Rasa dari dulu

4.5K 584 36
                                    

Aku mau ke sana, tapi takut mengganggu waktumu, Ra.

Pesan dari mba Rania sudah sedari tadi dipandang saja.

Tapi aku tidak tahu curhat ke siapa, mas Afi sudah dua malam tidak pulang.

Haura melihat isi pesan juga keyboard di ponsel, sumpah dari ke 27 huruf tak satupun bisa dirangkai.

Mengatakan kalau dia sama sekali tidak terganggu dengan kedatangan Rania, ia akan merasa bersalah setelah mendengar curhatan beliau nanti dan tentunya membuat Haura tidak nyaman. Melarang malah membuat Rania tersinggung atau malah curiga. Jadi serba salah, dan yang membuatnya serba salah adalah suami Rania.

Sekarang aku pesimis, aku takut Ra.

Haura juga takut.

Ingatannya tertuju pada dua hari yang lalu, tepatnya menjelang Maghrib saat Afi hendak pamit dan menciumnya di sudut bibir. 
Tuhan maha tahu bahwa Haura tidak menggoda laki-laki yang masih berstatus suami orang itu, ia saja terkejut.

Haura baru selesai sholat isya saat menerima pesan dari Rania, bahkan ibu satu anak tersebut belum melepas mukenanya. Di sisi ranjang Haura duduk, kenapa dia harus dilibatkan itu tanya yang sudah berulang kali terputar di benaknya.

Dia yang baru ditimpa musibah karena kehilangan suami, dihadapkan pada kenyataan bahwa dia seorang single parent yang harus membesarkan dan menjaga putri semata wayangnya kini malah diterpa masalah baru dari saudara almarhum suaminya.

Haruskah Haura bicara pada nenek Yasmin? Ia tidak punya siapa-siapa selain ibu dan saudari iparnya.

Ketukan pintu membuat denyut di kepalanya kian terasa. Siapa lagi yang datang malam-malam begini, bagaimana kalau mas Afi?

Sebelum keluar Haura melepas mukena dan menyangkut di belakang pintu kamar lalu menuju ke depan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.

Hatinya lega saat melihat bu Rasti, tetangga belakang rumahnya.

"Tadinya mau lewat belakang tapi takut ndak kedengaran."

Haura tersenyum pada bu Rasti, lalu bertanya kenapa beliau datang malam-malam setelah menyuruh bu Rasti masuk.

"Mau pinjam spidol, ada? Besok subuh mas Giman berangkat. Takut kardus tertukar."

Oh. "Ada, sebentar kuambilkan."

Haura menuju ke kamarnya lalu membuka laci milik almarhum suami dan mengambil benda tersebut.

"Ini Bu."

Bu Rasti menerimanya. "Yasmin sudah tidur?"

Haura mengangguk.

"Owalah, ya sudah. Ibu pulang dulu, nanti setelah selesai ibu balikin."

Lantas Haura mengantar tetangganya sampai ke depan dan menutup pintu, lalu kembali ke kamar. Ia memastikan lelapnya sang putri baru keluar lagi menuju ke dapur. Segelas susu hangat sebelum tidur bisa membuat tidurnya berkualitas.

Kalau Yasmin lagi sehat Haura pasti istirahat dengan cukup, tapi kalau anaknya sedang demam tidak bisa. Kadang, semalaman Yasmin merengek resiko jadi single parent ya begini dan Haura menikmatnya.

Mantan Ipar (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang