Yasmin 9

1.9K 333 32
                                    

 Karena kedua orang tua sudah mengetahui status sahabatnya Yasmin tidak keberatan dengan ide Dyaz, apalagi saat mendengar ibu satu anak tersebut akan menitipkan Nayana pada wanita yang bekerja di kantin kampus.

Sebatas kenal nama dan tanpa pengawasan, lebih berbahaya kan?

Terhitung dua hari Argan mengantarkan Nayana ke kafe Yasmin, ini kondisi yang harus disyukuri oleh pria tersebut karena sejak kemarin Argan sudah bisa berangkat ke kantor dari pagi.

"Aku pergi dulu."

Yasmin mengangguk. Demi sahabatnya dia rela melakukan hal ini, berharap ke depannya rumah tangga kedua orang itu akan lebih baik lagi. Karena keadaan ini juga Yasmin menambahkan seorang karyawan lagi di kafe-nya.

Pagi ini berbeda seperti kemarin, sekarang Yasmin bisa mencium harum minyak telon dan bedak bayi artinya Argan sudah memandikan Nayana. 

Di bawah ada Daksa, pria itu datang lagi ke Jakarta. Kali ini tidak ada Aurel.

Ketika pintu ruangannya diketuk Yasmin diberitahu keberadaan pria tersebut. Karena Nayana belum tidur, dia membawa serta anak sahabatnya turun menemui pria itu.

Tatapan pria itu jelas kebingungan saat melihat bayi di gendongan Yasmin, siapa yang menitipkan bayi pada wanita itu?

"Obrolan kita terputus waktu itu."

Yasmin meminta maaf namun tak mengatakan alasannya menyangkut ibu bayi yang tengah digendongnya.

"Sendiri?"

"Iya." Daksa perlu bertanya sepertinya, dia penasaran kenapa ada bayi bersama gadis itu.

"Family?"

"Iya, ibunya sedang kuliah." cukup sampai di situ lantas Yasmin menyinggung alasan keberadaan pria itu. "Jadinya ke kampus mana?"

"UI." karena Yasmin tak membahas bayi tersebut Daksa sungkan bertanya lebih lanjut. "Aku mengganggu?"

Sama sekali tidak, bagaimana mungkin Yasmin merasa terganggu. Sebaliknya dia senang melihat pria tersebut.

"Tidak." 

Tak lagi canggung seperti pertemuan pertama, itu yang dirasakan Yasmin. Sekarang duduk berhadapan dengan Daksa ia bisa membalas tatapan pria itu. 

"Awalnya mau menelepon dulu sebelum ke sini, tapi syukurlah kalau aku tidak mengganggu."

Pekerja Yasmin membawa sebuah nampan setelah meletakkan di meja bergegas kembali ke belakang.

"Kerjaannku cuma mengkoordinir, kecuali kalau ada yang mendadak baru terjun langsung."

"Berarti ini lagi nggak sibuk?"

Saat Yasmin menggeleng Daksa jadi berpikir. Kata Yasmin tadi ibu bayi itu sedang kuliah artinya Yasmin yang menjaga apakah gadis itu mau kalau dia mengajak keluar?

"Santai saja," kata Yasmin merasa tidak enak kalau sampai Daksa tak nyaman di kafe-nya.

Saat menyadari tatapan Daksa pada Nayana lagi Yasmin dibuat peka, tapi tak ada kata yang diucapkannya. Ada tanya di benaknya, mungkinkah Daksa tidak nyaman dengan anak sahabatnya?

"Boleh aku berterus-terang?"

Degup berulang dirasakan Yasmin kendati manik pria tersebut tak lagi tertuju pada Nayana tetap saja membuatnya khawatir.

"Ada apa?" iya, Yasmin ingin mendengar apa yang akan dikatakan laki-laki itu.

"Bertemu denganmu setelah sekian lama ternyata menyenangkan."

Huft....lega rasanya. 

"Apa aku harus menyertakan alasan setiap ingin menemuimu?"

Yasmin senang mendengarnya tapi ia tak ada senyum di bibir gadis itu. "Datang kapanpun yang kamu mau, kalau sibuk aku akan memberitahumu."

Mantan Ipar (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang