• Perubahan

1.7K 230 44
                                    

Setelah kepergian sang anak, Samudra mengurut pangkal hidungnya pelan ia mendudukan tubuhnya di salah satu sofa sedangkan para client nya sudah di persilahkan pergi menuju hotel oleh salah satu pegawai Samudra. Cinthya yang masih di dalam ruangan pun dengan perlahan menghampiri sang bos.

"P-pak Sam, ga apa-apa?" tanya Cinthya.

Samudra menggeleng pelan, "saya gapapa, lebih baik sekarang kamu ganti baju dulu, takutnya nanti kamu masuk angin."

Cinthya yang mendengar jawaban Samudra pun reflek menutup kemeja nya yang kancing atasnya terbuka memperlihatkan sedikit belahan dadanya.

"A-ah baik kalau gitu saya ganti baju dulu ya pak, kalau pak Samudra butuh apa-apa bapak langsung panggil saya aja," ucap Cinthya yang di angguki oleh Samudra tanpa menyahut lagi membuat si sekretaris pun mendelik kesal tanpa sepengetahuannya.

"Kalau begitu saya permisi pak," setelah itu akhirnya Cinthya pun keluar dari ruangan Samudra dengan senyum sinisnya.

Hah,

Samudra menghela napas lelah. Tangannya terangkat untuk melonggarkan dasi yang entah kenapa sekarang seperti sedang mencekik lehernya.

"Hah.. hhh..hah.." napas Samudra terdengar semakin kian memberat. Lantas tangannya buru-buru mengambil inhaler di saku jasnya.

Samudra mengocok inhaler itu dengan perlahan lalu menyemprotkannya pada mulutnya. Barulah setelah 2 semprotan perlahan pernapasan Samudra pun mulai membaik.

"Gue kayanya harus pake nebulizer nih, udah lama gue ga pake makanya akhir-akhir ini asma gue selalu berulah," gumamnya.

Hah,

Sekali lagi Samudra menghelas napas lelah saat pikirannya mulai kembali pada kejadian tadi.

"Arsy.. Arsy, ada aja tingkah kamu yang buat papa capek Sy."



Sementara itu,



Arsy baru saja keluar dari gedung besar perusahaan sang papa dengan perasaan yang sangat kesal dan marah sebab sang papa yang memarahinya tadi di depan tante sekretaris itu. Tak lupa ia terus-terusan bergumam merutuki si tante yang sudah berhasil membuat pertengkaran antara dirinya dengan sang papa.

"Gila tuh cewek, ga ada otak anjing! Gue yakin dia lolos jadi sekretaris papa pake jalur dukun! Kok bisa sih siluman ular jadi sekretaris?! Sekretaris papa lagi bikin gue tambah stres aja! Dasar anjeng! Astagfirullah sabarkan Arsy yaallah.. maafin dah ngomong kasar, dosa nya ke tante girang itu aja yaa soalnya dia yang udah buat Arsy ngomong kasar, aamiin."

Hah,

Arsy menghela napas lelah setelah selesai mengeluarkan isi hatinya. Kini ia sudah berada di depan area lobby, dan ia mulai kebingungan akan pergi kemana setelah ini, yang jelas untuk saat ini Arsy tidak akan pulang ke rumah titik.

"Gue marah! Ga akan balik ke rumah males ketemu Samudra!" Arsy melipat kedua lengannya di depan dada, kakinya menghentak-hentak lantai, lucu sekali.

"Tapi gue harus kemana? Harus ngungsi ke posko bencana alam gitu? Cari berita ah ada gempa dimana hehe," Arsy mulai mengeluarkan ponsel mahalnya.

Namun baru saja ia mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba seseorang berseru memanggil namanya, sehingga niat Arsy untuk mencari posko bencana alam pun gagal sebelum di mulai.

"Tuan muda Arsy," panggil seseorang tersebut membuat sang empunya nama langsung menoleh.

Dapat dilihat oleh Arsy, asisten pribadi sang papa tengah berlari kecil menghampirinya.

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang