• Om katanya

1.9K 307 154
                                    

Setelah pengusiran dari sang papa, kini Arsy berjalan menuju taman rumah sakit dengan tatapan kosongnya. Sesekali bahunya tak sengaja bertabrakan dengan orang lain dan sesekali air mata menetes di pipinya, namun dengan cepat Arsy langsung menyekanya, meski percuma karena air matanya akan terus menetes lagi dan lagi saat pikirannya kembali teringat pada kejadian beberapa menit yang lalu.

"Heh kalau jalan liat-liat dong! Liat nih kopi saya tumpah gara-gara kamu jalannya ga pake mata!" entah sudah gerutuan keberapa kalinya yang Arsy dengar hari ini.

"Maaf bu saya ga sengaja, biar saya ganti kopi–"

"Gak usah! Dasar anak muda jaman sekarang ga bisa sopan!"

Hah,

Arsy menghela napas lelah, melihat kepergian si ibu yang tak sengaja ia tabrak tadi dengan tatapan sendunya. Hingga tak terasa langkahnya sudah berhenti tepat di area taman rumah sakit. Dan Arsy pun memilih mendudukan tubuhnya di salah satu kursi taman yang ada di sana.

"Hari ini kenapa sih orang-orang pada nyebelin banget," gumam Arsy, lagi-lagi ia menyeka air matanya.

"Papa juga kenapa sih marah-marah terus, t-tapi emang gue yang nakal kali ya makanya papa marah terus, papa juga masuk rumah sakit karena gue.." lirih Arsy seraya mengacak rambut setelahnya.

"Arghhhhh gue harus gimana sih anjing, serba salah terus!"

Setelah itu, Arsy menyandarkan tubuh lelahnya pada kursi taman, netra indah namun terlihat sangat sembab itu kembali menatap tanah dengan tatapan kosong.

"Shhh.." Arsy meringis pelan kala rasa sakit menyerang area perut kirinya.

"Sakit lagi.. ini kenapa sih? Apa gara-gara gue belum makan kali ya? Tapi biasanya juga ga pernah sakit perut gini, pinggang juga sakit, encok kali ya gue kebanyakan tawuran," monolognya seraya mengusap-ngusap pinggangnya yang masih terasa sakit, bahkan rasa sakit itu semakin menjadi.

"Akh! Sakit banget, mau nangis rasanya, tapi udah nangis dari tadi, hiks sakit.." Arsy kembali menangis dalam diam, ia mencoba membungkukan tubuhnya, berharap rasa sakit yang mendera area perut dan pinggangnya mereda.

"Gue harus makan deh kayanya, mungkin ini efek belum makan apa-apa, fiks ini mah sakit karena lapar alias salatri."

Belum juga hilang rasa sakit yang mendera area pingganggnya, kini rasa sesak di dadanya mulai terasa.

"Please asma be good, jangan kambuh sekarang dong, please banget ini mah," gumam Arsy pelan seraya meronggoh saku celananya untuk mengambil inhalernya, sedangkan tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk menekan area dadanya.

"Anjing tangan gue gemeteran, sakit banget.. selaper itu kah gue sampe tangan ikut gemeteran.."

Arsy berusaha untuk mengocok inhaler yang saat ini sudah ada di tangannya, namun karena tangannya yang gemetar hebat inhaler nya pun terjatuh.

"Shit anjing, hah..hhh..hah m-memang si A-arsy! Lo kenapa sih babi pegang inhaler aja hah..hhh.hhh hah.. g-ga becus! E-emang nyusahin, bangsat s-sialan hah..hhhh..hah," saking kesalnya Arsy merutuk dirinya sendiri diiringi dengan air mata yang mengalir di pipinya padahal saat ini ia sudah mulai kesulitan bernapas.

Tak lama dari itu, dapat Arsy lihat tiba-tiba ada seseorang yang berjongkok tepat di depannya.

"Inhaler punya kamu?"

Kedua bola mata Arsy membulat lucu saat melihat seseorang itu ternyata dokter Arjuna.

"E-eh? Dokter J-juna?"

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang