• Ternyata

1.7K 234 76
                                    

1 jam setelah di kurung oleh sang papa, yang Arsy lakukan hanya berdiam diri meratapi nasib nya, terdengar agak lebay memang tapi itulah yang Arsy rasakan. Sebenarnya dalam hati kecil nya, Arsy merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya, yang mana ia tiba-tiba saja membanting iPad milik sang papa sampai rusak tanpa tau jika mungkin saja papanya itu tengah mengerjakan pekerjaan kantornya. Namun Arsy juga tak mengerti akan dirinya, akhir-akhir ini ia mudah sekali marah dan kesal, disaat itu lah ia butuh sesuatu untuk melampiaskan rasa kesal dan marahnya seperti tadi ia membanting iPad sang papa.

Hah,

Untuk kesekian kalinya Arsy menghela napas lelah.

"Kapan semuanya membaik kembali kaya dulu lagi, gue capek.." lirihnya.

Tak di hiraukannya sang mama yang terus menelpon sejak tadi. Arsy biarkan saja ponselnya yang ada di atas nakas bergetar terus menerus.

"Kangen papa Sam yang dulu, kangen mama Yasmin juga, kangen adek Hale huhu.."

Arsy yang tengah duduk di lantai kamarnya pun semakin memeluk kedua lututnya erat. Hingga tak lama dari itu dapat ia dengar pintu balkon nya yang terbuat dari kaca itu berbunyi seperti tengah di lempari oleh sesuatu. Dan benar saja saat di perhatikan ternyata ada orang yang melempar batu-batu kecil ke arah pintu balkon kamarnya.

"Ck, siapa sih kurang kerjaan banget, dah tau gue lagi badmood malah ngajak berantem!"

Lantas Arsy beranjak dari duduknya dengan malas, lalu perlahan ia berjalan menghampiri pintu balkonnya untuk melihat siapa orang yang sudah melempari pintu balkonnya dengan batu-batu kecil dan menganggu kegalauan nya.

"Eh?!" sontak kedua bola mata Arsy membulat lucu saat melihat di luar sana ada Damar yang tengah meloncat-loncat mencari atensi dirinya.

"Si Damar ngapain anjir loncat loncat kek topeng monyet," heran Arsy.

Damar yang ada di luar sana memberi gesture agar Arsy mengangkat telponnya. Dan dengan cepat Arsy meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Benar saja ada panggilan masuk dari Damar.

"Oii? Lo ngapain Dam di depan rumah gue?" tanya Arsy to the point saat sambungan telpon sudah terhubung.

"Ck, ya gue mau jemput lo lah, Sy! Lo lupa semalem kita udah janjian mau pergi ke apart orang yang udah nyebarin vidio lo itu," jawab Damar di sebrang sana.

Tak!

Tanpa sadar Arsy menepuk keningnya dengan keras.

"Akh!" ringisnya

"Eh lo kenapa anjir?!" pekik Damar.

"E-eung gue gapapa kok hehe, ohiya Dam kaya nya rencana hari ini kita batalin dulu deh."

"Lah? Kok gitu sih, Sy? Ini gue udah dapet alamat orangnya loh, kalau di tunda-tunda ga akan selesai entar masalah lo sama Byan."

Apa yang di ucapkan oleh Damar memang ada benarnya. Sebenarnya Arsy ingin masalah vidio 'itu' cepat selesai, ia ingin membuktikan pada Byan bahwa dirinya tak bersalah, dan ada banyak kesalah pahaman yang terjadi di dalam vidio tersebut. Namun bagaimana bisa Arsy membereskan masalahnya jika dirinya di kurung oleh sang papa seperti sekarang ini.

"Gue juga pengennya semuanya cepet selesai, capek juga gue lama-lama, takut ga ada waktu lagi. T-tapi ya gimana gue ga bisa keluar Dam, bokap kunci pintu kamar gue dari luar, ya alias gue lagi di kurung."

"HAHAHAHAHAHA," dapat Arsy lihat di bawah sana Damar tengah tertawa terbahak-bahak, "gila berasa anak perawan aja lo Sy pake di kurung segala, lagi di pingit? Hahahahaaha."

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang