Sudah 2 hari semenjak tumbang nya Arsy hari itu, kini si anak nakal nan menggemaskan pun sudah kembali membaik, kondisi tubuhnya sudah sedikit lebih sehat dari 2 hari yang lalu, meskipun Arsy masih sering merasakan sakit di bagian perut dan sekitaran pinggang namun ia tak berani mengatakannya pada sang papa, ia berpikir saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik jadi tidak perlu di bicarakan. Dan sudah 3 hari pula dengan hari ini sejak Arsy collapse, ia masih saja mendiami sang papa alias Arsy mogok bicara pada papanya, Samudra.
Seperti saat ini, terlihat di ruang makan Samudra tengah menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga sang anak. Samudra niat bangun pagi sekali hanya untuk membuatkan sarapan khusus bagi anaknya yang di buat oleh cinta, katanya.
"Good, lo emang chef terbaik Sam, chef Junaedi mah kalah," gumam Samudra yang merasa puas saat melihat hasil masakannya.
Lalu tak lama dari itu, terlihat sang anak, Arsy yang baru saja menginjakan kakinya di anak tangga terakhir paling bawah, membuat Samudra yang melihat itu pun langsung saja memanggil nya.
"Arsy!"
Sang empunya yang di panggil hanya melirik sejenak, lalu memalingkan wajahnya.
Hah,
Samudra menghela nafas lelah, sudah 2 hari –ah lebih tepatnya 3 hari sang anak mogok bicaranya padanya. Sekalinya Arsy mengeluarkan suaranya, itu pun dengan nada yang terdengar ketus dan menyebalkan bagi Samudra.
"Arsy," panggil Samudra mencoba sesabar mungkin menghadapi anak sematawayang nya yang sedang merajuk.
"Apa?" sahut Arsy ketus tanpa melihat ke arah sang papa.
"Mau kemana? Sini sarapan dulu, papa udah buatin makanan kesukaan kamu, ya meskipun bentukannya aneh, tapi better lah dari kemarin," ucap Samudra lembut.
"Mau kuliah lah, dan aku ga laper," sahut Arsy masih dengan nada ketusnya.
"Tapi kamu harus sarapan dulu, Sy. Emangnya kamu udah makan? Obatnya udah di minum? Ayo sarapan dulu, papa udah capek-capek bikin sarapan ini buat kamu," cecar Samudra seraya berjalan menghampiri sang anak.
3 hari ini Samudra selalu berusaha membujuk anaknya agar tidak marah lagi, semuanya cara sudah Samudra kerahkan agar sang anak tidak mendiami nya lagi, tapi sampai saat ini anak nya masih saja marah dan mogok bicara padanya. Sejujurnya Samudra merindukan Arsy yang cerewet, yang selalu mengganggu tidur nyenyaknya.
"Peduli apa papa sama aku? Kemarin-kemarin papa ga peduli tuh," bukannya menjawab, Arsy malah balik bertanya.
Entah mengapa mendengar penuturan sang anak membuat rahang Samudra mengeras serta tangannya terkepal kuat, namun sebisa mungkin ia tetap mengontrol emosinya agar tak lepas kendali dan membuat usahanya untuk berbaikan dengan sang anak sia-sia. Ingatkan Samudra bahwa saat ini ia masih dalam misi membujuk anak sematawayang nya agar tidak merajuk lagi, jadi Samudra harus extra sabar menghadapi putranya yang sama keras kepala dengan dirinya.
"Ya peduli lah, lo anak gue Sy, dan gue ga mau lo kenapa-napa," jawab Samudra sedikit meninggikan nada bicaranya, sedikit.
"Udah, semuanya udah aku lakuin, papa tenang aja sekarang aku bisa ngelakuin semuanya sendiri kok."
JLEB!
Ucapan Arsy berhasil menohok hati Samudra dan rasanya sakit sekali.
"Sy, kayanya kita perlu bicara–"
"Aku lagi ga mood sekarang, udah ya aku pergi dulu, papa aja yang makan sarapannya, papa juga ga boleh telat makan 'kan? Aku pergi."
Setelah mengucapkan hal itu, Arsy kembali melangkahkan tungkainya meninggalkan sang papa yang kini tengah berteriak frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]
Fanfiction[ side story of The Abraham Family ] Tentang papa Sam bersama dengan Mataharinya.