• Apalagi?

1.7K 254 122
                                    

Kemarin, setelah keributan kecil yang terjadi di kediaman daddy Jake, Arsy memutuskan untuk langsung angkat kaki dari rumah sang daddy tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi. Satu hari penuh ia habiskan di rumah sendirian, yang ia lakukan hanya tidur dan menangis. Selain hal-hal itu, tidak ada yang bisa Arsy lakukan lagi. Makan? Jangan tanya, bahkan seharian penuh perutnya di dera rasa sakit yang tak kunjung usai, jangankan menelan makanan, menalan salivanya sendiri pun rasanya sakit.

Tak ada yang mencari Arsy, bahkan sang papa pun seakan-akan lupa. Mungkin bukan tidak ada yang mencari, mengingat ponsel Arsy yang langsung mati kemarin setelah di lempar oleh pemiliknya sendiri, mungkin saja para keluarganya beberapa kali mengirim pesan atau menelpon karena khawatir pada dirinya. Namun sampai malam tiba, tak ada yang menjenguknya, tak ada yang mengecek keadaanya sama sekali. Hari itu, yang bisa Arsy lakukan hanya meringkuk di atas ranjang, perutnya hanya diisi dengan air putih saja.

Dan setelah kondisi hatinya membaik, serta tubuhnya yang sudah jauh lebih enak karena sudah tidur seharian, akhirnya hari ini Arsy memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Setelah tak bertemu dengan sang papa seharian penuh kemarin rasanya Arsy merindukan papanya, meski ia tak tau apakah sang papa masih marah padanya atau tidak.

"Dah lah bodo amat, yang penting gue ketemu papa dulu, mau di usir kek itu urusan belakangan," ujarnya pelan.

Saat ini Arsy tengah melangkahkan tungkainya menyusuri koridor khusus ruang rawat VVIP. Tepat di salah satu kamar rawat, langkah Arsy pun terhenti.

"Masuk ga ya? Mau masuk tapi degdegan, takut ada tante centil yang ga tau diri itu! Gue bisa aja sih lawan dia, tapi bisa-bisa papa marah lagi ke gue, kan papa udah kena pelet tuh wanita uler, terusan gue lagi ga mau berantem sama papa, papa kan lagi sakit," gumam Arsy.

Sembari mempertimbangkan apakah ia akan masuk atau tidak, Arsy pun mendudukan tubuhnya pada salah satu sofa yang ada di ruang tunggu, entah kenapa tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas lagi, mungkin karena efek belum makan?

"Duh ini tubuh gue rewel banget anjir, entar gue kasih koyo sama promaag sabar dulu ngapa! Hm btw, masuk ga ya? Ck, gue kan anaknya papa masa jenguk bapak sendiri ga boleh, tapi.. aing takut njeng! Nanti kalau gue di usir lagi gimane?"

Arsy terlalu fokus dengan pikirinnya menimbang-nimbang apakah ia harus masuk atau tidak, hingga tanpa ia sadari pintu kamar rawat pun terbuka.

Cklek,

"Loh? Tuan muda Arsy?"

Merasa terpanggil, lantas Arsy pun mendongkak, menoleh pada asal suara.

"Eh kak Max?"

Ah ternyata pembuka pintu kamar rawat tersebut adalah Max, asisten pribadi sang papa.

"Tuan muda ngapain duduk disitu? Kenapa ga langsung masuk?" tanya Max heran.

Arsy beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri Max.

"Ish! Aku kan udah bilang, kalau lagi berdua panggil Arsy aja kak," ucap Arsy.

"T-tapi tuan muda, ah iya okay Arsy," Max langsung mengganti panggilan untuk Arsy disaat tuan muda kecilnya itu menatapnya tajam, tapi hal itu malah terkesan lucu bagi Max.

Namun, raut wajah Max berubah sendu saat melihat raut wajah sang tuan muda yang kini terlihat sangat sangat pucat.

"Di dalam ada siapa, kak? Papa gimana sekarang? Udah baik-baik aja 'kan?" tanya Arsy.

"Di dalam ga ada siapa-siapa kok Sy, dan alhamdulillah kondisi pak Samudra saat ini sudah jauh lebih baik," jawab Max.

"Huhf, syukurlah.." gumam Arsy pelan.

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang