• Keributan

2.4K 283 72
                                    

Damar terdiam seketika saat mendengar penuturan dari Arsy yang mengatakan bahwa penyebab usaha ayahnya gulung tikar adalah ayah Arsy sendiri yang tak lain adalah Samudra. Damar marah? Pasti, lihat saja tangannya sudah terkepal kuat, kedua sorot matanya memperlihatkan amarah. Sedangkan Arsy yang dengan polosnya mengaku hal tersebut hanya menatap Damar dengan ragu-ragu namun tak ada takut sedikit pun.

"D-dam?"

Tanpa menyahut Damar langsung menarik baju Arsy membuat sang empunya langsung berdiri dan,


BUAGH!!!


Damar memukul telak wajah tampan Arsy dengan sangat keras sampai tubuh Arsy jatuh membentur dinginnya lantai. Teman-teman Damar yang melihat itu pun sontak langsung menghentikan kegiatan mereka dan berjalan tergopoh-gopoh menghampiri keduanya.

"Ada apa, Dam? Lo kenapa?" tanya salah satu teman Damar, panggil saja dia Fajri.

"Aya naon ieu, euy?"

Arsy bangkit kembali di bantu oleh teman Damar, tangannya terangkat untuk menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan keras yang di layangkan oleh Damar tadi.

"Lo gapapa?" tanya teman Damar yang bernama Revan pada Arsy.

"Gue gapapa kok," jawab Arsy seraya mengangguk meyakinkan mereka bahwa ia baik-baik saja, tak lupa Arsy juga menunjukan senyum tulusnya.

"Sebenernya ada apa ini? Kalian ada masalah lagi? Tiba-tiba banget anjir, perasaan tadi mah baik-baik aja?" tanya Fajri menatap keduanya heran.

Damar sendiri tak menjawab, hanya memalingkan wajahnya mencoba untuk meredakan emosinya.

"Eung, ada sedikit masalah, bukan salah Damar kok, ini salah gue," jawab Arsy.

"Lo nyari masalah mulu bocah!" ujar salah satu teman Damar yang lainnya, yang memang dari awal terlihat tidak terlalu suka dengan kedatangan Arsy.

"Mar, lo okay?" bisik Fajri.

Damar mengangguk, lalu mengusap wajahnya kasar dan berteriak, "ARGHHHH!"

"S-sorry Dam," cicit Arsy.

Damar tak menjawab ia malah menarik tangan Arsy lalu mendudukannya kembali di sofa.

"Jri, tolong bawain kotak obat ya di tempat biasa," titah Damar pada temannya.

Si Fajri hanya mengangguk lalu berlalu setelah mengusap pundak Damar, dan yang lainnya juga ikut kembali ke tempat masing-masing, membiarkan Arsy dan Damar menyelesaikan masalah mereka berdua dan mereka tak mau ikut campur sebelum Damar memerintah mereka untuk ikut turun tangan.

"Sorry Sy, gue kelepasan," ujar Damar pelan.

"Gapapa Dam, gue juga yang salah. Seharusnya gue ga ngasih tau lo sekarang, soalnya gue kan lagi di markas lo, bisa bisa gue di keroyok ya?" ucap Arsy dengan polosnya membuat Damar yang tadi amarahnya menggebu kini luluh dan tertawa kecil.

Lalu tak lama, datanglah Fajri sembari membawa kotak obat yang di titah oleh Damar tadi.

"Thanks Jri."

"Yoi bro!"

Fajri pun kembali berlalu meninggalkan Arsy dan Damar berdua. Lantas Damar pun membuka kotak obat tersebut mengambil kapas dan obat untuk luka Arsy akibat pukulan yang ia berikan.

"Gue obatin dulu ya," tanpa menunggu persetujuan Arsy, Damar mengobati lukanya dengan telaten dan penuh kelembutan. Dan hal itu jelas saja membuat Arsy semakin terheran-heran. Ia masih tak percaya bahwa orang di depannya, yang saat ini tengah mengobati lukanya adalah Damar, musuh bebuyutunnya dulu.


Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang