Yasmin 4

2K 363 33
                                    

Sejak membantu sahabatnya sudah tidak terhitung berapa kali Yasmin membohongi orang tuanya. Seperti sekarang, dia tidak bisa meninggalkan Nayana yang sedang demam dan tidak ada yang menjaga bayi tersebut karena Argan juga demam tinggi padahal mama dan papa datang ke cafe untuk menikmati menu baru.

Alasan Yasmin dia sedang berada di luar dan tidak bisa kembali dalam beberapa jam ke depan, tidak mungkin dia memberitahu yang sebenarnya.

Di ruang tengah Yasmin menidurkan Nayana, sesekali dia memastikan keadaan Argan yang sampai sekarang belum menelan sebutir nasi pun. Yasmin juga sudah memberitahu Dyaz keadaan anak juga suami wanita itu dan memintanya segera pulang jika sudah selesai kuliah.

Karena Yasmin sudah terbiasa jadi dia tidak merasa repot dengan keadaan Nayana, syukur bayi itu tidak rewel. Saat bayi tersebut bangun, sigap Yasmin menggendong sambil menina-bobo dengan suara kecil membuat sang bayi nyaman.

Di sela kesibukan itu Yasmin menghubungi pegawainya memang memerintahkan untuk memberi kabar jika ada sesuatu yang penting gadis itu juga meminta mereka melayani kedua orang tuanya dengan baik.

Mendengar suara pintu Yasmin menoleh, Argan yang keluar mereka sempat bertatapan hingga akhirnya Yasmin yang lebih dulu memutuskan tatapan itu.

"Kalau butuh sesuatu katakan saja," kata Yasmin.

"Kamu sedang mengurus Nayana," jawab pria itu dengan suara lemah lalu melangkahkan kaki ke arah dapur.

Mau tidak mau Yasmin mengikutinya dari belakang, dengan Nayana di gendongannya tidak menyulitkan gadis itu.

"Mau makan?"

Argan mengangguk. Dia mau makan tapi tidak mengambil piring karena tungkai kakinya lemah dia memilih duduk lebih dulu.

Tapi Yasmin cukup peka, ia mengambil piring dan mengisi sedikit nasi lalu mengambil lauk di lemari dan meletakkan di meja. Tidak lupa segelas air hangat juga diletakkan wanita itu di depan Argan.

Rebusan Bayam dan ikan goreng terpisah dengan sambalnya, ada sambal udang rebus dengan belimbing wuluh, sesaat kepala Argan terangkat lalu melihat pada Yasmin yang Tante sedang melakukan apa di depan kompor.

Kapan wanita itu membuat lauk ini, apakah dia tidak kesulitan sementara Nayana juga terurus?

"Kalau lidah tidak terasa apa-apa baiknya makan pakai air dan sambal udang ini, lama-lama nafsu makan balik."

Kini tatapan Argan kembali tertuju pada sambal udang, dia belum pernah melihat lauk tersebut. Kira-kira seperti apa rasanya?

Kobokan juga disediakan jadi Argan tidak perlu capek-capek bangun untuk mencuci tangan apalagi keadaannya yang masih lemah.

Yasmin tidak duduk tapi dia masih berada di ruangan yang sama dengan Argan menunggu laki-laki itu makan.

Argan melakukan seperti yang dikatakan Yasmin, ia menuangkan sedikit ke piring nasi lalu menyendokkan sambal udang yang terlihat segar.

Bismillaah....dia mulai makan. Rasa asamnya terasa, segarnya bawang merah juga ada terus pedasnya nyata. Ini enak, batin laki-laki itu.

Dengan tenang Argan menikmati sarapan yang sudah sangat terlambat.

"Kamu sudah makan?"

Seolah mengerti maksud dari tanya pria itu Yasmin menjawab. "Habiskan saja, kalau mau nanti aku bikin lagi."

"Terimakasih," ucapnya lalu melanjutkan makannya pria itu juga menambahkan nasi dan bukan hanya asam udang, ikan dan sayur bayam juga ikut dimakan.

Benar seperti kata Yasmin, asam udang bisa mengembalikan nafsu makannya. Sejak dari tadi Argan lapar tadi dia tidak yakin bisa menelan atau tidak karena itu baru bangun sekarang.

"Kalau sudah selesai aku titip Nayana, tidak ada persediaan obat di lemari."

Argan tidak menolak, ia setuju. Lagipula hari ini dia tidak ke kantor karena kondisinya yang tidak fit.

Yasmin baru pergi setelah menidurkan Nayana, tidak mungkin dia meninggalkan bayi itu kalau terjaga ditambah keadaan Argan sekarang.

******

Tidak lebih dari 30 menit Yasmin kembali, tidak lama karena dia hanya membeli obat. Ia tidak mengetuk tapi langsung masuk dan terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang diduga ibu Argan.

Sepertinya beliau juga baru datang saat Yasmin mendengar pembicaraan dua orang tersebut, ia segera bersembunyi tidak jauh dari mereka.

"Akhirnya Ibu datang?"

"Kenapa, kamu berharap Ibu datang lebih awal dan memberikan restu dengan wanita itu?"

Nadanya terdengar dingin sekilas Yasmin teringat pada cerita sahabatnya tentang sosok ibu mertua.

"Sekarang di mana dia?"

"Seperti kukatakan Bu, Dyaz masih kuliah."

Berbeda dengan ibunya, suara Argan terdengar lebih tenang.

"Jadi dia menyuruhmu di rumah menjaga anak?"

Yasmin bisa membayangkan bagaimana ekspresi ibunya Argan.

"Dia benar-benar tidak tahu diri!"

"Bu."

"Wanita itu menggoda pewaris Ertha, sekarang dia juga menjadikanmu budak?!"

Itu sebuah teriakan.

"Aku ke kantor Bu, setiap hari. Hari ini aku demam karena itu ada di rumah." Argan menjelaskan dengan tenang. "Ibu belum melihatnya, kalau ada waktu mari bertemu."

"Untuk apa aku bertemu dengan wanita itu?! Jangan berharap aku memberi restuku untuk kalian!"

Kemarahan yang begitu berapi-api.

"Dan kamu, ceraikan wanita itu. Kesabaran Ibu sudah habis."

"Aku mencintainya Bu."

Sampai di sini Yasmin respek pada Argan, pria itu bertanggung jawab dan berani menyuarakan kebenaran di depan ibunya ditambah sikap sopan karena dari tadi Yasmin tidak mendengar laki-laki itu membentak.

"Tanpa restu Ibu kamu tidak akan bahagia, Argan. Dia juga bukan wanita baik!"

"Ibu belum bertemu dengannya, Dyaz wanita baik."

"Tidak ada wanita baik yang menjauhkan anak laki-laki dari seorang ibu, juga tidak ada wanita baik yang menyerahkan kehormatannya sebelum ikatan pernikahan."

Yasmin membeku.

"Kalau soal itu salahkan aku, aku yang tidak baik karena tidak bisa menjaganya."

"Kamu pikir Mama tidak tahu kalau dia menggodamu?!"

Tangisan Nayana hampir saja menggerakkan langkah Yasmin.

"Cucu Ibu bangun, aku lihat Nayana dulu."

"Kalau kamu tidak berhenti ibu akan menyerahkan bukti perbuatan jahatnya, kamu tahu kalau Ibu tidak pernah main-main kan?"

Langkah Argan terhenti. "Bu, hamil atau tidak aku tetap akan menikahinya. Kalau Ibu ingin melihat aku bahagia lupakan semua itu."

Yasmin menangkap sesuatu dari kata-kata Argan.

"Kamu mau minta Ibu melihat kebahagiaanmu dengan wanita itu, kamu waras Argan?!"

Teriakan itu ingin sekali dihentikan Yasmin apalagi Nayana terus menangis. Bayi kecil itu pasti terganggu, atau dia haus?

"Ceraikan dia atau kamu akan melihatnya membusuk di penjara, Ibu sudah menyerahkan bukti obat perangsang itu pada pengacara."

Apa? Yasmin terkejut.

"Bu...."

Lirih suara Argan memanggil ibunya. "Dia bukan wanita jahat, kalau ibu mau menyalahkan maka salahkan saja aku."

"Dia punya waktu banyak menemuiku sebelum melakukan hal hina ini, tapi apa yang dilakukannya? Dia marah dan melampiaskan dengan cara seperti ini?"

Cerita yang didengar Yasmin ternyata tidak sesingkat itu, artinya Dyaz tidak memberitahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Syurgaku tetap ada pada Ibu dan aku tidak bisa berhenti memuliakan wanita yang telah menjadi istriku."










Mantan Ipar (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang