sudah kupikirkan, aku masih mencintai Mas. Aku tak sanggup bercerai denganmu Mas."

Sudah, itu inti yang ingin dikatakan Dyaz dalam pertemuan ini.

"Lalu bagaimana dengan hatiku yang terombang-ambing selama enam tahun ini?" tanya Argan merespons semua kalimat Dyaz.

Perlahan Dyaz mengangkat wajahnya hingga tatapannya bertemu dengan manik ayah putrinya.

"Kamu memintaku bersabar lagi?"

Jika tadi tentang sesal maka air hangat yang menitik di pipinya kini punya imbas yang lebih menyakitkan dadanya.

"Mas...."

"Atau ini kesalahanku?"

Argan tidak mengatakan secara langsung tapi insting Dyaz sudah lebih dulu peka pada hal ini, jadi mudah memahami kias kalimat di atas.

"Jujur ini menyakitkan." Argan bicara lagi. "Setelah memilih wanita yang kucintai posisiku diabaikan, kamu yang seharusnya ada di sampingku malah tergantikan dengan sahabatmu."

Dyaz tidak ingin memahami kalimat itu kendati rasa sakit lebih dulu menyiksa hatinya. Ke mana langkah suaminya selama ini sudah diketahui, tapi kenapa mendengar langsung lebih menyakitkan?

"Kita tak melewati proses itu bersama, Yasmin menggantikan posisimu di rumah." ini terdengar menyakitkan tapi Argan tetap harus mengatakan dengan jujur biar tidak ada kesalahpahaman. "Sikapnya masih sama tapi hatiku tak bisa menganggap sama seperti dulu lagi."

Adakah yang membuat hati seorang istri hancur selain mendengar kejujuran sang suami yang hatinya telah berpaling?

"Impianku ingin kubangun bersamamu tapi kamu mengutuskan Yasmin, apakah hatiku yang terlalu murah?"

Dyaz tak sanggup lagi mendengarnya.

"Kamu ingin aku kembali tapi aku takut ini akan menyakitkanmu," aku Argan lagi. Karena dia tahu perasaannya pada Yasmin semakin menguat kendati gadis itu tidak merespons.

Mantan Ipar (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang