• Baikan?

1.9K 258 44
                                    

BRAK!!!



Sesampainya di perkarangan rumah, tanpa mengatakan apapun Arsy langsung turun dari mobil lalu menutup pintu mobil mewah sang papa dengan sangat kasar tak di pedulikannya jika pintu mobil itu bisa saja rusak akibat ulahnya baru saja. Samudra yang melihat sang anak benar-benar marah kepadanya hanya bisa menghela napas lelah lalu ikut turun dari mobil. Niat hati Arsy ingin segera pergi ke kamar dan mengunci pintu kamarnya rapat-rapat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun sialnya, pintu utama rumah malah terkunci yang mengharuskan dirinya menunggu sang papa terlebih dahulu karena sudah pasti kuncinya ada di tangan Samudra.

"Kok ga masuk?" tanya Samudra yang entah ia hanya mengejek sang anak atau memang lupa jika rumahnya masih di kunci.

"Hm," Arsy hanya berdehem sebagai jawabannya seraya menunjukan jarinya pada pintu.

"Kamu gagu sekarang? Ayo berobat dulu," ucap Samudra membuat si nakal Arsy langsung melotot.

"Cepet bukain pintunya!" sahut anaknya galak.

Samudra terkekeh pelan, "gitu dong, kan punya mulut yang di pake buat ngomong, jangan hm hm doang."

"Ya udah cepetan! Aku capek mau bobo!"

"So fun kah anda begitu?"

"Y!"

Samudra kembali terkekeh, lantas ia pun membuka pintu utama rumahnya dengan kunci yang ia bawa.


Cklek,


Setelah pintu rumah terbuka, tanpa menunggu lagi Arsy langsung nyelonong masuk tanpa menghiraukan sang papa yang mengekor di belakangnya.

"Sy, papa masih mau ngomong sama kamu," ujar Samudra.

"Lagi ga terima jasa pembujukan, aku bener-bener marah sama papa," ucap Arsy seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai 2.

"Arsy," panggil Samudra di ujung tangga namun anaknya nampak tidak peduli sama sekali.

"Jangan ngikutin! Don't disturb dulu, masih kesel."

"Hey Arsy Lee Abraham!" seru Samudra saat tubuh kurus sang anak sudah menghilang diujung tangga.


BRAK!!!


Hanya suara gebrakan dari pintu yang menyahuti panggilan Samudra, dan hal itu tentu membuatnya sedikit terkejut.

"Hah.." Samudra hanya bisa menghela napas lagi dan lagi seraya mengurut pangkal hidungnya. Akhirnya ia memutuskam untuk bersih-bersih terlebih dahulu baru akan menemui sang anak untuk membujuknya agar tidak marah lagi. Yah, semoga saja anak sematawayangnya bisa luluh.

Sementara itu,

Arsy mengunci pintu kamarnya lalu ia melempar kunci itu kesembarang arah, membiarkan kunci itu hilang entah kemana, biarkan saja biar sang papa tidak bisa masuk ke dalam kamar, pikirnya.


BRUK!


Arsy langsung menghempaskan tubuh lelahnya pada ranjang kingsize, kedua netra fox nan indahnya mengedar menatap ke arah langit langit kamar, ia mulai memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini. Bahasa gaulnya Arsy mulai overthinking.

"Hah.. akhir-akhir ini gue sering banget berantem sama si Byan, padahal gue sama dia baru baikan seminggu yang lalu. Anjirlah semenjak pada bucin jadi lupa sama gue! Apalagi si Byan, bucin edan! Ga tau aja ceweknya kaya ular begitu! Ah apa gue harus jadi perusak hubungan orang? Pengen sih, tapi si Byan bulolnya ga ketulungan ntar yang ada gue baku hantam sama dia, maksudnya gue yang habis di tonjokin sama si bongsor Byan," monolognya.

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang