Yasmin 12

1.9K 354 39
                                    

 Pekerjaannya bukan sebagai konsultan rumah tangga bahkan dia sendiri masih single, nasehat seperti apa yang ingin didengar Dyaz? Wanita itu menceritakan sebab pertengkarannya dengan Argan dan Yasmin mendengar dengan baik, hampir sempurna seandainya Dyaz menyertakan keluhan Argan pada urusan batin.

"Harusnya aku belajar banyak darimu Dyaz," kata Yasmin saat ditanya apa yang harus dilakukan sahabatnya. 

"Aku tahu banyak kurang, Yasmin. Saat ini pikiranku buntu, mas Argan mendiamkanku."

"Aku tidak tahu rasanya karena tak ada di posisimu, bukankah itu nanti yang akan kau jawab?"

Dyaz tidak putus asa, ia ingin hubungan dengan Argan tetap baik tanpa harus meninggalkan kariernya. 

"Aku butuh pekerjaan ini, di sana aku juga sudah diakui."

"Kenapa datang bila kamu masih membenarkan pikiranmu?"

"Yasmin," panggil Dyaz saat melihat Yasmin bangun.

"Jawabanku sama seperti suamimu, tinggalkan pekerjaan itu. Bukan uang yang akan mengangkat derajat seorang istri, tapi takzimnya."

Dan Yasmin pergi setelah memberikan jawaban itu, tak ada nasehat panjang lebar mengingat usia rumah tangga mereka. Bukan kali ini saja ada masalah di antara mereka tapi berkali-kali dan tak pernah diambil pelajaran malah menyemangati ambisi yang bisa saja menghancurkan rasa.

Yasmin tahu harus menghubungi siapa saat keadaannya seperti ini, Daksa. Dia akan menelepon pria itu dan membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Dengan begitu dia bisa bergeser dari dua orang itu.

******

"Ada acara?" 

Itu suara Argan, Yasmin yang sedang menyiapkan aneka hidangan menoleh pada pria itu. Seperti biasa dia tidak datang sendiri.

"Aku tidak tahu kalau hari ini tutup," kata pria itu lagi.

Yasmin tidak tersenyum saat menjawab tanya papa Nayana. "Keluarga Daksa mau datang, aku menyiapkan sedikit jamuan."

Bisakah dikatakan sedikit? Kening Argan mengernyit, lebih dari sepuluh piring besar tertata di meja.

"Ouh," respons yang sangat singkat.

Aneh, kenapa Yasmin merasa tidak enak melihat raut dingin Argan? 

"Enggak apa-apa kalau Naya mau ditinggal," kata Yasmin setelah mereka saling diam beberapa detik.

"Papa belum makan, Naya juga belum." Naya memberitahu Yasmin. "Itu untuk tamu ya Tante?"

Yasmin tertegun, dari semua tempat kenapa dia datang ke sini apalagi ada palang tutup di depan.

"Duduk dulu, Tante ambil piring."

Tapi Argan tidak mau. "Aku cuma mampir," elak Argan dari pemberitahuan putrinya tadi. 

"Aku masak banyak, du---"

"Lanjut saja, kami pergi dulu." lalu Argan menarik putrinya.

"Makanannya banyak Pa, Naya juga lapar."

Yasmin mendengar rengekan Naya saat ayah dan dan anak itu sudah berbalik dan berjalan keluar.

Jangan kejar, biarkan saja. Empat kata itu diulang berkali-kali di benaknya, namun Yasmin tak bisa menahan langkah hingga berhasil meraih lengan mungil Naya.

"Naya di sini saja."

Dada Yasmin bergetar saat melihat air mata Nayana, anak itu pasti sangat lapar.

Argan menggendong putrinya otomatis genggaman Yasmin terlepas begitu saja. Karena kesal sampai tidak tahu anaknya menangis.

Mantan Ipar (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang