rahasia

3 1 0
                                    


happy raeding sayang
maaf yaa lama update author sempet vakum dari per-wpan soalnya sibuk sama rl

Tak selang beberapa waktu orang yang Anelka telpon pun segera tiba di rumah sakit itu, dengan wajah cemas dia menghampiri Anelka.orang tersebut adalah Daren .

" bagaimana keadaan adik gue " tanya daren setibanya di ruangan tempat adiknya di rawat.

" gue juga ga tau bang, dokter belum ngasih tau. mereka mau ngasih tau langsung kekeluarganya langsung. makanya gue langsung nelpon elo" jelas Anelka dengan panjang. orang yang biasanya irit bicara jadi seperti itu karena orang yang dia sayangi  sedang terbaring tak berdaya disana.

" baik lah gue sekarang akan temuin dokter nya, lo jagain disa dulu sampe gue balik kesini. " pamit Daren.

Anelka pun menatap punggung Daren sayu. dia sangat mengkhawatirkan disa. pikiran nya semakin berkecamuk. apa yang tejadi dengan gadis itu. kenapa dia tampak lemah sekali. Anelka mengusap wajah nya dengan kasar  lalu memegang knop pintu kamar dia menatap seseorang orang sedang terbaring di ranjang. lalu berjalan menghampiri nya.

Anelka maraih tangan kecil yang terpasang inpus tersebut, mencium nya dengan lembut.
"kamu kenapa sayang, aku sangat mengkhawatirkan kamu. cepat lah bangun aku tidak suka melihat kamu seperti ini" gumam Anelka   seraya mengelus jari jari cantik milik disa.

di lain tempat Daren yang sedang duduk dan membicarakan kondisi disa.

" baik dok  , saya akan lebih menjaga disa " ucap Daren setelah mendengar penjelasan dari dokter.

" kalau dibiarkan terus-menerus, kondisi disa bisa semakin parah" ucap dokter itu dengan penuh sedih

" saya akan berusaha agar hal seperti ini tidak terjadi lagi dok"  . dokter mengangguk mengerti mendengar ucapan dari Daren tersebut.

'baiklah dok saya permisi dulu" pamit Daren seraya bangkit dari tempat duduk dan berjalan meninggal ruangan dokter yang selama ini memang sudah menangani dan melayani keluarga  dwijaya.

Daren menyusuri koridor rumah sakit dengan gontai. dia berkali-kali memukul kepalanya " bego lo daren jagain adik lo aja, lo ga becus banget " gumam nya terus-menerus memaki pada dirinya sendiri.  daren menarik nafas dalam dan kemudian melanjutkan berjalan ke arah kamar disa.

cheklek'' suara knop pintu terbuka sontak membuat Anelka menoleh pada sumber suara. Anelka langsung menyambut daren dengan pertanyaan.

" bang gimana kondisi Disa, dia baik baik aja kan? ' tanya Anelka cemas.

" iya dia baik-baik aja, cuma kecapean dan butuh banyak istirahat. " jelas singkat daren. dan Anelka mengangguk paham.

tiba-tiba ponsel Anelka berdering berdering, Anelka pun merogoh saku di calananya dan melihat nama yang tertera di layar ponsel nya. ternyata yang menghubungi Anelka adalah ardo. Anelka kemudian mengangkat nya dan meletakkan benda pipih tersebut ke telinganya.

"nel lo di mana sekarang, ni cewek-cewek pada ribet nanyain lo sama disa dimana" mulut ardo tanpa jeda terus berceloteh di seberang sana

" do rumah sakit, ada bang daren juga di sini " sahut Anelka.

" eh buset babang nelka ngomong panjang amat, ada kemajuan" ledek ardo pada Anelka yang terkenal dengan sikap dingin dan irit bicara itu.

" ga usah becanda bego, lo sempet sempetnya ngeledek "  suara rey terdengar di seberanh tengah mengomelin ardo.

"pulang bawain tas gue" pinta Anelka

" oke, sekalian kita mau jengukin disa" jawab ardo

" serah kalian, asal jangan ganggu disa istirahat" ketus Anelka

" siap bos kita bak... "  belum sempet ardo menyelesaikan kalimat nya Anelka telah mematikan sambungan.

di sana ardo sedang bercdecak kesal pada Anelka, dan memaki Anelka. sedangkan yang lain hanya tertawa terbahak melihat ardo seperti itu.

" nel  , kamu bisa jagain disa bentar, gue masih ada hal yang harus di urus " ucap Daren

" bisa bang" sahut Anelka penuh keyakinan.

" oke gue titip disa, kemungkinan malem gue baru bisa kesini. oh ya kabarin secepatnya kalo ada apa-apa " . Anelka pun mengangguk paham, setelah mengucapkan hal tersebut Daren berlalu meninggal ruangan.

dia harus segera kembali  ke kantor karna ada hal penting yang ia tinggal kan saat Anelka mengabari tentang keadaan disa. Daren merupakan orang yang sangat berprestasi jadi tak aneh jika di usia muda dan masih berstatus sebagai mahasiswa namun dia sudah bisa mengelola perusahaan milih ayah nya. bahkan perusahaan tersebut melesat meraih kesuksesan semakin tinggi saat di kelola oleh Daren.

kini daren telah berada di parkiran area rumah sakit. dia masih berkecamuk dengan pikiran nya sendiri. dia belum sempet menghubungi orang tuanya mengenai disa. dia tidak ingin membuat orang tuanya khawatir, terlebih mereka sedang di lokasi proyek yang sangat penting untuk ayah nya. jadi daren berpikir untuk menghubungi orang tuanya saat semua nya udah beres dan berjalan lancar.

                                       ***

bel pulang sekolah pun telah berdentang. widi dan yang lain nya buru-buru keluar kelas. mereka segera ke parkiran karena sudah janjian akan pergi bersama rombongan ardo . setibanya di parkiran ternyata mereka sudah di tinggi oleh tim cowok.

" lama amat kalian kek siput " omel ardo

" sabar kak, baru juga keluar kelas" ketus widi

" tau nih, cepet tua tar orang yang ga sabar " tak kalah dinda pun menyahuti omongan ardo

"dah ayok berangkat" ucap rey melerai semuanya.

mereka pun bergegas pergi meninggalkan area parkiran sekolah menuju rumah sakit tempat disa di rawat. selama di perjalanan tak ada obrolan di antara mereka, tak lupa mereka singgah ke supermaket untuk membeli oleh-oleh. tak pantas rasanya kalau menjenguk orang dengan tangan kosong. tak berapa lama pun mereka sampai di parkiran rumah sakit. widi dinda dan selena tak sabaran untul segera bertemu sahabat nya itu. al hasil mereka bertiga berlari sepanjang koridor rumah sakit. untung saja pada saat itu sepi jadi tidak mengganggu pasien lain nya. tak lama tiba lah mereka di depan kamar disa yang telah di beritahu oleh Anelka sebelum mereka meninggalkan sekolah.

di dalam ruangan tampak Anelka tertunduk lesu  dengan tangan yang menggenggam erat tangan gadis yang tengah terbaring tak berdaya di ranjang itu seakan takut kehilangan. wajah pucat pasi menyelimuti wajah gadis tersebut serta kulit yang terasa begitu dingin.

widi dan kawan kawan pun berjalan menuju ranjang tempat gadis lemah itu terbaring perlahan tanpa membuat banyak suara. Anelka yang menyadari kehadiran orang lain segera menoleh. dan tanpa aba-aba dia bangkit dari duduk nya.

"yang lain keluar ikut gue  biar anak cewek yang nemenin pacar gue. rame malah ganggu" ucap Anelka seraya melangkah meninggalkan kamar tersebut.

teman teman yang lain pun mengangguk paham dan mengekor di belakang anelka. sementara widi sudah berkaca kaca menatap tubuh tak  berdaya dari sahabat nya itu. tangis pun pecah tak tak kala tangan widi meraih tangan disa yang terbalut selang infus. tangan yang pucat dan dingin.

ANELKA CALVARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang