• Khawatir

2.1K 236 100
                                    

Kenakalan remaja bukan lagi hal yang terdengar aneh. Merokok, mabuk-mabukan, bahkan tawuran pun adalah hal wajar bagi mereka para remaja yang mulai beranjak dewasa. Ada yang melakukannya hanya untuk bersenang-senang, mengikuti trend, melepas penat, atau hal lainnya yang mereka anggap keren.

Pun Madha, Jake dan Samudra membiarkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa itu untuk mecari jati dirinya sendiri. Mereka membiarkan anak-anak melakukan apapun yang mereka inginkan, baik Madha, Jake maupun Samudra tak pernah melarang atau mengatur Kala, Arsy dan Byan, karena mereka percaya bahwa anak-anak mereka takkan melakukan hal-hal yang di luar batas. Terlebih lagi Arsy yang memiliki banyak larangan karena kesehatannya yang sejak kecil memang sudah bermasalah.

Merokok hingga mabuk sudah pernah Kala dan Byan rasakan, kecuali Arsy. Namun Madha maupun Jake menganggap hal itu masih batas wajar, toh anak-anak sudah tau mana yang benar dan mana yang salah, terbukti dengan Kala juga Byan yang tak melakukan hal itu lagi dengan alasan merokok atau minum alkohol sampai mabuk tak baik untuk kesehatan mereka.

Madha, Jake, Samudra maupun Javas sekalipun yang sebentar lagi akan mempunyai anak percaya kepada anak-anak mereka, bahwa anak-anaknya takkan melakukan sesuatu yang di luar batas wajar. Tetapi hari ini, Madha dan adik-adiknya dibuat terkejut saat mendengar kabar bahwa anak-anak mereka di tangkap oleh polisi lantaran terciduk tengah melakukan pesta narkoba di sebuah markas.

Lantas setelah mendengar kabar tersebut, Javas yang bertugas menyetir mobil pun langsung tancap gas menjalankan mobilnya menuju kantor polisi. Suasana di dalam mobil nampak begitu hening. Madha, Jake, Samudra dan Javas sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, terlihat sekali mereka masih sangat shock atas kabar yang baru saja mereka terima.

Hingga tak terasa mobil yang di tumpangi oleh mereka pun berhenti di area parkir kantor polisi.

"Kita ngapain kesini?" tanya Samudra yang sepertinya baru sadar dari kelinglungannya dan itu terlihat sangat jelas dari raut wajahnya.

"Sam, kita kesini mau jemput anak-anak," jawab Madha sedikit hati-hati.

"Jemput anak-anak? Arsy maksud lo, bang?" kedua alis Samudra mengernyit heran.

"Iya bang," kali ini Javas yang menjawab.

"T-tunggu gue baru sadar," Samudra terdiam sejenak mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya sekarang berada di area kantor polisi, "sebenernya apa yang terjadi? Kenapa anak gue bisa ada di kantor polisi?" tanya nya.

"Bang, tapi lo bisa tenang 'kan? Kalau lo tenang gue akan kasih tau lo alasan kita jemput anak-anak disini," Javas lah yang menjawab, dan hal itu pun di angguki mantap oleh Samudra.

"Gue udah minum obat Jav, gue udah jauh lebih tenang dan bisa mengontrol emosi gue."

Javas terlihat ragu, ia melirik ke arah sang kakak tertua sejenak. Dan Madha yang mengerti akan arti dari tatapan Javas pun hanya mengangguk.

"Bang Daffa tadi telpon gue.. k-katanya, katanya Kala, Arsy sama Byan terciduk melakukan pesta narkoba di salah satu markas," jelas Javas membuat Samudra langsung diam seketika.

"Gue belum tau pasti kronologinya gimana, bang Daffa belum jelasin apa-apa, jadi lebih baik kita masuk dulu ya," lanjut Javas.

Lantas tanpa mengatakan apapun lagi, Samudra langsung turun dari mobil dengan tergesa.

"Sam!"

Madha, Jake dan Javas juga ikut turun dari mobil lalu berlari mengejar Samudra. Dan bersamaan ke-empatnya berjalan memasuki area kantor polisi tersebut.

Sesampainya di dalam kantor polisi, Madha, Jake, Samudra dan Javas pun langsung di sambut oleh Daffa yang mana ia adalah salah satu petugas kepolisian dan sekaligus teman dari keluarga Abraham. Jabatan Daffa di kepolisian pun bukan main-main.

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang